Hati Rafli hancur terpaksa menuruti apa mau Rania yang ingin bercerai dengan alasan agar Rafli terbebas dari ikatan palsu pernikahan mereka.
"Rafli sekarang kamu bebas, cari kebahagiaan dirimu sendiri," ujar Rania yang sudah resmi bercerai di pengadilan agama.
"Kamu juga benar Rania, semoga kamu bahagia meskipun tidak bersamaku lagi dan kita tetap jadi sahabatnya?" tanya Rafli memandang wanita yang ia cintai.
"Pasti kita tetap bersahabat meskipun pernikahan kita sudah berakhir terima kasih banyak atas pengorbanan kamu selama ini, mau menikah denganku meskipun karena keadaan."
"Tidak perlu terima kasih, kamu adalah sahabat terbaikku." Rania dan Rafli resmi pisah tapi Ibu Maya yang menangis tidak terima kenyataan.
"Rafli kamu tetap menantu Ibu, jaga dirimu dimanapun kamu berada. Kami semua sayang sama kamu," ujar Ibu Maya meneteskan air mata.
"Jaga diri Ibu juga, jangan marah sama Rania karena perpisahan ini atas dasar keputusan kami berdua," ujar Rafli tidak ingin kedua orang Rania memarahi wanita yang dicintai meskipun tidak bisa dimiliki.
"Kamu masih saja perhatian sama Rania, Rafli anak baik kamu berhak bahagia meskipun tidak dengan Rania," ujar Ibu Maya menatap sedih menantunya yang pamit meninggalkan Jakarta.
Rafli akan kembali ke Yogyakarta menunggu hari wisuda tiba, meskipun hatinya hancur tapi jangan sampai hidupnya juga hancur.
"Selamat tinggal, Nenek, Ibu, Ayah dan Rania semoga kalian selalu bahagia aku sayang kalian semua." Rafli melambaikan tangan. Nenek berteriak,"Cucu Mantu bawa oleh-oleh yang banyak, ya!"
Rania merasa menghancurkan semua hati orang hanya demi kebahagiaan dirinya sendiri, apa mungkin setelah ini cintanya dengan Reyhan akan kembali atau akan hancur untuk selamanya?
Tidak peduli salah atau benar, keputusan ini diambil oleh dua orang. Rafli dan Rania sama-sama setuju untuk bercerai.
"Rafli, apa kamu akan bahagia di Yogyakarta? Kamu tidak akan menerima cinta Tania kan? Aku harap begitu," gumam Rania lirih.
Rafli ke Yogyakarta menggunakan kendaraan umum dia melupakan segala kenangan yang ada di Jakarta.
Cinta dan pekerjaannya sebagai kasir di restoran pun ikut dilepasnya.
"Selamat tinggal Rania, selamat tinggal Jakarta semoga aku bisa kuat hidup sendiri," ujar Rafli sedih.
Sepanjang perjalanan Rafli selalu membayangkan wajah Rania, di kepalanya hanya ada dia seorang. Bagaimana mungkin dia begitu lemah tidak berani mengatakan isi hatinya pada Rania jika ia sangat mencintai Rania.
"Rafli mengapa kamu begitu takut ditolak cintanya oleh Rania? Bukannya lebih baik ditolak daripada tersiksa seperti ini," gerutu Rafli matanya memerah ingin menangis tapi malu.
"Mas mau kemana?" tanya wanita cantik di samping Rafli.
"Saya mau pulang," sahut Rafli aslim
Sang wanita menjadi kesal jawaban dari Rafli tidak tempat.
"Pulang ke alam baka? Kalau ditanya jawab yang jelas dong!"
"Kok situ sewot terserah saya mau kemana kek!" Rafli menjadi jutek.
"Mas ditanya jawab yang benar lah! Situ aneh malah marah, berobat sana!" pekik perempuan itu.
"Kamu yang tidak jelas, jangan sok kenal!" pekik Rafli.
"Emang kagak kenal dan tidak mau kenal!" pekik wanita itu melengos.
"Jangan mengajak bicara aku!" ujar Rafli.
"Terserah, siapa juga yang mau ngomong sama situ, jangan terlalu percaya diri."
"Diam!" pekik Rafli.
"Ada orang kurang obat marah-marah tidak jelas!" pekik si wanita menyindir Rafli mereka saling melirik.
Siapakah sosok perempuan yang ada di samping Rafli? Apakah mereka akan bertemu kembali setelah berpisah dari bis jurusan Jakarta-Yogyakarta.
