Tok tok tok.
Ketukan pintu dari luar kamar Alan membuat semaunya menoleh. Alan berjalan keluar untuk melihat siapa yang mengetuk.
"Den tolongin nyonya." panik bi Sumi.
"Kenapa?"
"Pingsan." dengan tergesa-gesa Alan turun dan langsung menuju kamar ibunya- Ayu.
Ayu sudah tergeletak di lantai dengan memakai mukena. Wajah pucat dan tangan dingin membuat Alan semakin panik.
Rai, Lio dan Gibran ikut turun dan membantu Alan. Meraka membawa Ayu ke rumah sakit.
"Hubungin om Aditama." perintah Alan. Ia duduk di kursi penumpang di belakang bersama Ayu. Ia terus berdoa agar Ayu tidak kenapa-kenapa.
"Nggak punya nomornya. Sini hp lo." ujar Gibran yang duduk di sebelah pengemudi. Yang membawa mobil Rai sedangkan lio mengikuti dari belakang.
"Hallo"
"Ini Alan bukan?"
"Saya temannya Alan om, sekarang ibunya Alan sedang pingsan. Kita lagi dalam perjalanan menuju rumah sakit permata. Apa om ada di sana?"
"Baik saya akan segera ke sana. Langsung saja bawa Ayu ke ruang UGD."
Beberapa menit mereka sampai di ruang UGD. Alan benar-benar cemas dengan keadaan Ayu.
"Tolong keluar dulu, saya mau periksa." perintah Aditama.
"Sabar Lann, gue yakin nyokap lo kuat." Gibran mencoba menenangkan sahabatnya ini.
Setelah menunggu beberapa menit, Aditama keluar.
"Gimana om?" wajah panik Alan membuat Aditama tidak tega untuk menjelaskan apa yang terjadi pada Ayu.
"Ayu, dia belum benar-benar pulih dan dia juga sepertinya tidak meminum obat yang om resepkan Lan."
Bodoh. Itu yang di pikiran Alan. Bukan ayu yang bodoh, tapi dirinya. Ia gagal menjaga Ayu sampai ia pun tidak tau bahwa ayu jarang meminum obat atau bahkan sama sekali tidak diminum.
"Akibat dari kecelakaan dulu, Ayu tidak memiliki begitu banyak tenaga. Jadi dia sering kecapean apa lagi dia tidak rutin meminum obat."
"Nanti saya resepkan lagi beberapa obat supaya tenaga ayu pulih." Aditama mengerti perasaan remaja laki-laki di depannya ini. Apa lagi dia tidak di dampingi oleh sosok ayah. Kalian ingat bukan tentang Adam? Ayah dari Alan?
"Makasih om sudah datang padahal ini
sudah malam." ucap Alan tidak enak.
"Mulai sekarang jangan panggil om lagi ya Panggil ayah."
"Iya ayah." terdengar lucu. Bahkan Alan sangat jarang menyebut nama papah dan sekarang ia menyebut nama ayah.
"Ya sudah, ayah permisi nak." Kalian ingat kalau Aditama sedang ada tugas di luar kota? Kini Aditama sudah dipindahkan ke rumah sakit permata karena di sini beliau lebih di butuhkan.
Setelah Aditama meninggalkan mereka. Jangan bingung kenapa mereka karena disitu ada Lio, Rai dan Gibran. Alan kemudian masuk. Lagi-lagi ia melihat Ayu menggunakan selang infus dan alat
bantu oksigen. Terbaring lemah membuat
Alan begitu sakit.
Ia takut kehilangan wanita yang sangat ia cintai. Cukup Adel yang pergi. Kalian masih ingat dengan Adel? Adelia Putri?
***
Pagi ini akan diadakan upacara bendera. Sudah biasa di lakukan setiap hari senin. Aluna sudah siap padahal masih pukul 06.05 wib. Ia tidak mau terlambat . Hari ini niatnya Laura dan Dara akan menjemput dirinya. Mereka meminta penjelasan
dengan kejadian kemarin.
"Anak bunda udah rapi aja." goda Maya yang sedang menyiapkan roti.
"Inikan hari senin Bun." Aluna duduk dan meminum susu coklatnya.
"Bun, aku mau bawa rotinya boleh ya?"
