"Oh iya, aku dengar momy sudah mempersiapkan EO untuk pernikahan ku seminggu lagi kan? meski aku membaca nama Lestie di undangannya, aku mau semua di ubah, dan aku ingin menikahinya tiga hari lagi. Apakah momy mampu menyanggupi keinginanku ini" tambah Davion
"Tidak!!! siapa yang ingin menikah dengan dia!!! dia bohong!! dia menculikku!! tuan.. nyonya.." bantah Gwen yang seketika itu Davi pun langsung menurunkan ia dari gendongannya.
Dengan tanpa aba-aba, dan di saksikan seluruh penghuni Castle, Davi langsung melumat bibir Gwen, membuat mata Gwen melotot seketika, gadis itu berusaha mendorong tubuh Davion, namun tak mampu ia lakukan, entah mengapa, kekuatannya bagai lenyap tak bersisa, hingga tak mampu mendorong tubuh Davi menjauh barang se incipun.
Membuat semua mata yang mengarah pada mereka seketika melotot tidak percaya. Pasalnya tuan mereka adalah orang yang pembersih, dan tiada yang pernah melihat ia mencium gadis manapun, termasuk Lestie.
Pernah, baru akan mencium, tepatnya kejadian tersebut terjadi di beberapa tahun yang lalu, Davi sempat ditunangkan dengan kolega bisnis ibunya di inggris, tapi ketika hendak memberikan ciuman, Davi malah muntah karenanya, hingga pertunangan pun batal, dan persahabatan di antara ibunya dengan orang tua sang gadis pun ikut hancur karena tingkah Davi.
Begitu pula hubungannya dengan Lestie, yang begitu tulus dan bersih, hingga Davi tidak ingin menyentuhnya sebelum menghalalkan status mereka, saat itu, ia juga belum mampu mengendalikan sifat pembersihnya, hingga ia tidak pernah mencium bibir gadis itu.
Selain sekedar memberikan kecupan di kening dan di pipinya saja. namun Davi malah di kecewakan, gadis itu lebih memilih karir baletnya dari pada terus menjalin hubungan serius dengannya.
***
Kala Gwen nyaris kehabisan napas, Davi baru melepas ciumannya. "Kau gila!" bentak Gwen
"Katakan? kau masih tidak ingin menikah dengan ku?" tanya Davi
"Tidak!!" jawab Gwen tanpa berpikir lebih dulu. Davion pun kembali menyatukan bibir dinginnya dengan bibir ranum Gwen sekali lagi.
Tepat ketika, Gwen nyaris kehabisan napas, Davion kembali melepas ciumannya, dan kali ke dua ini pun ia masih belum memuntahkan apapun. Dirinya sendiri juga bingung, bahkan reaksi yang di berikan oleh tubuhnya seakan berbalik, ia menjadi candu, tanpa ada rasa ingin menghentikan ciumannya.
"Apa jawaban mu masih tidak?" tanya Davi sekali lagi.
Kali ini Gwen tidak menjawab, ia memilih untuk mengulum bibirnya erat-erat dan menggeleng sebagai jawaban.
Davion pun kembali menangkup pipi Gwen, gadis itu kembali melotot untuk yang kesekian kalinya di ciumi oleh Davi secara paksa.
Dan lagi-lagi, ketika ia hampir kehabisan napas, Davi kembali melepas ciuman mereka.
Dan Davi tentu saja, masih melemparkan kalimat pertanyaan yang sama pada gadis itu.
"Apa jawaban mu masih tidak??? aku tidak keberatan begini terus hingga kau merubah jawabanmu dengan yang sebaliknya" ucapnya yang seketika membuat bulu kuduk Gwen merinding kala mendengarnya.
Gwen pun menjawab dengan anggukan. Ia harus mengalah saat ini, jika tidak, pria itu akan terus mengambil keuntungan dari nya
"Sialan!!! ini ciuman pertama ku.." rengek Gwen dengan suara pelan yang cukup terdengar hingga ketelinga Davion, dan pria itu tentu saja seketika menarik sudut bibirnya kala mendengarnya, namun ia tidak menampilkan senyuman itu di hadapan Gwen.
