Davion mulai berjongkok dan menggelengkan kepalanya beberapa kali.
"Mengapa kau ingin melarikan diri? adakah yang memperlakukan mu dengan tidak baik?" tanya Davion seketika.
"Itu kau! Kau menculik ku!" jawab gadis itu dengan galak.
"Ck ck ck" Davion kembali tersenyum dan menggeleng secara bersamaan
"Jika ingin tembak, tembak saja" ucapnya sembari menggenggam kedua tangan Gwen yang menyodorkan pistol padanya. Lalu, Davi pun menaruh ujung pistol itu tepat di keningnya.
"Aku berjanji, tidak akan memperlakukan mu dengan tidak baik, aku hanya ingin memberikan mu sebuah penawaran yang menarik, tidak bisa aku katakan sekarang, karena ini adalah kejutan yang rahasia, jadi.. menurutlah sedkit" tambah Davi membuat Gwen tercengang seketika.
Benar, dari pantauan Gwen, mereka memang tidak memiliki niatan untuk membunuhnya.
Karena jika mereka ingin, mereka tidak perlu mengejarnya hingga sejauh ini, cukup membidiknya dengan satu tembakan, maka pekerjaan mereka akan selesai dengan mudah.
Terlebih, kini mereka tengah berada di padang tandus seperti sekarang, tiada tempat baginya untuk melarikan diri dan bersembunyi.
Gwen pun perlahan menurunkan pistol yang ia todongkan di kening Davi secara perlahan, dan menaruhnya tepat disisi kanan tubuhnya. Setelah rasa dirinya merasa aman.
Mata keduanya saling bertatapan, dan lagi-lagi, Davi yang tak mampu berlama-lama menatap manik gelap miik Gwen. Ia kalah! 2 kali.
Untuk menepis kekesalan, dan salah tingkahnya, Davi menunduk dan jarinya mulai menarik ranting yang masih menusuk di tapak kaki Gwen, Gwen meringis, tapi, tidak lama.
Darah segar pun mengalir setelahnya.
Davion melirik pada para bodyguardnya yang terus menonton apa yang ia dan Gwen lakukan, Davi pun melirik mereka melalui sudut mata tajamnya yang mematikan.
Para bodyguard seketika bergidik, bulu kuduk mereka berdiri, dan langsung memutar tubuh berbalik arah secara bersamaan, kini, mereka pun membelakangi Davi dan Gwen.
Tidak hanya itu, kali ini, apapun yang Davi lakukan, semuanya lebih membuat mereka ketakutan, tak tau, apakah, kelembutan Davi pada gadis itu malah akan berdampak sebaliknya pada mereka?
Karena pria itu adalah pria dingin, kejam, tiada ampun, sedikit bicara dan pembersih. Tapi hari ini, Davion yang seperti itu seakan musnah, dan berganti dengan Davion baru yang begitu lembut, pemaaf, banyak bicara dan tidak takut kotor.
Kreeeeaaak! bunyi kain di robek.
"Kau! kurang ajar! dasar mesum!" pekik Gwen karena Davi merobek rok span terbelahnya hingga semakin pendek, ia sungguh malu, dan menutupi kedua paha putih dan mulusnya dengan kedua tangannya.
Wajahnya telah semerah tomat, Gwen sungguh kesal. Namun ia tak bisa banyak bergerak, karena bentuk roknya akan semakin membuat ia mempermalukan dirinya sendiri.
Beberapa menit telah berlalu, Davi yang tengah serius membalut luka di telapak kaki Gwen pun telah menyelesaikan tugas membalutnya.
Kini ia mulai berfokus pada Gwen, dan menyadari jika gadis itu tidak nyaman dengan bentuk roknya kini.
Davi benar-benar geram melihat pipi mengembung dari gadis itu, 'Ia benar-benar menggemaskan' ucap Davi tanpa sadar dalam hatinya.
Pria itu pun berdiri dan melepas jas mahalnya, dengan segera menutup paha Gwen menggunakan jas itu.
Setelah itu, dengan jantannya dia menggendong Gwen ala bridal style.
"Eh.." Gwen terkejut, bercampur malu, untuk berjalan sendiri ia jelas tidak mampu, karena itu, ia hanya menunduk dan menyembunyikan wajahnya di dada Davi.
Davion tersenyum, ia merasa, wanita itu tidak akan lama lagi, akan jatuh cinta padanya, dan saat itu terjadi, dia siap membuangnya!. Senyuman licik itu kembali terlukis jelas di wajahnya
Davi pun berjalan di depan, setelah ia menugaskan para bodyguard memungut terlebih dahulu, sebuah benda besi berwarna hitam yang masih tergeletak di atas tanah, senjata yang tadi sempat di gunakan Gwen.
