"Tuan?" panggil Nurma pada Fawwaz yang sedang terdiam serta memperhatikan dirinya.
"Tuan melamun saya?" tanya Nurma.
"Jangan terlalu percaya diri!" ucap Fawwaz yang langsung memalingkan wajahnya saat Nurma bertanya demikian.
"Ok!" jawab Nurma singkat.
Hari semakin sore, tak terasa matahari yang bersinar akan tenggelam sesaat lagi.
Fawwaz mengajak Nurma untuk duduk di sekitar pantai dan menikmati sunset bersama.
Ia gengam tangan sang istri dengan erat agar tak ada seorangpun yang mengganggunya lagi.
"Sebentar, Tuan!" kata Nurma pada sang suami.
"Ada telepon dari Mama" ucapnya.
Nurma pun menerima panggilan video dari Nyonya Raline--mertuanya.
Ia berpura-pura romantis dengan Fawwaz saat Nyonya Raline melihatnya.
Nurma menyandarkan kepalanya pada pemuda tampan yang berada di sampingnya.
"Kalian di sana baik-baik ya, Sayang!" kata Nyonya Raline yang terlihat senang melihat kedekatan Nurma dan Fawwaz.
"Iya, Ma! Fawwaz menjaga Nurma dengan baik, iya kan, Sayang!" kata Nurma sambil mengecup pipi suaminya.
Muka Fawwaz memerah saat Nurma mendaratkan kecupan bibirnya ke pipinya.
Namun, ia tak bisa menolaknya, karena ibundanya tengah melihat mereka.
"Gadis tak tau malu! Pasti dia sengaja mengambil kesempatan" batin Fawwaz.
Sepertinya gadis polos itu, kini menjadi semakin agresif dengan Fawwaz.
"Syukurlah, Mama senang lihat kalian akur dan romantis seperti itu" ucap Nyonya Raline.
"Ya sudah, baik-baik di sana, ya! Fawwaz jagain terus istrinya" kata Nyonya Raline pada sang putra.
Nyonya Raline menutup panggilan video tersebut.
"Sudah saya bilang pada kamu, jangan pernah berharap lebih!" kata Fawwaz ketus pada Nurma.
Meskipun Nurma termasuk gadis yang cantik, namun, hal itu masih belum bisa meluluhkan hati sang suami agar mencintainya.
"Apakah saya tidak cantik?" tanya Nurma.
"Walaupun kamu adalah wanita paling cantik di dunia ini, saya tak akan tertarik apalagi jatuh cinta denganmu!" tegasnya.
Tak dipungkiri, memang Nurma termasuk gadis yang kecantikannya di atas rata-rata.
Setiap pria yang melihatnya, pasti akan terpesona dengan keelokan rupanya.
"Memangnya kenapa?" tanya Nurma.
"Cinta membuat seseorang lemah, dan saya tak ingin menjadi orang yang lemah" jawab Fawwaz pada Nurma.
Nurma keheranan mendengar jawaban dari CEO tampan itu.
Padahal cinta tak selalu menjadikan pencintanya lemah.
Cinta juga bisa membuat pecintanya menjadikan orang yang kuat.
"Kalau menurut saya, cinta adalah kekuatan, karena dengan cinta, kita mempunyai harapan dan semangat dalam hidup" ujar Nurma.
"Saya benci cinta! Jangan bicara tentang cinta lagi dengan saya" tegas Fawwaz dengan nada suara tinggi.
***
Mas Andi masih penasaran dengan seorang gadis dan pria yang baru saja ia lihat.
"Apa aku kenal mereka?" tanya Mas Andi pada Ajeng.
"Itu kan Nona Alycia yang calonnya tuan yang kabur" kata Ajeng pada Mas Andi.
Meskipun hanya beberapa kali bertemu, tapi Ajeng ingat betul dengan perawakan dan wajah Alycia.
Ia sangat yakin jika permpuan yang baru saja ia lihat adalah putri Tuan Bosch.
"Lantas laki-laki itu berarti.." kata Mas Andi yang menduga-duga.
"Mungkin saja kekasihnya yang membawanya kabur" jawab Ajeng.
Tak ada habis-habisnya mereka membahas tentang Alycia, hingga tak terasa matahari sudah tenggelam.
Awan Awan berwarna merah mulai tampak di langit, menandakan malam yang gelap akan segera datang.
Fawwaz memang membebaskan mereka untuk pergi jalan-jalan hingga pukul delapan malam.
Namun, nampaknya mereka memilih untuk kembali ke hotel untuk beristirahat.
Sesampainya di hotel, mereka belum melihat keberadaan Fawwaz dan Nurma.
