Ibunya Reyhan dan Ibunya Rania bertemu di mall dengan tidak sengaja. Rasa marah yang menumpuk di hati Maya menggebu saat melihat calon mantan besannya Luna sedang sibuk memilih perhiasan.
"Luna! Kamu ada di Indonesia? Di mana Reyhan? Laki-laki pengecut!" pekik Maya marah ke Luna ibunya Reyhan.
"Astaghfirullah jangan bikin malu di tempat umum, lebih baik kita berbicara berdua saja," ujar Luna.
"Yang bikin malu itu kamu dan keluargamu," kata Maya memekik.
"Aku tahu keluarga aku salah tapi pasti ada alasannya, ikut aku sekarang!" perintah Luna ke Maya.
Mau tidak mau Maya mengikuti Luna dibelakang sampai mereka di tempat sepi lalu Luna mempersilahkan Maya untuk marah-marah kepada dirinya.
"Sekarang silahkan jika kamu mau marah-marah, saya tidak peduli."
Luna menarik napas perlahan-lahan mempersiapkan mental untuk mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh Maya.
"Keluarga kamu benar-benar tidak bertanggung jawab, meninggalkan Rania di hari pernikahannya. Sekarang kamu mau menjelaskan apa? Jika kalian sudah di Indonesia saja tidak mau ke rumah kami." Maya menyeka air matanya, ia juga merasakan kesedihan di hatinya menanggung malu dan cibiran dari orang-orang yang menghina Rania.
"Sebenarnya kami sudah siap untuk ke rumahmu, tapi nenek Reyhan meninggal jadi kami terpaksa terbang ke Jepang pada waktu itu," kata Luna.
"Innalillahi, tapi kenapa tidak memberitahukan kita? Lalu di mana suami dan anakmu si Reyhan itu?" tanya Maya.
Luna menunduk sedih ia berkata, "Suamiku sudah meninggal itu salah anakmu Rania."
"Kenapa menyalahkan Rania? Anakku itu korban, kamu tega sekali menyalahkan anakku." Maya heran dengan sikap Luna yang menyalahkan Rania.
"Itu karena Rania dan Reyhan menjalin hubungan padahal Rania sudah menikah sama Rafli, itu memalukan. Ayahnya Reyhan sangat marah sampai ia kena serangan jantung," ujar Luna.
"Mana mungkin Rania menjalin hubungan dengan Reyhan setelah dia menikah dengan Rafli, jangan ngawur kamu!" pekik Maya diterima anaknya dituduh demikian.
"Kamu tanyakan saja sama Rania, dia menjalani hubungan dengan Reyhan yang menyamar jadi Rafa!" kata Luna.
"Baik nanti pasti saya tanyakan ke Rania, saya tidak percaya dengan ucapan kamu, sekalipun itu benar saya juga tidak sudi Rania kembali dengan Reyhan, titik."
"Kamu juga jangan cemas, Reyhan juga tidak akan bisa bersatu dengan Rania sebab saya sampai mati pun tidak setuju sama mereka," kata Luna.
Maya dan Luna pun berpisah mereka memutuskan untuk tidak saling kenal karena itu lebih baik, daripada saling sakit hati mengingat masa lalu yang pahit.
Di sepanjang jalan air mata Maya menetes hati seorang ibu tidak akan terima jika anaknya disakiti oleh siapapun.
Terlebih Rania anak semata wayang yang amat disayangi dan dilindungi oleh kedua orangtuanya, makanya ibunya sangat marah dengan Reyhan.
"Syukur tadi tidak ada Reyhan, jika ada mungkin sudah aku tampar berkali-kali," gerutu Maya dia niat ke mall untuk senang-senang malah menjadi emosi tidak terkendali gara-gara bertemu Luna ibunya Reyhan.
"Hari ini sangat menyebalkan!" pekik Maya terus terbayang wajah Luna yang sama sekali tidak merasa bersalah dan dosa sudah membuat aib di keluarga orang, pengecut, tidak tanggung jawab, tidak bisa menepati janji makhluk yang bernama Reyhan.
Sampai rumah Maya langsung mencari Rania yang sedang di asik nonton drama kolosal di laptopnya.
Ibu Maya mengetuk pintu lalu mengucap salam yang dijawab oleh Rania.
"Ibu tidak jadi ke salon?" tanya Rania.
"Ibu tadi ketemu sama Luna ibunya Reyhan, ternyata dia sudah di Indonesia kamu tahu tidak?" tanya Ibu Maya.
Rania bingung mau berkata apa, tapi dia harus jujur jika sudah bertemu mamanya Reyhan waktu di Yogyakarta.