Sebuah Senjata Glock Mayer 22 tak berpeluru. Alias kosong.
Davi pun melangkah kembali menuju rumah kuning yang ia kunjungi tadi.
Sesampainya di sana, ternyata Gwen telah tertidur, entah mengapa, ia sangat tidak ingin mengganggu tidur siangnya gadis itu. Padahal toleransi, pengasih, dan perduli, bukanlah bagian dari sikapnya.
Dengan menghela napas panjang, Davipun berpamitan pada penghuni rumah.
"Aku pamit pulang tante Margareth.. sampaikan salam ku pada Lestie, aku tidak bisa menunggunya pulang, katakan padanya, kekasihku tidak ingin aku berlama-lama disini." ucap Davi sebelum ia memasuki pintu belakang mobilnya.
Margareth, cukup tercengang melihat perubahan Sikap Davion padanya, entah mengapa, kali ini sikap pria itu padanya sangat terasa dingin.
Padahal, sedari 10 tahun lalu, tepatnya setelah Lestie meninggalkannya demi mengejar karir baletnya, Davion masih rutin mengunjunginya, bahkan hingga seperti saat ini, ia masih sama, selalu mengunjunginya seperti sebelumnya, masih menyempatkan datang berkunjung, dan memberikan bingkisan serta bunga padanya ketika ia kembali ke ibu kota.
Tapi ada satu yang berubah, yaitu sikapnya, kini Davi tidak lagi seramah dulu.
Padahal beberapa hari lalu, ketika ia mengabarkan pada Davi bahwa hari ini Lestie akan kembali, ia terdengar begitu semangat, bahkan mengatakan sengaja memundurkan jadwal-jadwalnya demi dapat bertemu dengan Lestie.
Tapi mengapa hari ini, dia bahkan tidak ingin berlama-lama. Dan siapa wanita yang berada dalam gendongannya itu??? Margareth sungguh tidak mampu menjelaskan apa yang telah terjadi hari ini.
Ketika mobil yang membawa Davi mundur secara perlahan, sebuah mobil ferrary kuning pun memasuki pekarangan.
Davion menaikkan perlahan kaca mobilnya yang terbuka, sedang mobil kuning itu membuka kaca mobilnya, dan dengan segera menghentikan laju kendaraannya di sembarang tempat.
Seorang gadis berteriak ketika kaki jenjang dan sepatu highill itu menapaki tanah.
"Dave….. comeback!!!" pekik gadis cantik dengan dress Slim fit sepaha, dengan bagian belakang yang terbuka.
Davion mengabaikannya saja, entah mengapa, rasanya, kini ia tidak ketergantungan lagi pada gadis itu.
Davi pun menyunggingkan senyumannya, dan kembali menatap pada gadis yang masih tertidur dalam kungkungannya.
"Sst sst sst.. tidurlah.." ucapnya pelan, sembari mengusap pucuk kepala Gwen dengan sayang, disaat Gadis itu mengernyitkan keningnya karena entah ia memimpikan apa.
Sedang Pablo dan juga sang bodyguar yang duduk di kursi depan, malah saling bertatapan, mereka cukup tercengang melihat perubahan drastis sikap Davi, yang terbilang cukup langka ini.
Terlebih sikapnya yang mengacuhkan nona Lestie.. hal itu cukup tidak mungkin terjadi. Tapi baru saja mata mereka menyaksikan kejadian tersebut bersamaan.
Drrrt Drrrt! handphone Davi bergetar
Dengan segera ia memanjangkan tangannya untuk merogoh hpnya dari saku jas yang masih menutupi paha mulus Gwen.
Karena tidak sampai, akhirnya Davi terpaksa menarik keseluruhan jas tersebut dari paha Gwen. Lalu dengan serius dia mencari dimana letak handphonenya. Tanpa menyadari, aksinya telah menampilkan pemandangan yang menggetarkan mata lawan jenis yang melihatnya.
>>>>>>>>>>>>>>>>>***<<<<<<<<<<<<<<<<<
Agar tidak ketinggalan kelanjutan ceritanya, jangan lupa :
#Tambahkan Lie's ke LIBRARY ya..
klik tanda + nya…
agar, saat Gwen update, kalian dapat notifikasinya.
#Boleh juga Sumbangan Psnya ya… ^^
Thankyou all…
i'm nothink, without you..
Hope u like all my story..
I do it my best..
"Call_me_Mi"