"Kita berangkat sekarang, Tuan?" tanya Ajeng pada Fawwaz.
"Panggil Nurma!" jawab Fawwaz.
Ajeng pun bergegas untuk memanggil Nurma yang sedang bertemu dengan sang bunda di dapur.
Sesampainya di dapur, ia berkata pada Nurma yang sedang berpelukan dengan ibundanya.
"Nona Nurma, mari kita berangkat!"ujar Ajeng.
"Ibu, Nurma berangkat ke Bali dahulu, ya! Ibu jaga diri baik-baik selama Nurma di Bali" tutur gadis itu pada ibu yang ia sayangi itu.
"Kamu juga baik-baik di sana, ya!" kata Ibu Ningsih pada putrinya itu.
***
"Mari kita pergi!" ajak Fawwaz sembari memegang tangan Nurma.
Nurma tak sedikitpun menjawab sang suami, ia hanya diam.
Mereka pun bergegas meninggalkan rumah untuk menuju Bandara.
"Hati-hati ya, Nak! Semoga ada kabari baik setelah kalian pulang dari bulan madu di Bali" kata Nyonya Raline.
"Aamiin" ucap Tuan Hamdan mengaminkan harapan sang istri.
***
Mas Andi membukakan pintu mobil untuk Nurma dan Fawwaz.
Kali ini mereka pergi ke Bali tanpa membawa body guard.
Sebenarnya Tuan Hamdan meminta mereka pergi dengan body guard, namun, Fawwaz menolaknya dengan alasan, jika ada body guard, maka bulan madunya bersama Nurma akan terganggu.
"Tuan, Nona! Jangan lupa untuk selalu memakai masker agar tak ada seorangpun yang mengenali, saya hanya menyampaikan pesan dari Tuan Hamdan" ucap Mas Andi pada Fawwaz dan Nurma.
"Ya!" jawab Fawwaz cuek.
Sedangkan Nurma tak mengatakan satu patah katapun.
Selama perjalanan menuju bandara, pasangan suami istri itu tak saling berbicara.
"Ehem.." Ajeng berdehem untuk memecah keheningan yang terjadi diantara mereka semua.
Ia mengeluarkan makanan ringan dari kantong plastik yang ia bawa.
"Apa itu?" tanya Mas Andi yang duduk di samping Ajeng sembari mengemudikan mobil.
"Ini kerupuk seblak setan" kata Ajeng.
"Ajeng Sayang, boleh suapin Mas?" kata Andi yang berusaha menggoda Ajeng.
Kesal, itulah yang dirasakan oleh Ajeng, ia memberikan makanan ringan itu pada Andi seraya berkata," Ambil, makan semuanya!" ujar Ajeng.
Merasa terganggu dengan Ajeng dan Mas Andi, Fawwaz menatap mereka dari kaca spion depan.
Melihat sang majikan menatap dengan tatapan tak senang, mas Andi berbisik pada Ajeng, "husst..diamlah! Nona Nurma dan Tuan Fawwaz merasa terganggu"
"Baiklah" ucap Ajeng dengan berbisik pula.
Setelah melakukan perjalanan selama dua puluh menit, akhirnya mereka sampai di Bandara.
Hari ini mereka akan terbang ke Bali pada pukul delapan lebih tiga puluh menit.
Sekarang jam masih menunjukkan pukul tujuh kurang lima menit.
Seperti biasa, setelah sampai di Bandara, mereka check in kemudian tepat pukul delapan tiga puluh, mereka akhirnya berangkat.
"Ini pertama kali aku naik pesawat, aku sangat takut" batin Nurma yang menutup matanya sambil berkomat-kamit membaca doa.
Sepanjang penerbangan, Nurma tak berani membuka matanya.
Yang ada dalam pikirannya adalah ia takut akan ketinggian, ia juga takut jika pesawat yang mereka tumpangi akan jatuh.
Tiba-tiba pesawat mengalami sedikit turbulensi, hal ini membuat Nurma kaget dan panik.
Ia spontan berteriak "Ibu!" katanya.
Mendengar Nurma yang ketakutan, Fawwaz pun menghampiri sang istri dan berkata, "Buka matamu! Tenanglah" ujar CEO muda itu pada sang istri.
"Aku takut! Tolong duduklah di sampingku!" Pinta Nurma pada sang suami.
Di penerbangan kali ini, Nurma dan Fawwaz duduk terpisah.
Karena mereka memilih penerbangan eksekutif class.
"Tolonglah! Aku mohon!" kata Nurma.
Fawwaz pun menyetujuinya, ia pun berbagi tempat duduk dengan sang istri dan meninggalkan kursinya kosong.
"Terima kasih" kata Nurma.
***
Di sisi lain, Mas Andi dan Ajeng menikmati penerbangannya kali ini.
Ini pertama kalinya mereka naik pesawat, tak ada ketakutan sedikitpun dari wajah mereka.
"Sayang! Enak banget ya orang kaya kalau naik pesawat pun, pelayanannya sebagus ini" ujar Mas Andi pada Ajeng yang tiba-tiba berada di samping Ajeng.
"Apaan sih kau manggil-manggil sayang, jijik aku tuh" kata Ajeng.
"Awas Lo, nanti kalau jijik dan benci seperti itu, nanti malah jatuh cinta, hehe" ujaras Andi yang mencoba menggoda sang pujaan hati.
