Chereads / 困在積蓄中 / Chapter 29 - Bab 29.Penawaran Mahesa

Chapter 29 - Bab 29.Penawaran Mahesa

-Terjebak Menjadi Simpanan-

Tok ... tok ...

Kirana membuka matanya ketika ketukan kecil terdengar. Semua ingatannya tentang masa lalu langsung buyar. Wanita itu mengamati keadaan sekitarnya. Ia mendesah pelan.

'Kamar hotel.'

Rupanya ia masih berada di tempat yang sama. Perasaannya semakin buruk ketika mengingat kejadian dimasa lalu yang mengharuskannya berbuat nekat hanya untuk sebuah dendam.

"Nona? Boleh saya masuk?"

Suara samar kembali terdengar dari luar kamar.

Degh ...

Itu jelas bukan suara Mahesa. Kirana tersenyum kecut, apa yang ia harapkan. Sosok seperti tuan Mahesa Danaswara tidak akan mungkin kembali hanya untuk melihatnya lagi, toh laki-laki itu dengan jelas menolaknya tadi.

Kirana mengepalkan genggamannya. Turun dari kasur seraya memakai pakaian yang berserakan di atas lantai. Langkahnya sedikit pelan ketika membuka pintu kamar.

"Selamat siang, No- ahh, anda-" sosok dibalik pintu itu terdiam. Rautanya sedikit aneh. Ia menggantungkan kalimatnya beberapa saat sebelum berdehem pelan.

"Nona, boleh saya masuk. Saya sekretarisnya tuan Mahesa," serunya.

Kirana mengangguk pelan. Matanya menyipit, entah kenapa laki-laki itu terasa sedikit familiar.

'Apa mereka pernah bertemu sebelum ini?'

"Nona? Anda mendengar saya?" tanya laki-laki itu lagi ketika tidak mendapatkan respon apapun.

Kirana berdaham dengan cepat. Wanita itu kembali mengangguk. Ia membuka lebih lebar agar sekretaris tuan Mahesa bisa masuk.

"Jadi," ucapnya membuka pembicaraan.

"Saya ingin menyelesaikan masalah yang terjadi antara Nona dan Tuan Mahesa."

Kirana mengepalkan tangannya di balik pakaiannya. Sesekali menggigit bibir bawahnya agar air mata tidak tumpah saat ini.

'Apa yang dia harapkan? Semuanya akan musnah. Tidak ada balas dendam sama sekali. Semuanya kacau.'

"Saya akan menawarkan beberapa kesepakatan dengan Nona." Laki-laki itu menyuruh Kirana untuk duduk di salah satu sofa kecil yang tidak jauh dari kasur. Mengeluarkan beberapa berkas yang sudah bisa Kirana tebak apa isinya.

'Tidak ada orang kaya yang mau rugi.'

"Nona, silahkan di baca. Jika anda setuju dengan kompensasi yang kami ajukan, Nona tinggal menandatanganinya sebagai kesepakatan damai."

Degh ...

"Apa maksudmu?"

"Tuan kami tidak akan memperpanjang masalah. Kami juga tidak akan menuntut Nona yang sudah menjebak dan melakukan hal yang tidak menyenangkan. Lalu sebagai gantinya Nona harus menganggap semua ini selesai dan juga bukti rekaman yang Nona maksud harus kami musnahkan."

Kirana tertawa sumbang. Ia memang sudah memperkirakan hal seperti ini akan terjadi. Semuanya tidak akan semudah yang ia pikirkan, toh pada dasarnya semua orang kaya itu sama.

Angkuh dan sombong...

Kirana melirik lembaran berkas yang laki-laki itu tunjukkan. Tanpa berniat untuk mengambilnya.

"Kau pikir aku akan mundur begitu saja?" tanya Kirana.

Wanita itu masih mengepalkan tangannya dengan kasar. Mengalihkan rasa gugup yang sedari tadi mengganggunya.

Sejak awal, ketika ia berniat untuk berhadapan dengan sosok tuan Mahesa Danaswara ia sudah memperkirakan hal ini akan sulit. Mengingat laki-laki itu bukan laki-laki biasa.

Tapi dendamnya terlalu membara kala itu.

"Tolong pikirkan lagi Nona. Anda jelas bukan orang bodoh mengingat sepak terjang anda yang sudah sampai sejauh ini."

Laki-laki itu menutup berkasnya, tersenyum kecil sebelum mengger ke arah Kirana. "Tolong pikirkan dan pelajari Nona. Tidak ada salahnya mengambil tindakan pencegahan. Kami akan memberikan kompensasi yang layak untuk Nona."

