"Kamu nggak apa-apa kan?" Tanya Devan
tampak khawatir.
Aluna menggelengkan kepalanya, ia
kemudian tersenyum manis pada
kekasihnya itu.
"Aku khawatir sayang." mendengar ucapan
itu Entah Aluna harus bahagia atau seperti
apa. Di sisi lain ia sangat bahagia dengan
ucapan Devan. Namun disisi lain ada Alan
sebagai tunangan Aluna.
"Emm.. kamu pulang aja ya? Aku
baik-baik aja kok." mereka memang
biasa berubah-ubah seperti itu. Kadang
menggunakan aku-kamu kadang juga
lo-gue.
"Alan tolong Anter Aluna" pinta Devan
sambil mengusap rambut Aluna lembut.
Aluna yang di perlakukan manis oleh
Devan tersenyum bahagia.
Akhirnya Devan pergi meninggalkan Alan
dan Aluna yang masih terdiam. Alan menyalakan mesin mobilnya dan pergi dari tempat itu.
"Perempuan nggak tau diri!" Desis Alan
membuat Aluna mengernyit heran.
"Maksud lo?" Tanya Aluna menatap wajah
Alan dari samping.
"Nggak nyadar?" Alan memutar bola
matanya malas. Ia tadi menyindir Aluna
yang sedang pacaran di depan Alan.
"Gue?"
"Mending lo turun aja deh! Jemput aja tuh
sama pacar lo itu!" Tegas Alan.
Apakah yang Alan maksud adalah Devan?
Kenapa di seperti itu?
"Mak-"
"Udahlah lo nggak ada bedanya sama
perempuan di club." Kalimat sederhana
namun membuat siapapun yang mendengarnya seperti di tusuk dengan pedang tajam.
"Hah? Lo bilang gue sama kaya perempuan di club? Maksud lo gue kaya perempuan jalang?" Tanya Aluna serius.
"Itu lo sadar! Lo emang jalang! Gue baru
tau." memang ucapan seseorang itu lebih
menyakitkan. Sangat menyakitkan.
"Emang ada perempuan yang udah
tunangan terus masih pacaran sama
MANTAN?" bukan, Alan bukannya
cemburu tapi ia merasa tidak menyukai
sikap Aluna yang masih berhubungan
dengan mantannya itu.
"Gue bukan jalang Alan! Emang gue masih
pacaran sama Devan karena gue masih
cinta sama dia!" Ujar Aluna dengan nada
tinggi.
"Lo emang nggak pernah di ajari sopan
santun yah?"
Alan memberhentikan mobilnya di tepi
jalan sepi dan tak nampak ada perumahan
atau bangunan lain.
"Kok berhenti?" Tanya Aluna heran.
"Lo pernah melakukan sesuatu dengan
Devan bukan? Yang hanya berstatus
sebagai pacar lo. Sedangkan gue?
tunangan lo?" Kalimat itu membuat
Aluna takut. Devan tak pernah sekalipun
melakukan apapun padanya. Hanya kissing itupun jarang di lakukan oleh mereka.
"Jangan sembarang!" Ucap Aluna dengan
nada tinggi lagi. Ia benar-benar seperti di hina oleh Alan. Padahal dirinya perempuan baik-baik.
Alan mendekatkan tubuhnya ke arah
Aluna. Semakin dekat hingga tak ada jarak.
Tatapan tajam membuat Aluna takut,kini
Aluna tidak bisa berkutik. Ia benar-benar
tidak menyangka apa yang Alan lakukan.
Cup.
Sesuatu menempel di bibir Aluna. Aluna
tidak berani membuka matanya, ia takut
jika Alan akan melakukan hal yang tidak-tidak. Kemudian Alan menjauh dari hadapan
Aluna dan duduk dengan tenang
menghadap lurus ke depan.
"Gue cuma mau lo jauhin Devan. Di nggak
baik buat lo." ujar Alan.
"Gue kemarin liat dia sama jenny keluar
dari club dalam keadaan mabuk." Lanjut
Alan.
"Lo tau dari mana? Devan bukan tipe orang
seperti itu. Jadi kalo lo mau jelek-jelekin
dia nggak usah pake kebohongan!"
Bagaimana Aluna tidak percaya. Devan selama ini sangat baik dan tidak pernah macam-macam dengannya.
"Gue udah dua kali liat dia sama Jenny.
Kalo lo nggak percaya, gue ada bukti" Alan menyerahkan ponselnya untuk membuktikan kebenaran.
