"Lain kali, kalau mau bermesraan, kunci kamarnya" ujar Nyonya Raline
"Apa? Bermesraan?" sahut Fawwaz kebingungan.
Nurma pun berkata, "T-tidak, kami.."
"Kami tidak bermesraan, Mama salah paham!" ujar Fawwaz menampik anggapan sang bunda.
Nyonya Raline hanya tersenyum melihat kelakukan putra sulungnya dan anak menantunya itu.
Ia memahami, mungkin mereka berdua masih sama sama malu untuk mengakuinya.
Dirinya pun pernah muda dan pernah berada di posisi Fawwaz dan Nurma.
***
"Ada apa, Nyonya?" tanya Ajeng yang melihat Nyonya Raline senyum-senyum setelah keluar dari kamar Fawwaz tadi.
"Biasa pengantin baru, mau bermesraan tapi lupa tutup pintu" ujar Nyonya Raline tertawa kecil.
"Ayo, Dek Ajeng!" kata Mas Andi yang kebetulan berada di dekat Ajeng.
Ajeng menatap Mas Andi dengan tatapan sinis seraya berkata, " Jangan mimpi! Nggak akan aku mau menikah dengan kamu! Dasar playboy" ejek Ajeng pada Mas Andi.
Mas Andi yang tak patah semangat, tetap merayu Ajeng agar mau dekat dengannya.
"Setelah menikah, kita kan bisa bermesraan seperti Tuan Fawwaz dan Nurma, Dek!" kata Mas Andi sambil mengedipkan matanya pada Ajeng.
"Semoga kalian berdua segera menyusul Nurma dan Fawwaz dan saya doakan kalian mendapatkan jodoh yang terbaik dari Allah"doa Nyonya Raline untuk kedua pegawainya.
"Dan semoga jodoh saya seganteng Tuan Fawwaz" sahut Ajeng.
"Semoga Ajeng yang terbaik untuk saya" kata Mas Andi yang berusaha menggoda Ajeng.
Nyonya Raline hanya tertawa kecil melihat kelucuan tingkah laku keduanya.
***
Dua bulan berlalu, keadaan Fawwaz semakin membaik.
Setiap satu Minggu sekali, ia melakukan fisioterapi sebanyak 2 kali.
Kakinya yang awal-awal sakit untuk digerakkan, kini mulai membaik.
"Wah! Tuan sekarang sudah bisa menggerakkan kaki dengan baik" ujar Nurma yang ketika melihat sang suami menggerakkan kakinya.
"Alhamdulillah" jawab Fawwaz secara singkat.
"Saya bawakan bubur ayam, Tuan! Silakan dimakan" ujar gadis muda itu sembari menyerahkan semangkok bubur buatannya pada suaminya.
"Terima kasih, Nurma!" jawab Fawwaz.
Untuk pertama kalinya, seorang yang dingin dan cuek itu mengungkapkan terima kasih padanya.
"Saya tinggal dulu, Tuan!" ucap Nurma pada Fawwaz.
***
"Baby, promise me!" kata gadis berpakaian seksi pada kekasihnya. (Sayang, janjilah padaku!).
Justin membelai wajah Alycia dengan lembut seraya berkata, " How can i live without oxygen? You're like oxygen for me" ujarnya merayu Alycia. (Bagaimana bisa aku hidup tanpa oksigen? Kamu itu seperti oksigen untukku).
Ucapan Justin membuat Alycia tersenyum dan tersipu malu.
"Do you love me?" tanya Justin pada Alycia. (Apakah kamu mencintaiku).
"Seriouly? If i don't love you, i will not leave Fawwaz" jawab Alycia. (Serius? kalau aku tak mencintaimu, aku tidak akan meninggalkan Fawwaz).
Flashback dua bulan yang lalu di hari pernikahannya Alycia dan Fawwaz.
Seorang laki laki bertubuh tinggi sedang mengendap-endap memasuki sebuah rumah yang cukup mewah.
Ia menuju sebuah kamar seorang gadis yang sedang duduk termenung di dalam kamarnya.
"Alyce!" panggilnya pada Alycia dengan suara berbisik serta mengetuk jendela kamar Alycia.
"Justin? What are you doing?" jawab Alycia yang kaget ketika melihat mantan kekasihnya menghampirinya.
Apalagi ia nekat menghampiri Alycia di rumahnya, jika orang tua Alycia tau, sudah pasti Justin akan di usir dengan cara yang kasar.
Karena, orang tua Alycia sangat tidak suka dengan pria itu.
"Open the window!" pinta Justin pada Alycia. (Buka jendelanya!).
