Aluna turun melihat Aditama dan Maya sedang berada di ruang keluarga. Mereka nampak romantis duduk berdekatan dan Maya menyenderkan kepalanya di bahu Aditama.
Langkah kaki Aluna membuat kedua orang tuanya terkejut dan menengok ke belakang. Mereka nampak malu ketika Aluna tersenyum jail.
"Aluna bikin kaget aja." kata Aditama.
"Maaf Yah." Aluna langsung buru-buru menuju dapur.
"Kamu sudah ketemu Alan, Lun?" Maya yang menyusul Aluna.
"Eh, iya Bun. Kok bunda tau?" Tanya Aluna di sela-sela membuat kopi.
"Tadi dia itu buat kejutan katanya. Ngumpet di belakang sofa waktu kamu keluar dia langsung masuk ke kamar kamu. Sekarang dia di balkon kan?" Aluna tersenyum mendengar perkataan Maya. Ternyata Alan tipe cowok yang romantis
pikir Aluna.
"Cepet bawain kopinya buat Alan jangan senyum-senyum sendiri." Kemudian Maya meninggalkan putrinya itu.
Sampai di Balkon,Aluna meletakan cangkir kopi di meja. Aluna memang meminta agar balkon kamarnya agar di beri meja dan kursi satu.
"Terus gue duduk di mana bambank!" Sinis Aluna karena ia melihat Alan yang sibuk dengan game di ponselnya.
"Sini." Alan menepuk pahanya agar Aluna duduk di atas Alan. Namun Aluna menolak mentah-mentah, ia bukan tipe cewek yang manja. Tapi kadang-kadang ia sangat manja pada Maya, Burhan dan Aditama.
"Ogah!" Aluna memilih berdiri melihat pemandangan malam. Banyak bintang menghias langit hitam. Udara sejuk membuat Aluna terasa dingin karena ia memakai baju lengan pendek.
"Udah lo masuk aja, udara dingin." ucap Alan yang masih bermain game.
"Terus lo kesini cuma mau numpang main game gitu?"
"Anjing kan gue kalah!" Umpat Alan.
"Mulutnya mas di jaga." Aluna sudah berkali-kali mengingatkan Alan agar menjaga mulutnya, namun masih saja Alan mengabaikan ucapan Aluna.
"Masuk aja udah malem." perintah Alan.
"Gue tau ini udah malem lan,liat aja tuh langitnya udah gelap kan" Balas Aluna yang menunjukan langit gelap. Ia berdiri di depan Alan. Rambut di kuncir kuda masih menyisakan beberapa helai di bawahnya. Terpaan angin membuat leher jenjang
Aluna terlihat jelas.
"Mau seblak?" Kalimat itu membuat Aluna tercengang karena Alan tidak pernah mengizinkan Aluna makan makanan pedas karena Aluna mempunyai sakit magh.
"Serius lo? Demi apa lo nawarin gue seblak? Gue mau banget Lan, lo mau beliin gue?" Aluna sangat antusias karena ia sangat menyukai seblak.
"Ada syaratnya"
"Apa?" Aluna menatap wajah Alan.
"Syaratnya lo nggak boleh percaya karena
gue cuma boongin lo." lagi-lagi Alan membuat Aluna kesal. Semakin lama tingkat kejailan Alan semakin bertambah.
"Lo tuh ya nggak capek apa boongin gue mulu!" Aluna kali ini kesal. Moodnya jadi memburuk,hampir setiap hari Alan membuat mood Aluna memburuk.
"Terserah gue dong. Mulut gue ngapain
lo ngatur." dengan wajah santai Alan membuat Aluna semakin kesal. Ia benar-benar tidak menyangka jika Alan mempunyai tingkat kejailan yang tinggi.
***
Hari ini Aluna harus berangkat sendirian
ke sekolah. Biasanya Aluna di jemput Alan, tapi jika Aluna menunggu Alan yang bangunnya nanti jam dua belas siang makan Aluna akan ikut kena hukuman. Laura dan Dara katanya tidak bisa
menjemput Aluna karena mereka tidak membawa kendaraan pribadi. Aluna ingin membawa mobil sendiri, tapi mobilnya sedang di bawa oleh Maya
pergi ke butik. Jadi mau tidak mau Aluna berangkat menggunakan angkutan umum. Aluna bukan tipe cewek yang harus hidup mewah. Ia memang terlahir dari keluarga kaya raya, namun ia tidak pernah merasa malu jika harus menggunakan kendaraan umum ke sekolah.