Terlihat jelas bahwa Devan dengan
pakaian yang sudah berantakan sedang
merangkul Jenny dengan pakaian mininya. Aluna meneteskan air matanya hingga jatuh di ponsel milik Alan. Ia tidak menyangka jika laki-laki yang ia cintai kini mengkhianati dirinya.
"Udah nggak usah nangis cuma gara-gara
laki-laki brengsek itu." Ujar Alan berusaha
menenangkan Aluna. Kemudian Alan
mendekat dan menghapus air mata Aluna
yang jatuh di pipi mulusnya.
"Gue nggak nyangka Lan." setelah Kalimat
itu terucap Aluna langsung memeluk
Alan erat. Sampai kaos hitam yang Alan
kenakan terasa basah di bahunya.
Drtdrtdrtdrt.
Getaran ponsel Alan membuyarkan
lamunannya. Ia kemudian melepaskan
pelukan Aluna untuk mengangkat telepon.
"Hallo?"
"Iya mah."
"Kamu lagi dimana sayang? Aluna ada sama
kamu?"
"Iya lagi sama Alan."
"Cepat pulang, ini udah jam sebelas."
Panggilan terputus. Kemudian Alan melirik
ke arah Aluna yang kini masih menangis.
"Udah nggak usah nangis, nanti di kira gue
ngapa-ngapain lo lagi."
Alan kembali menjalankan mobilnya pergi
dari tempat itu. Tiba-tiba Alan dibuat terkejut karena Aluna yang tiba-tiba menyenderkan kepalanya di pundak Alan. Aluna pun yang kini sangat butuh sandaran karena ia kini sangat rapuh.
Sakit yang dulu pernah di buat Devan kini
terulang. Begitu menyakitkan bukan jika seseorang
yang kita cintai membuat kita sakit yang
teramat?
Begitu pun dengan aluna,Tapi ia
bersyukur. Bersyukur karena ia tau saat
ini sebelum Aluna terus dibodohi oleh
manusia brengsek itu.
Selama perjalanan Aluna memejamkan
mata, ia terus bersandar di pundak Alan. Aroma mint yang membuat Aluna nyaman. Alan pun tau dengan keadaan gadis di dekatnya itu. Ia membiarkan dirinya menjadi tempat dimana aluna merasa rapuh seperti saat ini.
***
Satu minggu berlalu. Kini Aluna, Dara, Laura
beserta Ibu masing-masing tengah duduk
di Kantin. Baru saja Mereka mengambil
hasil ulangan kenaikan kelas. Alhasil kerja keras Aluna selama ini cukup memuaskan. Aluna mendapat peringkat ke lima setelah semester kemarin ia mendapat peringkat ketujuh
Sedangkan Laura mendapat peringkat
kedua dan Dara peringkat keenam. Yang
menjadi juara kelas memang selalu
Dito, anak kutu buku di kelas Sebelas IPA 1.
"Apa kabar sama besan jeng?" Tanya
Rika-ibu Laura.
"Ya begitulah, dia itu kan sahabat saya dari
SMA kaya anak-anak kita ini." Jawab Maya
yang menggunakan kebaya modern lengan
pendek.
"Eh jeng saya mau pamit yah mau meeting
di kantor." Celetuk Resa-ibu Dara.
"Ya sudah kita bareng aja. Saya juga mau
pamit." Kemudian Maya ikut pergi dari
Kantin.
Kini hanyalah Ada Aluna, Laura dan Dara.
"Eh kapan nih kita latihan buat lomba?"
Tanya Laura karena tapi kepala sekolah
menyampaikan bahwa akan ada pertandingan bola basket dengan SMA.
"Santai aja dulu. Gimana kalo kita liburan
gitu? Pusing gue mikirin fisika mulu." Balas
Dara dengan ide cemerlang.
"Boleh tuh? Kemana kita?" Aluna sambil
menyeruput jus mangga kesukaannya.
"Gabung dong." Tiba-tiba Lio datang dan di
belakangnya ada Gibran, Rai dan Alan.
"Ngagetin gue anjir." Bagaimana Aluna
tidak terkejut. Lio tadi menepuk pundak
Aluna yang sedang menikmati jus mangga.
"Sorry." Lio cengengesan kini ia duduk di
sebelah Laura.
Semenjak Gibran jadian dengan Dara dan
Alan tunangan dengan Aluna, mereka
terlihat lebih akrab. Biasanya untuk saling sapa saja mereka tidak pernah bahkan hanya tau namanya saja.
"Eh kita ada ide, gimana kalo liburan
bareng?" Usul Dara.