"Udah deh, balik sana ke tempatmu!" usir Ajeng.
***
"Sepertinya, rembulan telah berpindah ke wajahmu.
Pesonamu, keindahan serta keelokan wajahmu, selalu saja membuat hati ini bergejolak.
Dengarkan detak jantung kekasih hatimu ini, hai Sayangku!
Semakin hati ini menahan perasaan kasih cinta ini padamu, semakin tumbuh subur perasaan ini padamu" batin Nurma saat memandang sang suami yang sibuk membaca buku.
"Kau kenapa?" ucap Fawwaz yang tiba-tiba menangkap basah Nurma ketika sedang menikmati pesonanya.
"T-tidak apa-apa!" kata Nurma yang langsung memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Ok! Apa kau sudah tenang dan tak takut lagi?" tanya Fawwaz pada Nurma.
Gadis berparas cantik itu hanya menggelengkan kepalanya.
"Baiklah" kata Fawwaz yang kembali fokus pada bukunya.
Terkadang pria bernama Fawwaz itu sangat menyebalkan, tapi di sisi lain, ia juga pria yang manis, batin Nurma.
Kadang Fawwaz menghinanya dengan kata-kata yang sangat menyakitkan, tetapi terkadang ia bersikap perhatian pada Nurma, seakan Fawwaz benar-benar peduli dengan Nurma.
"Tuan!" panggil Nurma pada sang suami.
Fawwaz menutup bukunya dan berkata, "Apalagi?" tanyanya.
"Tidak jadi" kata Nurma.
"Tidurlah! Jangan mengganggu! Saya ingin membaca buku dengan tenang" kata Fawwaz dengan ketus.
***
Setelah melakukan penerbangan selama dua jam, akhirnya mereka sampai di Bali.
Mereka di jemput oleh supir khusus yang telah di sewa oleh Tuan Hamdan selama mereka ada di Bali.
"Bapak Fawwaz beserta Nyonya Nurma?" tanya seorang pria yang telah menunggu Fawwaz beserta rombongan di terminal kedatangan.
"Silahkan naik, Tuan!" katanya sambil membukakan pintu mobil.
Memang bulan madu kali ini, semua telah diatur oleh orangtua Fawwaz.
"Selama berada di sini, saya yang akan mengantarkan Tuan dan Nyonya untuk berkeliling kemanapun Tuan dan Nyonya mau" ujar supir tersebut.
"Saya akan mengantar Tuan menuju hotel yang sudah di pesan khusus" tambah supir tersebut.
"Baiklah" jawab Fawwaz secara singkat.
Tak lama, sekitar sepuluh menit, mereka sampai di hotel mewah berbintang lima.
Seorang wanita mengantarkan Fawwaz dan Nurma menuju ke kamar yang telah di pesan orangtuanya.
"Indah sekali" kata Nurma.
Kamar itu telah dihias dengan bunga mawar nan indah.
Tempat tidur mereka diberi taburan bunga mawar yang sangat wangi.
Di tengahnya, petugas hotel menghiasnya dengan mawar merah berbentuk hati.
"Semoga Nyonya menyukainya" ucap petugas hotel tersebut.
"Saya sangat menyukainya" ujar Nurma tersenyum.
"Ini apa? Kau buat kamar saya kotor!" ucap Fawwaz yang merasa tak senang dengan taburan bunga mawar.
"Bersihkan sekarang atau saya laporkan ke manager kamu" ancam Fawwaz.
"Tapi, ini sesuai dengan permintaan" ucap pelayan hotel.
"Tak apa, biar saya saja yang membersihkan, maafkan suami saya, ia lagi alergi dengan bunga mawar" kata Nurma.
Nurma pun mempersilahkan pelayan hotel itu untuk pergi.
***
Kamar Ajeng dan Mas Andi berada di depan kamar Fawwaz dan Nurma.
Tuan Hamdan dan Nyonya Nurma sengaja memesankan kamar terpisah untuk Ajeng dan Mas Andi, karena mereka khawatir jika mereka akan melakukan sesuatu yang tak baik jika berada dalam satu kamar.
"Sayang! gimana kamarmu? Bagus?" kata Mas Andi yang tiba-tiba masuk ke kamar Ajeng.
"Stop panggil aku seperti, itu!" jawab Ajeng kesal.
"Pergilah! Aku mau istirahat! Nanti sore saja kita mengobrol lagi" usir Ajeng pada Mas Andi.
***
Sakit hati yang dirasakan oleh keluarga Tuan Bosch masih saja terasa.
Sudah dua bulan lebih sejak putri kesayangannya itu mencoreng nama baik keluarganya, akibatnya calon besannya, yaitu Tuan Hamdan membatalkan kerja sama mereka.
Sampai saat ini, ia belum menemukan keberadaan sang putri.
Tuan Bosch berjanji, ia akan membunuh kekasih putrinya itu.
Gara-gara dia, nama baik Tuan Bosch dan keluarganya tercemar.
Gara-gara dia juga, usahanya rugi dan perusahaannya diambang kebangkrutan.
Tak hanya itu, ia juga merasa sakit hati dengan keluarga Tuan Hamdan yang tiba-tiba membatalkan kerja sama mereka secara sepihak.