"Jawab dong, Rania? Jangan diam aja kaya patung, Ibu sedang bertanya sama kamu!" Ibu Maya menyentuh kedua pundak putri semata wayangnya.
"Rania sudah tahu kok, Bu."
"Kenapa kamu tidak bicara sama Ibu jika keluarga Reyhan ada di Indonesia?" tanya Ibu Maya kesal sama anaknya.
"Untuk apa? Ibu mau marah sama keluarga Reyhan? Percuma, Rania sudah bahagia sama Rafli," jelas Rania.
"Kamu jangan bohong? Kamu masih cinta kan sama Reyhan? Ibunya Reyhan bilang kamu diam-diam menjalin hubungan dengan Reyhan yang menyamar sebagai Rafa apa itu benar?"
Ibu Maya terus memarahi Rania sebab tidak mau anaknya sedih lagi dibuat kecewa oleh Reyhan.
Rafli dari kamar mandi bingung melihat Ibu Maya pada Rania, padahal beliau sangat sangat pada putrinya itu.
"Rania hanya berteman dengan Rafa atau Reyhan, tapi sekarang dia sudah memutuskan untuk menjauhi aku sebab ayahnya meninggal terkena serangan jantung," jelas Rania.
"Tapi Ibu minta kamu lupakan Reyhan, cintai suami kamu Rafli," kata Ibu Maya.
"Ibu, jangan cemas. Rafli akan jagain Rania dari Reyhan, Rafa atau siapapun, dia istriku, milikku, kita akan bersama selamanya," tutur lembut Rafli.
"Benar ya, Rafli kamu akan jaga anak Ibu untuk selamanya? Jangan ingkar janji kayak Reyhan, janji itu hutang." Ibu Maya menegaskan ke Rafli.
"Siap Ibu mertuaku yang baik hati, tegas, dan bijaksana." Rafli tersenyum simpul.
"Rania ingat lupakan Reyhan jangan ingat-ingat dia lagi, apapun alasannya, kasihan suamimu." Ibu Maya memekik sambil berlalu pergi dari kamar Rania dan Rafli.
"Aku juga sudah berusaha melupakan Reyhan, tapi itu bukan hal yang mudah." Rania menarik napas panjang dalam-dalam.
"Aku tahu kok, kamu sabar ya. Ada Rafli selalu ada disisimu." Rafli memeluk Rania.
Luna menatap seluruh di dinding di rumahnya dia merasa sangat kesal hari ini bisa bertemu dengan Maya, terlebih dihina dan dimaki di depan umum, menyebalkan sekali.
"Dia pikir keluarganya saja yang berduka, aku lebih berduka kehilangan suami, kehilangan ibu mertua. Masalah mereka hanya batal menikah, itu memang menyedihkan tapi lebih berat cobaanku." Luna menjerit seorang diri di kamarnya.
Reyhan mendengar suara ibunya menjerit dia terperanjat langsung masuk kamar karena kuatir.
"Ibu ada apa denganmu?" tanya Reyhan panik.
"Ini semua gara-gara kamu yang masih mengejar-ngejar cinta Rania, tadi kamu tahu tidak Ibumu ini dihina sama ibunya Rania." Ibu Luna mengusap air matanya ia bercerita ke Reyhan anak semata wayangnya.
"Wajar jika Ibu Maya marah sama keluarga kita, memang kita salah." Reyhan membela Ibu Maya membuat Ibunya semakin marah.
"Wajar kata kamu? Maya keterlaluan marah-marah didepan umum, aku tidak terima Reyhan, Ibumu lebih menderita dibanding Maya, ataupun Rania."
Luna meneteskan air mata membuat hati Reyhan teriris ia pun minta maaf.
"Ibu maafkan Reyhan, bukan maksud aku membela Ibu Maya dan Rania tapi kita yang salah pergi di hari pernikahan tanpa kabar," jelas Reyhan.
"Ibu tahu, kita memang salah tapi kan alasannya nenek kamu meninggal, terlebih sekarang ayah kamu sudah meninggal disebabkan Rania jadi jangan harap ibu kasih restu kamu mengejar istri orang!" Ibu Luna sekali lagi menegaskan ke Reyhan untuk menjauhi Rania.
"Iya, Reyhan janji Bu, demi almarhum ayah, Reyhan patuh sama Ibu." Reyhan memang sejak dulu hanya bisa jadi anak patuh yang menurut.
Kisah Ibu Maya dan Ibu Luna yang saling marahan dan membenci entah sampai kapan mereka bisa berdamai, atau benar-benar memilih untuk saling melupakan sampai akhir hayat.