"Tidak mungkin, nanti jika orang tuaku melihatmu, kau akan kena masalah besar" ucap Alycia yang mencoba menjelaskan pada Justin.
Namun, mantan kekasihnya itu tetap memaksa Alycia untuk membukakan jendelanya.
Alycia pun membuka jendela, Justin masuk ke dalam kamar Alycia melalui jendela.
"Alyce, i hear that you'll marry to rich man?" tanya Justin penasaran. (Alyce, aku dengar kamu akan menikah dengan seorang pria kaya?).
Alycia menganggukkan kepalanya, wajahnya tampak murung ketika ia kembali mengingat jika ia akan menikah dengan laki laki yang tak ia cintai.
Sejujurnya Alycia masih sangat mencintai Justin, mantan kekasihnya itu.
Namun, pengkhianatan Justin beberapa waktu yang lalu, membuat Alycia sakit hati dan memutuskan untuk berpisah dengan Justin.
"Are you happy?" tanya Justin memastikan Alycia bahagia dengan pilihannya itu.
"Yes!" jawab Alycia singkat.
Matanya tak bisa berbohong, tak ada binar-binar kebahagiaan di dalamnya, yang terlihat hanyalah kesedihan dan luka.
"If you're happy, i'll be happy! Good bye! I love you" ujar Justin melangkah untuk keluar melewati jendela. (Jika kamu bahagia, Aku akan bahagia! Aku mencintaimu!).
Dadanya serasa sesak tatkala Justin mengungkapkan isi hatinya.
Ternyata, mantan kekasihnya itu, masih mencintainya.
"Ayo, Dek Ajeng!" kata Mas Andi yang kebetulan berada di dekat Ajeng.
Ajeng menatap Mas Andi dengan tatapan sinis seraya berkata, " Jangan mimpi! Nggak akan aku mau menikah dengan kamu! Dasar playboy" ejek Ajeng pada Mas Andi.
Mas Andi yang tak patah semangat, tetap merayu Ajeng agar mau dekat dengannya.
***
Sepanjang malam Alycia memikirkan Justin, dulu, ia selalu membayangkan untuk hidup bersama laki laki yang sangat ia kasihi itu.
Namun, kenyataan itu sirna karena besok ia akan menikah dengan Fawwaz, itu artinya, ia akan hidup dengan laki laki itu dan tak bisa melihat Justin sang pujaan hati.
Hatinya mulai gelisah, resah dan bergemuruh.
Ingin sekali ia memberontak, namun, ancaman dari sang ibunda membuaty berpikir ulang.
Ia tak tega melihat sang pujaan hati menderita gara-gara keegoisannya.
Meskipun Justin telah menyakiy hatinya serta menghabiskan uangnya, namun, ia tetap memikirkan kebahagiaan serta keselamatan Justin.
Bak simalakama, ia tak memiliki pilihan lagi, ia harus mengorbankan kebahagiaannya agar yang tercinta tetap aman.
Tiba-tiba ponselnya bergetar, sebuah pesan masuk.
Alycia membuka pesan itu, ternyata pesan dari Justin.
"Honestly, i want to marry you! But it was late, if i have second chance, i will make you happy and we will live together, we have a lot of cute kids and live happily" (sejujurnya, aku ingin menikahimu! Tetapi sudah telat, jika aku mempunyai kesempatan kedua, aku akan membuatmu bahagia dan kita akan hidup bersama, kita punya banyak anak yang lucu dan hidup bahagia).
Tak sadar, setelah membaca pesan itu, air mata Alycia menetes.
Hatinya semakin sedih dan terluka.
"If i give you a second chance, will you make me happy?" balas Alycia. (Jika aku memberikan sebuah kesempatan kedua, akankah kamu membuatku bahagia?).
Pesan yang dikirim oleh Alyce langsung centang dua berwarna biru.
Itu artinya, Justin memang menunggu pesan balasan dari Alycia.
"I promise!" tulis Justin. (Aku janji!).
***
Now or never!, pikir Alycia. (Sekarang atau tidak sama sekali).
Setelah berpikir cukup lama, ia akhirnya memutuskan untuk kabur bersama Justin di hari pernikahannya itu.
Ia menghubungi Justin untuk menjemputnya pagi pagi sekali, ketika semua orang sedang tidur terlelap.
Dan benar saja, Justin menjemput pujaan hatinya.
Alycia pergi membawa koper dan semua barang-barangnya.
Mereka pun pergi menuju bandara, mereka terbang ke Singapura untuk memulai hidup baru di negara itu.
Demi kecintaannya itu, Alycia rela meninggalkan kedua orangtuanya.
Memanglah benar pepatah yang mengatakan jika cinta itu buta.
***