"Bisa ngga usah ganggu gue?" Ujar Alan
yang memasang headset di telinga
putihnya.
"Gue nggak ganggu kok" Aluna membuka
Akun Instagramnya dan melihat berbagai
video lucu untuk menghilangkan rasa
bosannya.
"Bhahaha itu ngapain sih. Ngakak
sumpah." Tawa Aluna membuat Alan
terkejut.
Alan melepas headset sebelah kanan.
"Bisa nggak sih nggak usah ribut sendiri!"
Alan mengambil ponsel Aluna.
"Lan lo ganggu gue aja ! Siniin hp gue." Kemudian Alan menyerahkan Hp Aluna dan kembali mendengarkan lagu favoritnya.
"Lan lo harus liat deh ni orang masa kaya
gitu. Pake daster Lan, buset kaya mau nyuci
aja." Ujar Aluna kembali heboh membuat
Alan mendengus kesal.
Kemudian Alan mematikan lagunya dan
melirik ke arah ponsel Aluna yang sedang
memutar video. Alan yang melihatnya tak bisa menahan tawa, ia tersenyum. Kini ia benar-benar
ingin tertawa sampai akhirnya pertahanan agar tidak tertawa kini runtuh. Ia tertawa terbahak-bahak bersama Aluna.
Aluna yang mendengar itu heran, ia baru
kali ini mendengar Alan tertawa lepas.
"Tu kan lucu. Sini deh Lan." Aluna
menggeser duduknya agar lebih dekat
dengan Alan.
Berbagai video mereka tonton hingga tidak
ada jarak antara mereka. Sampai hembusan nafas Alan sampai di wajah dengan make up natural Aluna. Aluna mendongak terlihat wajah tampan
Alan dari dekat dengan hidung mancung.
Video terus berlanjut, Alan terlihat sangat
serius menyaksikan video itu. Namun
Aluna? Ia kini sedang tak karuan. Jantung
yang berdetak dua kali lebih cepat dan pipi
yang kini sudah seperti kepiting rebus. Ini
adalah pertama kalinya ia dekat dengan
Alan, bahkan sangat dekat.
"Ganteng juga kalo lagi deket." batin Aluna.
"Gue tau gue ganteng tapi nggak usah di
liatin terus gitu." kalimat itu membuat Aluna terkejut. Bagaimana bisa Alan sadar sedang di perhatikan oleh Aluna. Sangat malu Aluna, harusnya ia fokus dengan video di ponselnya.
"Gr" ketusnya.
Tiba-tiba ponsel Aluna mati, baterai habis.
"Makanya kalo kemana-mana itu hp di
charge dong!" Ujar Alan ia membuka
ponselnya.
"Yaudah sini pake hp lo." Aluna langsung
merebut Ponsel Alan dan membuka akun
Instagramnya.
"Eh lo belum follow akun gue ya? Gue
follow ya." tanpa ba-bi-bu Aluna mencari
akun dirinya.
"Lo tuh ya nggak sopan!" Alan langsung
merebut ponsel miliknya dan di masukan
ke dalam saku celananya.
"Dasar pelit!" Memang menyebalkan.
Angin malam yang menyejukkan namun
bagi Aluna yang memakai dress pendek
dan tanpa lengan itu membuat dirinya
kedinginan. Seketika bibir pink-nya menjadi pucat.
Aluna memang seperti itu, jika ia
kedinginan akan menjadi pucat. Jika di
biarkan maka ia bisa jatuh pingsan. Tubuh Aluna tidak bisa menahan angin malam. Kini ia begitu terasa pusing seolah bumi berputar tak jelas.
"Lo sakit? Pucet banget" tanya Alan yang
sedari tadi melihat gadis di sampingnya itu
terlihat lemas.
"Gue nggak bisa tahan dingin Lan." Ujarnya
sambil memegang keningnya yang begitu
sakit. Kepalanya seperti di tusuk-tusuk.
Kini hidungnya mengeluarkan cairan
merah segar. Darah itu menetes di dress
cantik miliknya.
"Lo mimisan." Alan langsung membawa
Aluna ke dalam mobil. Ia menggendong ala
bridal style.
Aluna kini jatuh pingsan, Alan makin
mempercepat langkahnya. Dirinya
khawatir takut terjadi sesuatu dengan
tunangannya itu. Setelah merebahkan Aluna di kursi samping pengemudi, ia bergegas masuk
ke mobilnya. Belum sampai ia masuk ke
dalam mobil, sebuah motor berhenti tepat
di depannya.