Nampaknya mereka belum kembali sejak tadi sore.
"Tau gini, mending kita jalan-jalan ke bar buat dugem" kata Mas Andi.
"Kau ini tidak waras, ya?! Mana ada bar yang buka selepas magrib, lagian itu bukan hal yang baik dan tak mungkin Tuan Fawwaz mengizinkan kita ke tempat seperti itu"ujar Ajeng.
***
Jakarta.
Rumah bak istana megah milik keluarga konglomerat itu tampak lengang.
Yang terlihat hanyalah nyonya Raline beserta para pembantu dan pegawai yang bekerja di rumahnya.
Tuan Hamdan, seperti biasa, ia sibuk mengatur perusahaan.
Apalagi saat Fawwaz sedang bulan madu seperti ini,ia tak menelepon Fawwaz untuk mbahas pekerjaan.
Tuan Hamdan paham betul karena ia pun pernah muda, dan pernah merasakan bulan madu bersama Nyonya Raline.
Jika banyak orang yang melihat serta iri dengan kehidupan nyonya Raline yang serba kecukupan dengan harta yang melimpah.
Hal sebaliknya dirasakan oleh Nyonya Raline, ia merasa kesepian saat suaminya pulang terlambat.
Untungnya ada para pembantu dan pegawainya, hal itu dapat menghiburnya agar tak merasakan kesepian.
"Ningsih! Biar saya bantu" ucap Nyonya Raline.
"Tidak perlu, Nyonya! Saya pembantu di rumah ini, jadi ini sudah tugas saya untuk memasak" kata Ningsih--ibunda Nurma.
"Nyonya silakan duduk manis saja, nanti kalau sudah matang, nanti biar saya hidangkan" ucap Ningsih sekali lagi.
Namun, ibunda Fawwaz itu menolaknya, ia tetap bersikukuh untuk membantu Ningsih untuk memasak.
"Ini kemauan saya, satu lagi, kamu jangan panggil saya Nyonya, panggil besan saja" kata Nyonya Raline sembari menyunggingkan senyum manisnya.
"Kita ini kan keluarga, jadi jangan menganggap kalau kamu ini pembantu, ya!" ucap Nyonya Raline sekali lagi.
Ningsih tersenyum mendengar perkataan Nyonya Raline yang menganggapnya sebagai besan.
"Oh ya Ningsih, kamu tau tidak jika Fawwaz dan Nurma semakin dekat dan begitu romantis sekarang" ujar Nyonya Raline.
"Syukurlah, saya bahagia mendengarnya, semoga segera ada kabar baik dari mereka" harap Ningsih.
"Saya juga sudah tidak sabar untuk menimang cucu" kata Nyonya Raline.
Kedua orangtua itu sangat mengharapkan tangis anak kecil di rumahnya.
***
Semakin malam, keadaan pulau Bali semakin ramai oleh lalu lalang wisatawan.
Ada yang keluar hanya untuk jalan-jalan atau makan, ada pula yang sedang berkencan dengan pacar atau sekedar menghabiskan waktu bersama keluarganya.
Begitu juga dengan Fawwaz dan Nurma, mereka menghabiskan waktu bersama dengan berburu kuliner di Bali.
Kali ini, Fawwaz yang memilih tempat untuk makan malam mereka.
Lelaki tampan itu memilih sebuah restoran mewah dan termahal di sana.
"Ayo duduklah!" kata Fawwaz pada Nurma.
Seorang pelayan pun datang dan menyodorkan sebuah menu yang di sediakan di restoran tersebut.
"Mahal sekali! Masa udang begini satu porsi harganya satu juta" celoteh istri Fawwaz itu.
"Udang yang kita gunakan adalah kualita terbaik, Kak!" jawab pelayan.
Ingin sekali Fawwaz menegur Nurma, namun ia menahannya.
"Saya pesan shrimp with barbeque sauce satu, minumnya lemon tea aja" ucap Fawwaz.
"Kalau kakaknya mau pesan apa?" tanya pelayan tersebut pada Nurma.
"Sama" jawab Nurma.
Bukannya apa-apa, ia tak mau ribet dengan membaca menu yang memakai bahasa Inggris.
Jangankan membacanya, melihatnya saja, lidahnya sudah menjadi kelu.
"Baik, Kak! Ditunggu, ya!" ujar pelayan tersebut.
Saat pelayan itu meninggalkan meja mereka, Fawwaz menegur Nurma.
Setelah itu, Fawwaz pun pergi meninggalkan Nurma.
"Tuan, mau kemana?" tanya Nurma pada Fawwaz yang berdiri dari tempat duduknya.