Kanaya belum bisa menerima keputusan Arsha, ia sangat marah.
Bahkan di restoran, Kanaya sudah menghadang Arsha di pintu.
Menarik tangan Arsha mengajaknya ke taman sebelum bel masuk kerja bunyi.
"Maksud kamu apa minta putus? Kita belum lama jadian kenapa tiba-tiba minta pisah secara sepihak?" Kanaya bertanya dengan suara keras.
"Kan aku sudah bilang mau fokus kuliah S2 dan aku akan pergi jauh ke luar negeri, jadi lebih baik jika kita pisah."
Arsha dengan tenang menjelaskan akan tetapi Kanaya tidak mau mengerti.
"Itu hanya alasan kamu kan? Jujur saja kalau kamu ingin pisah sama aku! Aku tidak akan marah," pekik Kanaya.
"Terserah jika kamu tidak percaya, aku tidak peduli. Mulai detik ini kita bukan siapa-siapa lagi, Kanaya." Arsha pergi meninggalkan Kanaya seorang diri di taman dekat restoran.
Kanaya menyeka air matanya seraya berteriak, "Aku benci Arsha!"
Suara Kanaya terdengar oleh Rania dan Rafli yang baru saja sampai restoran dan ingin duduk dulu di taman sebentar.
"Itu seperti suara Kanaya menangis, apa aku tidak salah dengar?" tanya Rania.
"Iya, itu Kanaya." Rafli menunjuk ke Arah Kanaya duduk seorang diri.
"Kita ke sana!" ajak Rania ke Rafli dengan tergesa-gesa. Rania berjalan setengah lari untuk mendekati sahabatnya ia ingin tahu apa yang terjadi pada Kanaya.
"Kanaya, kamu kenapa?" Suara Rania mengejutkan Kanaya, ia menoleh melihat Rania dan Rafli semakin menangis.
"Aku tidak apa-apa, kok. Kalian ngapain di sini? Sana ke restoran sebentar lagi masuk kerja!" Kanaya membuang muka dirinya masih belum mau cerita ke Rania ataupun Rafli.
"Kita menghirup udara segar di sini," sahut Rafli santai.
"Kamu kalau ada masalah cerita dong, ke kita. Memangnya kami sudah tidak dianggap sahabat lagi?" tanya Rania ke Kanaya yang masih belum jujur.
"Rania tolong aku belum ingin bicara apapun, pergilah!" pinta Kanaya.
"Kamu sahabat aku kan? Kenapa mengusirku? Menyebalkan sekali," pekik Rania hengkang dari hadapan Kanaya.
"Rafli kenapa Rania marah? Aku kan hanya ingin sendiri dulu, sudah kamu kejar Rania sana!" pekik Kanaya.
"Tidak kamu suruh juga akan saya lakukan," kata Rafli mengejar Rania.
Pertengkaran dalam persahabatan hal biasa asal bisa saling memaafkan dan memahami keadaan sahabatnya dikala susah ataupun senang.
Rania kerja tidak fokus memikirkan Kanaya yang terlihat sedih di taman tadi pagi, tapi dia juga kesal jika Kanaya tidak mau bercerita padanya.
"Sebenarnya Kanaya kenapa? Mengapa dia tidak !mau bercerita denganku?" Rania merasa tak dianggap sahabat oleh Kanaya hatinya sakit.
"Sudah jangan dipikirkan kamu kerja yang fokus saja," ujar Rafli memberikan sapu tangan lalu pergi lagi kedepan.
"Rafli sok perhatian sekali, tapi dia tidak tahu rasanya tidak dianggap sahabat, sakit," gerutu Rania.
Di mana-mana jika saling bertengkar dan marahan baik hubungan persahabatan ataupun percintaan keduanya sama-sama membuat hati merasa sakit.
Di sisi lain Revan mendekati Wulandari yang baru jatuh cinta sudah patah hati dengan sosok Rafli.
Revan mengirimkan coklat ke Wulandari, tapi si gadis alergi coklat ia ingin membunuhnya tapi ingat jika Kanaya suka dengan coklat, daripada dibuang mubazir ia berpikir memberikan ke Kanaya.
Setelah beberapa menit mondar-mandir Wulandari tidak menemukan Kanaya di dapur lalu ia bertanya ke Arsha tetapi dijawab sangat ketus.
"Mas Arsha apa melihat Kanaya?" tanya Wulandari lembut.
"Kenapa tanya saya? Memangnya saya ini babysitter Kanaya!" Arsha memekik membuat Wulandari kaget.
"Astaghfirullah ini orang kesambet apa? Jadi tambah galak," ujar Wulandari lirih.
"Kamu bilang apa? Sana balik kerja!" Arsha menyuruh Wulandari ke tempat kerjanya sedangkan Kanaya masih di taman, hati Arsha merasa tidak enak sebab meninggalkan Kanaya seorang diri.
Kanaya memasuki ruangan Pak Hendra, tiba-tiba dia ingin berhenti kerja.