Alan mengerutkan keningnya, siapa pria
itu? Kenapa berhenti di depan dirinya?
Sepertinya ia pernah melihat motor itu?
Pria yang masih duduk di atas motor
itu kemudian membuka helmnya dan
menampakan rambut panjang yang tak
tertata.
Alan menyipitkan matanya, ia seperti
pernah melihat pria itu.
"Lo Alan kan? Yang kamaren ketemu di
depan toko?" Tanya laki-laki itu sambil
turun dari motornya.
"Ya?" Alan kemudian mengingat kejadian
satu hari lalu.
"Itu.." Pria itu mendekat ke arah mobil dan
melihat ada gadis yang tengah pingsan.
Astaga Alan melupakan Aluna. Kini ia
harus buru-buru membawanya kerumah
sakit.
"Aluna?" Ujar pria itu membuat langkah
kaki Alan terhenti.
"Lo kenal?" Tanya Alan memutar badannya
menghadap pria itu yang kini terus
memandang gadis di dalam mobil Alan.
"Dia pacar gue." tiga kata satu kalimat
membuat Alan berdiri mematung. Sudah
lah Alan tidak terlalu memikirkan hal
seperti itu, yang terpenting ia harus
cepat-cepat membawanya ke rumah sakit.
"Lo bawa ke rumah sakit. Gue ikutin dari
belakang. Tolong Lan gue nggak bisa bawa
dia pake motor. Dia itu emang nggak boleh
terlalu kedinginan bisa-bisa dia mimisan."
kata Laki-laki itu yang mengklaim sebagai
pacar Aluna.
Mobil hitam itu terus melaju dan di
belakangnya di ikuti motor CBR hijau milik
Devan.
"Arghh..." Aluna tersadar dari
pingsannya, ia memijat keningnya yang
begitu sakit.
Pelan-pelan ia membuka matanya,ia kini
sedang berada di mobil. Dan tubuhnya? Astaga ia di selimuti dengan jaket hitam. Milik siapa ini? Pikir Aluna.
Ia melihat di samping kanan, terdapat Alan
yang sedang fokus menyetir mobil.
"Udah lo diem aja. Kita ke rumah sakit."
Ujar Alan, ia sama sekali tidak melihat gadis
itu.
"Nggak usah Lan. Gue udah biasa, gue cuma
butuh penghangat." Ujar Aluna.
"Pake." Alan menyerahkan Hoodie
yang ia letakan di kursi belakang . Itu
hanya Hoodie cadangan takutnya Alan
membutuhkannya.
Hoodie Hitam dengan aroma mint khas
milik Alan membuat siapapun yang
menciumnya akan menyukai.
"Udah nggak usah di ciumi gitu." Ujar Alan
membuat Aluna malu bahkan sangat malu.
Ia terlalu mendalami aroma itu hingga ia
lupa jika Alan berada di sampingnya.
"Eh itu bukannya Devan ya?" Tanya
Aluna yang melihat ke belakang. Ia kini
sudah memakai Hoodie milik Alan dan di
pangkuannya terdapat jaket milik Alan.
"Pacar lo." Ujar Alan santai.
Deg.
Bagaimana bisa Alan mengetahuinya? Aluna bingung harus bagaimana.
"Lo tau dari mana Lan?" Tanya Aluna
gugup.
"Dia sendiri yang bilang."
"Berhenti dulu dong Lan di depan." Perintah
Aluna, kemudian Alan menepikan mobilnya.
Motor Devan berhenti tepat di depan mobil
Alan dan ia buru-buru turun dari motor
dan menghampiri Aluna. Aluna membuka kaca mobil dan Devan sudah tepat di depannya.
"Kamu nggak apa-apa kan?" Tanya Devan
tampak khawatir.
Aluna menggelengkan kepalanya,ia
kemudian tersenyum manis pada
kekasihnya itu.
"Aku khawatir sayang." mendengar ucapan
itu entah Aluna harus bahagia atau seperti
apa. Di sisi lain ia sangat bahagia dengan
ucapan Devan. Namun disisi lain ada Alan
sebagai tunangan Aluna.
"Emm.. kamu pulang aja ya? Aku
baik-baik aja kok." mereka memang
biasa berubah-ubah seperti itu. Kadang
menggunakan aku-kamu kadang juga
lo-gue.