Chereads / Berjodoh dengan CEO Tampan / Chapter 29 - Cinta tanpa syarat

Chapter 29 - Cinta tanpa syarat

Saat Fawwaz akan membuka masker orang misterius itu, tiba-tiba orang yang berpakaian serba hitam itu berteriak dengan suara kencang, "Tolong! tolong!".

Seketika orang-orang yang mendengar teriakannya langsung datang untuk melihatnya.

Saat mereka bertanya apa yang sedang terjadi, orang yang berpakaian hitam itu berkata jika Fawwaz hendak memperk*sa dirinya.

Sontak hal itu membuat warga geram.

"Tidak benar! Dia berbohong!" jelas Fawwaz.

"Kau jangan macam-macam, ya! Kenapa kau ingin melenyapkan istri saya?" ucap Fawwaz geram.

"Mana ada orang yang salah mau mengaku! Bisa-bisa penjara penuh" celetuk seorang warga.

Mereka tak mau mendengarkan penjelasan Fawwaz, sehingga para warga menggebuki Fawwaz hingga babak belur.

Di saat para warga sedang menggebuki suami Nurma itu, wanita berpakaian hitam segera kabur dari tempat itu.

"Ada apa ini?" tanya Nurma yang tiba-tiba datang menyusul.

Seorang warga memberikan informasi jika mereka menggebuki seorang pria karena pria itu akan memperk*sa wanita berpakaian serba hitam.

"Stop! Kalian salah orang!" teriak Nurma.

"Bagaimana mungkin kalian menggebuki suami saya? Dia bukan ingin memperk*sa! " kata Nurma.

"Bubar kalian semua!" usirnya pada semua warga.

Para warga pun bubar dan Nurma bergegas menolong Fawwaz yang sudah bercucuran darah akibat mendapatkan banyak pukulan.

"Tuan! Bertahanlah! Kita akan pergi ke rumah sakit" kata Nurma sambil menitikkan air mata yang tak bisa ia bendung.

"Tidak! tidak perlu ke rumah sakit, bawa saya pulang ke hotel saja!" ujar Fawwaz dengan suara lemah.

"T-tapi.."

"Jangan bawa saya ke rumah sakit, jika saya di rumah sakit, maka orang tua saya akan tau hal ini, mereka akan khawatir" jelas Fawwaz.

Nurma menyetujui permintaan Fawwaz, tanpa pikir panjang, ia memesan taksi online untuk membawa Fawwaz.

Sekitar lima menit menunggu, taksi online yang dipesan datang.

"Tolong bantu suami saya, Pak!" pinta Nurma pada supir taksi.

"Baik, Bu!" kata supir taksi yang bergegas memapah Fawwaz untuk naik ke taksi.

***

Makan malam telah terhidang di atas meja makan.

"Tolong tuangkan air putih, Ma!" pinta Tuan Hamdan pada istri tercinta.

Nyonya Raline mengambil sebuah gelas yang berada di tengah meja, dan segera menuangkan air putih itu.

Tiba-tiba suara pecahan kaca beradu dengan lantai rumah yang terbuat dari batu marmer.

Tanpa sengaja, air yang dipegang oleh Nyonya Raline lepas dari tangannya.

"Ada apa, Ma?" tanya Tuan Hamdan yang merasa khawatir dengan istrinya.

Kenapa wajah Mama terlihat gelisah?" tambahnya.

"Mama tiba-tiba kepikiran Fawwaz dan Nurma, pertanda apa ini?" ucap Nyonya Raline.

Tuan Hamdan berusaha untuk menenangkan sang istri.

"Mama khawatir, Ba!" kata Nyonya Raline.

"Jangan khawatir, itu hanya perasaan Mama saja," ucap ayahanda Fawwaz itu.

Merasa tak tenang, Nyonya Raline bermaksud untuk menelepon Fawwaz, namun, Tuan Hamdan melarangnya dengan alasan mungkin saja Fawwaz dan Nurma sedang menghabiskan waktu bersama.

Tak elok rasanya mengganggu bulan madu pengantin baru.

"Jangan sekarang! sekarang sudah malam, mungkin saja mereka sedang berada di kamar bersama" ujar Tuan Hamdan sembari tersenyum pada sang istri.

"Besok saja jika ingin menelpon Fawwaz dan Nurma, berikan mereka waktu untuk bersama!" tambah Tuan Hamdan.

"Baiklah" kata Nyonya Raline.

***

"Maaf, saya gagal lagi!" ujar wanita berpakaian serba hitam yang mencekik Nurma tadi.

"Dasar Gobl*k!" bentak seseorang yang juga memakai pakaian serba hitam.

"Hanya mengurus satu gadis saja kau tak mampu?" ucapnya menarik baju wanita berpakaian serba hitam.

"Aku sudah membayarmu mahal untuk menyingkirkannya, jika kau tak becus, aku akan menyuruh orang lain!" ucapnya sambil marah.

***

Di dalam taksi, Nurma meletakkan kepala Fawwaz di pangkuannya, gadis itu terlihat sangat khawatir dengan keadaan sang suami.