"Dan ini kartu nama saya. Hubungi saya jika anda sudah memikirkannya." Laki-laki itu juga meletakkan kartu namanya di atas berkas, kemudian berdiri.

Kirana masih terdiam di tempat yang sama. Wanita itu bahkan tidak bisa bernapas dengan tengan. Emosinya terlalu menguasai saat ini. Ditambah lagi perkataaan sekretaris tuan Mahesa yang seolah menganggap semua permasalahan ini akan selesai hanya dengan uang.

'Sialan!'

Kirana mengumpat kasar di dalam hatinya.

"Ah, Nona saya lupa memperkenalkan diri."

Kirana mendongak. Ia mengerutkan alisnya ketika mengamati sosok sekretaris tuan Mahesa yang tengah berbalik tepat di depan pintu kamar. Tersenyum kecil ke arahnya, tapi bukan jenis senyuman yang menawan, melainkan sedikit seringai kecil yang menakutkan.

Kirana meneguk ludahnya dengan susah payah. Entah kenapa perasaan tidak enak kali ini. Seolah ada firasat yang tidak mengenakkan yang akan menderanya tidak lama lagi.

"Nama saya Roy Alexander. Nona bisa memanggil saya Roy. Kita pernah bertemu beberapa kali, dan saya rasa anda memang sudah berniat untuk menjebak tuan Mahesa sebelum ini."

Degh ...

Kirana memantung. Tubuhnya terasa kaku dengan keringat dingin yang sesekali membasahi pelipisnya. Sekelebat bayangan kecil terlintas jelas. Laki-laki itu benar. Mereka pernah beberapa kali berpapasan sebelum ini.

'Pantas saja terasa familiar.'

"Saya hanya ingin memberi saran pada Nona. Lawan anda tuan Mahesa, dengan kata lain tidak ada kesempatan untuk anda menang. Jadi jika saya jadi Nona saya akan lebih memilih mengambil kompensasi dan melupakan semuanya."

Setelah mengatakan itu, ia langsung pergi meninggalkan sosok Kirana yang terlalu syok di tempat yang sama. Kedua tangannya mengepal, antara kesal dan takut. Tidak ada lagi rasa percaya diri seperti sebelumnya.

Semuanya hilang ditelan rasa takut yang menyelimutinya.

Laki-laki itu sekali lagi benar. Lawannya adalah Tuan Mahesa Danaswara.

Seharusnya ia tidak senekat ini.

****

Roy berjalan menuju ke basement hotel. Manik hitamnya dengan cepat menemukan mobil hitam yang familiar.

Laki-laki itu menghela nafas pelan. Tangannya mengetuk pintu, setelah mendapatkan izin ia langsung lalu membuka pintu mobilnya.

Roy melirik majikannya yang tengah menunggu di dalam mobil sambil bersandar di jok belakang dengan mata terpejam.

"Permisi, Tuan." Roy masuk dan kembali menutup pintu kamar tersebut.

Ia mengamati sosok tuannya dari kaca spion. Walau sosok majikannya itu tengah memejamkan mata tapi ia tau, majikannya sama sekali tidak tidur.

"Bagaimana?" tanya Mahesa. Laki-laki itu bertanya tanpa membuka matanya.

kedua tangannya dilipat di depan dada dengan pose santai namun dengan suasana mencekam.

Roy melirik majikannya beberapa saat sebelum ia menghela nafas pelan.

"Saya sudah menawarkan kompensasi yang cukup layak pada wanita itu. Dia masih memikirkannya tuan. Tapi saya yakin ia akan setuju."

Dengusan pelan terdengar di belakang. Laki-laki itu, Mahesa membuka matanya dengan cepat.

"Wanita itu benar-benar gila. Dia pikir dia bisa menjebakku dengan mudah, cih."

Roy mengangguk setuju. Jelas ini bukan pertama kali ia berurusan dengan hal yang sama.

"Apa kau sudah mencari tahu data pribadinya? Apa dia memiliki hubungan dengan salah satu musuh bisnisku?"

"Melihat sepak terjangnya yang sampai menjebakku. Aku rasa dia memiliki orang yang mendukung dibelakangnya."

Roy mengangguk paham.

"Saya rasa tidak ada tuan. Tapi saya akan memastikannya lagi." Roy berseru. "Sejauh yang saya tau saat ini. Wanita itu pernah beberapa kali berpapasan dengan kita, Tuan."

Degh....

To be continued....