"Pak saya kesini mau berhenti kerja, boleh atau tidak saya akan mengundurkan diri dari sini, terima kasih atas kebaikan Pak Hendra selama ini," ucap Kanaya menunduk.
"Alasannya apa kamu tiba-tiba minta mengundurkan diri?" tanya Pak Hendra yang tidak bisa dijawab oleh Kanaya karena alasannya adalah anaknya sendiri yang membuat dirinya tidak tahan lagi kerja disana.
Kanaya izin kepada teman-teman, termasuk Wulandari dan Rania.
"Rania aku berhenti kerja di sini, maafkan aku jika banyak salah sama kamu," kata Kanaya mengejutkan teman-temannya.
"Kanaya kamu jangan bercanda! Mau kemana memangnya?" tanya Rania penasaran dengan apa yang terjadi sesungguhnya.
"Mungkin untuk sementara waktu aku pulang kampung saja," jawab Kanaya sekenanya.
"Pulang kampung ke mana?" tanya Rania.
"Ke rumah orang tua aku di Palembang," sahut Kanaya.
Rania memeluk Kanaya ia tidak mau terpisah jauh dari sahabatnya.
Kanaya sewaktu SMA tinggal dengan neneknya di Jakarta sedang kedua orang tuanya berada di Palembang mereka petani kelapa sawit, padi, dan sayuran sukses di sana.
"Rania jangan menangis dong, seolah kita akan berpisah selamanya saja, nanti aku juga balik ke Jakarta lagi, kok." Kanaya menghibur sahabatnya.
"Aku juga bakal rindu sama ayam bakar buatan kamu Kanaya," kata Wulandari.
"Jadi sama orangnya tidak rindu, nih?" tanya Kanaya.
Wulandari tersenyum lalu memberikan beberapa coklat untuknya.
"Kamu suka coklat kan, ambil ini!" Wulandari menyodorkan coklat batangan sekotak, berbagai macam rasa dan warna.
"Terima kasih Wulandari, kamu tahu saja jika aku suka coklat," puji Kanaya.
"Maaf jika aku tidak bisa memberikan apa-apa selain doa, hati-hati di jalan Kanaya," ujar Rania.
"Kamu benar akan pulang ke Palembang?" tanya Rafli ikut nimbrung.
"Iya, benar masa bercanda. Rafli jaga Rania buat dia bahagia selalu, aku pergi dulu. Sampai nanti semuanya, jika ada kita diberikan umur yang panjang Insya Allah bertemu kembali."
"Aamiin," sahut mereka kompak melepaskan Kanaya pergi untuk sementara waktu, agar dia tenang menghadapi segala masalahnya yang belum mampu ia ceritakan ke Rania ataupun yang lain.
"Aku tidak menyangka kali ini Kanaya benar-benar tidak mau bercerita apapun, tapi baiklah itu masalah, semoga dia mampu menyelesaikan masalah dia, " gumam Rania.
"Kanaya bukan anak kecil lagi, dia pasti akan mampu mengatasi segala masalahnya, kamu tenang saja Rania." Rafli menepuk pundak Rania.
Mereka saling pandang dan melempar senyuman, berharap bersahabat mereka bertiga lenggeng sampai kakek dan nenek.
Arsha kirim pesan ke Kanaya, "Kamu masih marah sama aku? Kita putus bukan berarti tidak bisa jadi teman kan?"
Kanaya cemberut membaca pesan dari Mas Arsha, "Kau sudah tidak peduli lagi sama kamu! Terserah kamu mau anggap aku sebagai apa? Mau anggap teman kek, anggap mantan pacar kek, bahkan kamu anggap orang asing aku juga tidak peduli, Arsha. Mulai detik ini aku pastikan bisa move on dari kamu dan lebih baik memang kita pisah."
Arsha tercengang membaca pesan Kanaya, ia merasa heran dengan jari, lidah dan hati wanita mengapa secepat itu memutuskan move on? Padahal awalnya menolak untuk putus. Kanaya cepat sekali berubah pikiran, tapi bagi Arsha keputusan sudah yang paling benar dan terbaik untuknya juga Kanaya.
"Kamu masih marah sama aku? Kanaya aku juga tidak peduli lagi sama kamu, terserah mau apa? Aku Arsha tidak ingin tahu lagi segalanya tentang kamu!"
Arsha sangat kesal saat mengetik hal tersebut meskipun di dalam hatinya ia merasa bersalah memutuskan hubungan secara sepihak.
"Semoga kamu bisa bahagia dan bila kita berdoa berjodoh mungkin suatu saat aku bisa membuka hatiku dan benar-benar tulus cinta sama kamu," gumam Arsha.
Kanaya memutuskan untuk memblokir semua sosial media Arsha agar dia bisa move on secepatnya.
Apakah Kanaya bisa melupakan Arsha?
Bagaimana jika Arsha tidak jadi kuliah keluar negeri?