Setelah selesai menyiapkan keperluan
sekolah, ia langsung pergi ke halte depan
kompleks. Beruntung bus yang biasa ia tumpangi
belum berangkat jadi Aluna tidak perlu menggunakan ojek online.
Kelas sudah terlihat ramai karena udah jam tujuh. Sebelum KBM di mulai, murid-murid berdoa menurut kepercayaan masing-masing. Jam pertama hari ini adalah olahraga. Mereka langsung berganti pakaian di ruang ganti yang sudah di sediakan.
"Gue males banget kalo di suruh lari nanti." ujar Laura.
"Ya elah gue juga kali. Lo tau sendiri kan kalo kita di suruh lari itu sampe 50 putaran. Ogah banget gue." balas Dara.
Kelas 12 IPA 1 sudah berada di halaman dan memakai seragam olahraga. Hari ini mereka akan latihan fisik. Biasanya guru olahraga akan menjadwal kapan harus latihan fisik, materi dan praktek.
Bukan hanya kelas 12 IPA 1 ,ada juga anak baru dari kelas 10 IPS 4. SMA Cendrawasih termasuk sekolah unggulan di kota ini. Berbagai piala dan medali sudah berhasil di sumbangkan oleh anak-anak SMA Cendrawasih.
Hampir dua jam lebih mereka di jemur di tengah lapangan. Akhirnya Pak Teguh mengizinkan anak didiknya untuk beristirahat. Aluna,Dara dan Laura duduk di tepi lapangan.
"Kantin yuk, laper gue tadi pagi sarapan sedikit" ajak Laura.
"Bentar lagi yang lain aja belum pada ke kantin." balas Aluna.
"Lo nyari siapa sih? Sampe mata lo jelalatan gitu." tanya Dara.
"Gue pengen ketemu Alan. Gue mau nungguin dia. Siapa tau dia nyamperin gue bawa minuman gitu" ujar Aluna penuh harapan.
"Udah deh Lun manusia kayak dia itu nggak
bisa di arepin. Sekarang lo kayaknya udah cinta mati ya sama si manusia bisu itu?"
bagaimana Laura tidak bertanya seperti itu, dari tingkah Aluna saat di dekat Alan saja sudah berbeda di banding dulu.
"Nih ya dia itu kan bentar lagi mau jadi laki gue. Ya masa gue nggak bisa coba buka hati buat dia sih." balas Aluna.
"Tapi kalo gue lihat-lihat, dia tuh kayak belum nerima lo deh Lun." kata Dara.
"Ya itu terserah dia lah. Kalo gue udah buat dia seneng, nggak akan lama dia juga akan bales perasaan gue."
"Itu bukannya gengnya dia ya?" tunjuk Laura.
Terlihat Lio dengan tangan di masukan ke
dalam celana dengan gaya cool-nya yang
berjalan paling depan. Gibran dengan wajah tampan dan kalem, Rai yang sok kenal dengan adik kelas dan Alan dengan muka datar pandangan mata di balik kacamata hitam itu lurus ke depan. Siapa yang tidak mengidolakan mereka.
Banyak anak-anak baru yang berusaha untuk mendapatkan hati mereka. Namun mereka terlihat jual mahal dan banyak juga yang mendekati Alan karena mereka tidak tahu status Alan sekarang.
"Udah samperin aja sana." ujar Dara.
"Ogah biar dia aja yang ke sini." Aluna pura-pura tidak melihat Alan dan kawan-kawannya.
"Laah itu keburu masuk kantin Lun." ternyata benar kata Laura, mereka sudah lebih dulu masuk ke kantin.
Biasanya di jam istirahat, banyak makanan dari siswi kelas 10 yang sengaja di berikan untuk mereka. Dan mereka selalu menerimanya, padahal Dara dan Aluna sudah melarang Alan dan Gibran untuk berdekatan dengan siswi kelas 10 yang
mencoba mendekati mereka.