Air matanya tak terbendung lagi, air matanya jatuh membasahi pipinya.

"Ini semua karena saya, maafkan saya, Tuan!" ucap Nurma dengan Isak tangisnya.

"Sudahlah! Saya tidak apa-apa, Nurma! Jangan menangis!" kata Fawwaz lirih.

Entah kenapa hati Fawwaz tersentuh tangisan Nurma.

Ia tak tau mengapa ia tak tega melihat gadis berbibir mungil itu menangis.

Tak lama kemudian, mereka sampai di hotel tempat mereka menginap.

Sesampainya di lobby hotel, Andi kaget melihat Nurma dan Fawwaz yang penuh dengan darah.

"Apa yang terjadi dengan Tuan Fawwaz, Nona?" tanya Andi yang penuh dengan kekhawatiran.

"Saya akan memberitahu Tuan Hamdan dan Nyonya Raline supaya mencari orang yang telah berani berbuat hal demikian pada Tuan Fawwaz" kata Andi.

"Tidak perlu! Tolong bantu saya untuk membawa Tuan Fawwaz ke kamar" ujar Nurma.

Andi bergegas membawa majikannya itu ke kamar.

Andi membaringkan Fawwaz ke atas tempat tidur yang empuk.

Sedangkan Nurma melepas sepatu dan kaos kaki yang dipakai oleh suaminya itu.

"Mas Andi, jangan sampai hal ini sampai ke telinga Ibu dan ayah mertua saya!" peringat Nurma pada Andi.

"Baiklah, Nona!" ucap Andi.

"Baiklah, Mas Andi boleh keluar dan istirahat sekarang." jelas Nurma.

"Baiklah, Nona, Tuan! Saya izin permisi dulu" pamit Mas Andi.

***

"Why are you wearing black like this?" tanya Justin yang aneh melihat penampilan Alycia. (Kenapa kamu memakai pakaian hitam seperti ini?).

"No matter what I wear, i will still look beautiful" puji Alycia pada dirinya sendiri. (Apapun yang aku pakai, aku akan tetap terlihat cantik).

"Isn't it, Kate?" tanya Nurma pada temannya. (Bukankah begitu, Kate?).

Katrine tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"If you are not beautiful, Justin will not falling in love to you" jawab Katrine. (Jika kamu tidak cantik, Justin tak akan jatuh cinta padamu).

Alycia tersipu malu mendengar pujian yang diberikan oleh sahabatnya itu.

Tapi ia sendiri masih ragu dengan ketulusan Justin, pikir Alyce jika Justin benar-benae mencintai dirinya, pasti mereka sudah menikah.

Namun, hingga sekarang, Justin tak kunjung menikahinya.

Walaupun Alycia sudah meminta kekasihnya untuk menikahinya, namun, Justin selalu mengalihkan topik pembicaraan.

"I dunno if Justin really love me or not" kata Alycia. (Aku tidak tau apakah Justin benar-benae mencintaiku atau tidak).

"I love you so much, Darling! Don't think anything, change your dress and we will go to Discotic" kata Justin sambil menyerahkan sebuah paper bag berisi gaun cantik dari merk ternama. (Aku sangat mencintaimu, Sayang! Jangan berpikir apapun, ganti pakaianmu dan kita akan pergi ke Diskotik).

***

Nurma membersihkan luka memar yang diderita oleh Fawwaz dengan kain lembut yang ia celupkan dengan air hangat.

"Aw.. pelan-pelan!" ucap Fawwaz yang mengeluh sakit.

"Ini sudah pelan, Tuan! Memang sedikit sakit, tapi dengan air hangat ini, luka Tuan akan membaik" jelas Nurma.

Gadis itu merawat Fawwaz dengan sepenuh hati.

Tak peduli setelah banyak penolakan dari Fawwaz, ia tetap melakukan tugasnya sebagai seorang istri.

"Mengapa kau menangis saat melihat saya terluka?" tanya Fawwaz pada Nurma.

"Dan mengapa Tuan bertanya hal itu pada seorang pecinta?" kata Nurma.

"Tuan tau? Seorang pecinta juga merasakan sakit saat orang yang dicintai terluka.

Karena, bagi pecinta sejati, orang yang dicintai telah melebur dengannya" jelas Nurma pada Fawwaz.

"Bagaimana bisa kau jatuh cinta dengan saya, sedangkan kau tak pernah mengenal saya sebelumnya, mustahil!" tanya Fawwaz pada sang istri.

Nurma tersenyum dan berkata, "Cinta datang memang kadang tak mengenal logika, menurut Tuan, mustahil orang jatuh cinta tanpa adanya perkenalan atau pertemuan, jika Tuan bertanya bagaimana? Saya pun tak mengerti, karena itu semua datangnya dari hati" kata Nurma sambil menunjuk pada arah dadanya.

"Jatuh cinta adalah mimpi buruk bagi saya, karena cinta membuat orang menderita, jadi, jika kau tak ingin menderita, maka berhentilah untuk jatuh cinta" ujar Fawwaz.