"Apa yang kau lakukan?" tanya Fawwaz pada Nurma yang sedang mengambil koper besar di dalam lemari.
"Saya mengemasi pakaian untuk persiapan pergi ke Bali" kata Nurma.
Baru saja tadi Nyonya Raline menyuruhnya untuk istirahat, tetapi sekarang ia sibuk berkemas.
"Bukankah Mama menyuruhmu untuk istirahat?" kata Fawwaz.
"Saya sudah istirahat dengan tidur selama dua jam" jawab Nurma.
"Biarkan Ajeng saja yang mengemasi, kau istirahat saja!" ujar Fawwaz pada istrinya itu.
"Saya sudah sehat, saya bisa melakukannya" jawab Nurma.
Memang Nurma termasuk gadis yang keras kepala, batin Fawwaz.
"Apakah kau ingin Mama memarahi diriku karena kau tidak menurut untuk istirahat?" tanya Fawwaz.
"Letakkan saja, biar saya panggil Ajeng!" kata Fawwaz dengan suara yang cukup tinggi.
"B-baiklah, Tuan!" kata Nurma.
Fawwaz pun memanggil Ajeng untuk mengemasi barang-barang milik Fawwaz serta barang-barang Nurma yang akan dibawa untuk bulan madu ke pulau Bali.
Ajeng pun bergegas menuju kamar Fawwaz serta Nurma, ia mulai menata dan bertanya pada Fawwaz, "Barang apa saja yang ingin dibawa, Tuan?" ujar Ajeng.
"Barang-barang yang akan saya bawa, ada di lemari paling bawah" jelas Fawwaz.
Ajeng menganggukkan kepalanya, yang berarti ia paham apa yang disampaikan oleh majikannya.
"Kalau Nona Nurma mau bawa apa?" tanya Ajeng.
"Barang-barang yang akan saya bawa, sudah saya siapkan di atas sofa itu" ucap Nurma sembari menunjuk sofa putih yang biasa ia pakai untuk tidur.
"Baiklah, Nona! Saya kemas dulu" ujar Ajeng yang segera merapikan dan memasukkan pakaian milik Nurma serta Fawwaz ke dalam koper yang cukup besar.
***
Malam hari.
"Besok berangkat jam berapa, Nak?" tanya Tuan Hamdan pada Fawwaz serta Nurma yqng sedang duduk di atas kursi.
"Jam 8 pagi, Ba!" ucap Fawwaz.
"Kalian baik-baik ya di sana!" ucap Nyonya Raline.
"Fawwaz jagain Nurma!" tambah Nyonya Raline.
"Tentu sajalah, Ma! Itu kewajiban seorang suami terhadap seorang istri" kata Tuan Hamdan.
"Ya sudah, kita makan malam dahulu, nanti keburu dingin makanannya" ucap Nyonya Raline.
Mereka pun menyantap makanan yang telah dihidangkan di atas meja.
Sengaja hari ini, tak ada makanan khas Arab yang terhidang di atas meja.
Yang ada hanyalah makanan khas Indonesia seperti ayam bakar, rendang, ayam goreng beserta nasi putih hangat, dan bermacam-macam makanan lainnya.
"Tumben tidak ada makanan Arab?" tanya Tuan Hamdan.
"Ya kita setiap hari makan makanan Arab kan bosan, jadi Mama minta Ibunya Nurma untuk memasak makanan Indonesia saja" jawab Nyonya Raline.
"Nur! Makan yang banyak biar sehat dan cepat hamil" ujar Nyonya Raline pada menantunya itu.
"Iya, Ma!" jawab Nurma.
Bagi keluarga konglomerat tersebut, Nurma seperti pion yang mereka miliki.
Hal itu karena ketika Nurma hamil dan melahirkan anak lelaki, maka kekayaan keluarga itu semakin sempurna, aset seluruh perusahaan beserta kekayaan lainnya milik kakeknga Fawwaz akan jatuh ke tangan mereka.
***
Setelah makan malam, seperti biasa Nurma akan membantu ibundanya untuk membereskan piring kotor dan sisa makanan makan malam.
Sedangkan Fawwaz dan Tuan Hamdan, seperti biasanya mereka akan membahas masalah pekerjaan mereka.
Maklum saja selama dua bulan lebih, Fawwaz tak bisa masuk kantor, sehingga Tuan Hamdan tak dapat berdiskusi dengan putranya tersebut.
"Fawwaz, setelah kami dan Nurma bulan madu di Bali, Baba berencana mengirimmu ke Turki" ujar Tuan Hamdan.
"Tapi Baba, bukankah Baba sendiri yang bilang jika Fawwaz akan mengurus urusan pekei di Dubai?" kata Fawwaz.