"Tumben kamu bawa bekel?" Aluna hanya meringis menampilkan deretan gigi putihnya.
"Biar Aluna yang kasih selai-nya Bun." Aluna dengan telaten mengoles selai coklat. Ia berniat untuk memberikan roti itu untuk Alan. Entah ide dari mana, ia hanya ingin Alan sarapan. Toh itu niat baik bukan?
Tin tin.
"Tuh Alan udah dateng." ujar Maya.
"Bukan Alan Bun, hari ini Luna di jemput Dara sama Laura. Ya udah kalo gitu Luna pamit. Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Aluna sedikit berlari menuju mobil Laura. Ia kemudian masuk duduk di kursi belakang.
"Lun jelasin dong lo kemarin kemana." ujar Dara.
Aluna menjelaskan kepada mereka sembari menuju sekolah. Hingga cerita itu selesai dan sekarang mereka sudah sampai di parkiran sekolah.
Berjalan beriringan menuju kelas. Terlihat sudah ramai karena hari ini akan diadakan upacara bendera.
"Lun pakai tuh topinya ini udah mau mulai." ucap Laura memperingati.
"Padahal males banget gue harus ikut upacara. Mana panas banget lagi." ujar Aluna.
"Mending kepanasan sejam daripada harus di hukum lari muter lapangan 10 kali."
***
Kepala sekolah sedang memberikan amanat. Semua murid mendengarkan dengan seksama walaupun cuaca saat ini begitu panas.
Tiba-tiba datang guru BK menarik paksa tiga murid yang datang terlambat. Lio, Rai, Gibran dan..
"Alan?" Batin Aluna. Ia melihat Alan dengan ketiga temannya berada di depan semua murid. Tampilan acak-acakan membuat Alan terlihat badboy.
"Tunangan tuh." senggol Dara yang berada di sampingnya.
"Itu yang namanya kak Alan ya? Ganteng banget."
"Ya ampun yang di sebelah kiri itu ganteng banget Alan kan yak?"
"Inget dia itu udah tunangan."
"Alah masih tunangan belum nikah."
"Haduh itu kak Alan ya? Ganteng banget sih."
"Sumpah sih itu mereka cakep-cakep banget."
"Perhatikan anak-anak."
"Ini adalah murid yang tadi datang terlambat. Padahal mereka sudah kelas dua belas. Baru saja saya akan mengumumkan bahwa kelas dua belas sebentar lagi akan ujian. Untuk adik-adik kelas, mohon jangan meniru yang seperti ini. Percuma tampan kalau kelakuan kaya anak TK!"
Tatapan Aluna bertemu dengan Alan. Aluna yang berdiri di barisan kelima sebelah kiri, di depannya ada anak-anak IPS kelas 10.
Alan menatap Aluna dalam. Membuat siswi-siswi didepan Aluna merasa kegirangan. Padahal Alan menatap Aluna tapi mereka tampak percaya diri terlalu tinggi.
Upacara sudah selesai. Jam pertama kelas Aluna adalah biologi. Mereka langsung berhamburan ke kelas masing-masing. Namun tidak dengan Gibran, Lio, Rai dan Alan. Mereka di hukum lari keliling lapangan sampai bel istirahat. Beruntung
bel istirahat akan berbunyi satu jam lagi.
"Lan lo nggak cape apa." tanya Lio ngos-ngosan.
"Istirahat sebentar kek, cape gue " keluh Rai.
"Lo nggak liat itu Bu Lita liatin kita terus?"
***
Motor CBR berwarna merah itu melaju begitu kencang. Alan akan menuju rumah Aluna, ia harus menjelaskan kejadian yang sebenarnya.
"Assalamualaikum." ucap Alan sedikit ngos-ngosan.
"Wa'alaikumsalam, nak Alan?"
"Iya tan, Alan kesini mau cari Aluna. Apa Aluna udah pulang tan?" tanya Alan berusaha bersikap tenang.
"Aluna? Dia belum pulang. Memangnya kenapa? Dia bolos?"
"Tadi Alan ke kelas Aluna tapi Aluna nggak ada. Katanya udah pulang."
"Tolong kamu cari nak, tante bener-bener
panik."
"Nanti kalo sudah ketemu, Alan kabari Tante. Alan permisi, assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, hati-hati ya di jalannya."