Setelah mendapat anggukan dari gadis itu. Pria itu seketika memutar kepalanya menghadap ke arah kedua orang tuanya yang terus senyum-senyum sendiri melihat kenakalan anak semata wayang mereka, dan entah mengapa, Davi bangga melakukan hal itu meski semua mata tengah menatapnya.
Memang, pemandangan tersebut bukanlah sesuatu yang tabu di negara mereka, hanya saja, Davi yang selama ini pendiam, yang hanya mempunyai 1 mimik wajah, entah bagaimana, menjadi tidak tau malu.
Dan Davi yang sekarang adalah Davi yang bertolak belakang dari Davion yang biasanya. Hingga kedua orang tuanya pun menjadi yakin, bahwa gadis itu adalah benar-benar kekasihnya, bukan gadis yang sedang ia culik, seperti pengakuan sang gadis tadi.
***
"Mom.. dad.. lihatkan? dia begitu keras kepala, hanya dengan memaksanya, dia baru menurut.. jadi persiapkan apa yang aku minta tadi mom.. karena pekerjaan ku tidak dapat terlalu lama ku tinggal.. sebelum ia kabur lagi, aku akan mengikatnya dengan tali pernikahan terlebih dahulu" ucap Davi yang kemudian di angguki dengan senang oleh sang momy dan dady.
Meski sesungguhnya dalam hati Susan, ia merasakan ada kejanggalan dalam hubungan Davion dan gadis yang di bawanya, terlebih ketika ia membaca tatapan sang gadis ketika menatap ke arah anaknya, seakan terbersit sedikit amarah yang terpendam.
Namun Susan belum dapat memastikan perkara apa itu, yang pasti, mulai saat ini, ia akan berjuang bersama anaknya, untuk membuat tatapan amarah menjadi tatapan cinta dam kerinduan dari gadis yang ia belum tau siapa nama dan asal usulnya.
"Perlukah kita selidiki?" ucap Remon
"Tidak dad.. biarkan dia yang mengakuinya sendiri suatu saat nanti" jawab Susan sembari mengelus punggung suaminya, yang seketika merubah ekspresi dari tersenyum menjadi tatapan serius.
Davion pun melangkah maju menaiki anak tangga satu persatu, dengan sembari menggenggam pergelangan tangan Gwen, agar gadis itu mengikutinya.
Sedang Gwen, kembali berbalik dan menatap ke arah kedua orang tua Davi yang juga membalas tatapannya dengan tersenyum senang dan melambaikan ke dua tangannya mengarah pada Gwen.
Terbersit dalam hati Gwen kerinduan akan kehadiran ke dua orang tuanya yang telah lama kembali ke sisi tuhan. 'Apakah ayah dan ibu akan sesenang mereka? Kala aku menikah?' gumamnya dalam hati.
'Andai orang tua ku masih hidup..' tambahnya lagi, masih bergumam dalam hati.
Davi yang telah membaca daftar riwayat hidup Gwen, tentu saja mengerti tatapan kerinduan seperrti yang ia lemparkan pada orang tuanya.
Entah ada angin apa, tapi pria itu baru kali ini pula bersedia melakukan sesuatu demi menghibur orang lain.
"Setelah kita menikah, mereka akan menjadi orang tua mu juga" Ucapnya, yang membuat Gwen tersontak kaget kala mendengarnya.
'Tidak mungkin kan dia bisa membaca pikiranku?' racau Gwen lagi dalam hati.
"Apa yang kamu bicarakan? aku tidak mengerti" hanya itu yang keluar dari bibirnya.
***
Setibanya di kamar pribadi milik Davion, Davi pun merubah ekspresi ramahnya tadi menjadi ekspresi datar.
Gwen yang terduduk di tepian ranjang pun, cukup tak tenang hati kala menatapnya, entah mengapa, aura pria itu seakan mampu menekannya.
Yang seketika membuat ia menyadari satu hal, Davi bukanlah lawannya.
Gwen yang semakin di kikis jarak oleh Davion pun semakin memundurkan dirinya agar tetap memiliki jarak dari pria itu.
Gwen mengira Davi hendak menciumnya lagi, dengan reflex, gadis itu seketika menutup matanya rapat-rapat.