"Tidak, Dubai sudah ada orang kepercayaan Baba untuk mengurusnya, lagian ini pertama kali kita bekerja sama dengan perusahaan di Turki, jadi, Baba akan mempercayakan pekerjaan ini padamu" ucap Tuan Hamdan.
"Baik,Baba!" kata Fawwaz pada ayahandanya itu.
Setidaknya dengan dikirimnya ia ke Turki, maka ia akan jauh dari gadis bau kencur yang selalu menggodanya itu.
Di sela-sela ia mengobrol dengan ayahandanya, Nyonya Raline datang membawa tas kantong plastik.
"Fawwaz!" panggil Nyonya Raline
"Ini buat kamu!" kata Nyonya Raline sembari memberikan sebungkus kantong plastik yang ia bawa.
"Ini apa, Ma?" tanya Fawwaz yang merasa kebingungan.
Sembari tersenyum, Nyonya Raline menjawab, "Obat ku*t, supaya kamu dan Nurma.." kata Nyonya Raline sambil menahan tawa.
"Jadi kemarin ada teman Mama bilang, katanya anaknya minum obat ini supaya kuat, sehingga istrinya cepat hamil" jelas Nyonya Raline.
"Dan kamu tau apa? Dalam satu bulan, akhirnya istrinya anak teman Mama mengandung" jelas Nyonya Raline dengan bersemangat.
Fawwaz hanya menggaruk kepalanya ketika mendengar penjelasan sang Mama.
Sedangkan Tuan Hamdan tak kuasa menahan tawa melihat kelakuan sang istri.
"Mama ada-ada saja" kata Tuan Hamdan sambil tertawa.
"Kalau memang sudah ada buktinya, berarti memang obat ini ampuh, Ba!" jawab Nyonya Raline.
Fawwaz membuka tas kantong plastik itu, terdapat dua botol obat yang berbeda.
"Dua?" kata Fawwaz.
"Satu untuk Fawwaz agar kuat dan satu lagi untuk Nurma supaya kandungannya subur" kata ibundanya.
"Sudahlah, Nak! Turuti saja perkataan Mama kamu" ujar Tuan Hamdan.
"Baiklah, Ba!" kata Fawwaz.
***
Di dalam kamar.
Malam semakin larut, sepasang suami istri itu menuju ke kamar untuk beristirahat.
Seperti biasa, kali ini Nurma menyambut Fawwaz dengan ramah.
Ia memakai pakaian yang menarik, ia semprot minyak wangi ke seluruh badannya.
Nurma juga membakar bukhur--wewangian khas Arab atau yang biasa disebut dupa Arab.
Ruangan itu menjadi wangi semerbak.
Ketika Fawwaz masuk, Nurma sudah berdiri di depan pintu menyodorkan obat dan air putih yang harus di konsumsi oleh Fawwaz.
"Minum obat dulu, Tuan!" kata Nurma.
Pria tampan yang juga suami dari Nurma itu mengambil obat dan minuman dari tangan Nurma tanpa mengucapkan terima kasih.
Setelah minum obat, Fawwaz langsung bergegas menuju tempat tidurnya.
Sia-sia gadis itu tampil mempesona, namun, sang suami tiada menoleh sedikitpun kepadanya.
Dengan wajah kecewa, Nurma pun bergegas menuju sofa untuk beristirahat.
Namun, tiba-tiba Fawwaz memanggilnya.
"Hei!" panggil Fawwaz pada sang istri.
"I-iya, Tuan!" jawab Nurma.
"Kesini sebentar!" kata Fawwaz pada Nurma.
"Saya?" kata Nurma terkejut.
"Ya, kamu! Apa ada orang lain selain kamu?Mendekatlah!" ujar Fawwaz pada gadis cantik itu.
Nurma bergegas untuk mendekati sang suami.
Mungkinkah malam ini Fawwaz akan memberikan haknya kewajibannya sebagai seorang istri? Semoga saja seperti itu, harapan Nurma.
"Cepatlah!" ucap Fawwaz.
"B-baik, Tuan" ujar Nurma.
Nurma mendekat dan duduk di atas ranjang Fawwaz.
Ia memejamkan matanya, karena ia merasa gugup jika kali ini Fawwaz menunaikan kewajibannya.
Nurma merasa bahagia namun, tiba-tiba tubuhnya gemetar dan mengeluarkan keringat dingin.
"T-tuan, maafkan saya, saya agak gugup" kata Nurma yang masih memejamkan matanya.
"Buka matamu!" perintah Fawwaz pada Nurma.
"Kenapa kau menutup mata?" tanya Fawwaz.
"S-saya, m-maksud saya..." kata Nurma yang tiba-tiba menjadi kaku dalam berbicara.
"Cepat buka matamu sekarang!" perintah Fawwaz.
Nurma segera membuka matanya yang terpejam.
Detakan jantungnya semakin cepat serta perasaannya tak karuan.