***
Rania menemui Kanaya mereka saling curhat mencurahkan isi hati.
"Aku lega bisa pisah dengan Rafli, aku harap dia bahagia dan bisa meraih cita-citanya setelah pisah dari aku." Rania berkata demikian Kanaya tidak setuju.
"Menurutku Rafli mencintai kamu Rania jika kalian bercerai begini mana mungkin Rafli bisa bahagia," tutur Kanaya.
"Kamu yakin sekali jika Rafli cinta sama aku, Kanaya pasti pendapatmu itu salah." Rania yakin jika Rafli akan bahagia jika mengejar impiannya di Yogyakarta sebagai dosen atau apalah itu.
Kanaya senyum ia berkata, "Jika aku benar bagaimana?"
Rania menjawab, "Jika Rafli benar mencintai seharusnya dia mengungkapkan isi hati agar aku tahu."
Kanaya tertawa kecli, "Rania tidak semua orang mampu mengatakan isi hatinya."
Rania mengingat segala kenangannya bersama Rafli selama menjadi suami istri, mungkin benar Rafli tidak pernah mengatakan cinta tapi dia begitu baik dan perhatian ke Rania.
"Namun bagaimana cara aku tahu jika cinta itu tidak dikatakan?" tanya Rania.
"Dari tindakannya, dulu waktu kamu tenggelam di pantai Parangtritis Rafli sangat panik dia berupaya menyelamatkan dirimu, itu salah satu bentuk cinta," jelas Kanya.
"Namun sendainya itu kamu yang tenggelam pasti Rafli juga menyelamatkan Kanaya sebab dia laki-laki yang baik," kata Rania.
"Kamu benar, Rafli memang laki-laki baik dan menurutku dia sangat mencintai kamu meskipun tidak berani menyatakan."
"Entalah, tapi dia mau dan bersedia pisah denganku artinya tidak cinta dong, tapi aku hanya ingin Rafli bahagia itu saja." Rania membuka dompet menatap lekat Poto pernikahanmya dengan Rafli.
"Begitupun Rafli, dia rela cerai dengan kamu asal kamu bahagia. Apa sekarang kamu bahagia Rania?" tanya Kanaya.
Rania menjadi bingung apa dia bahagia atau ia merasakan kesedihan. Namun terlihat jelas di mata kedua orang tua dan neneknya jika tidak mau kehilangan menantu seperti Rafli dan tidak merestui jika Rania balikan dengan Reyhan apapun alasannya.
"Kenapa diam Rania? Harusnya kamu bahagia kan bebas dari Rafli, apa kamu akan kembali dengan Reyhan?" tanya Kanaya.
"Aku tidak tahu Kanaya, hatimu sepertinya bimbang. Namun untuk bersatu dengan Reyhan itu hanya keajaiban dari Tuhan."
Rania tidak berambisi lagi untuk bersatu dengan Reyhan ia tahu jika cinta tanpa restu akan sulit di masa depan.
"Apapun keputusan dalam hidupmu itu sudah jadi keputusan kamu, jadi tetap semangat, ya!" Kanaya mencium kening Rania membuat sahabatnya jadi geli.
"Kamu ngapain cium kening aku Kanaya, jadi malu hehe …."
"Rania itu kan artinya aku sayang kamu, kita jadi sahabat untuk selamanya."
"Kamu juga sudah aku anggap sahabatku selamanya, terima kasih Kanaya," kata Rania memeluk Kanaya.
Kini persahabatan Rania dan Kanaya semakin dekat mereka sama-sama mengalami patah hsti harus berpisah dengan orang yang dicintai.
Kanaya sudah patah hati disebabkan oelh Revan dan Arsha, sedang Rania patah hati sama Reyhan. Namun kini Rania terlihat selalu mengingat kenangan manisnya bersama Rafli selama menjadi suami dan istri.
"Kamu dengan Mas Arsha bagaimana? Sudah ini belum?"
"Sudah ini apa? Aku sama Mar Arsha sudah putus kali," kata Kanaya.
"Putus? Kamu kok, tidak cerita sama aku Kanaya, pantes waktu itu kamu galau dan ingin pulang ke Palembang."
"Maaf aku saat itu memang putus asa jadi mengambil keputusan mendadak, tapi ketika mantap pulang kampung malah mau dijodohkan sama ayah," kata Kanaya bercerita dengan jujur ke Rania.