Chereads / Lie's!!! (bahasa indonesia) / Chapter 16 - Ditolak!

Chapter 16 - Ditolak!

Tanpa menunggu perintah, Gwen mendudukkan bokongnya di kursi tepat di seberang meja kerja Davi.

Gadis itu menyilangkan kedua tangannya di dada, dan begitu pula dengan kaki ramping dan jenjang itu, yang juga ikut bersilang setelahnya.

Dari bahasa tubuhnya, jelas terlihat ia enggan menerima map hitam yang masih mengambang di hadapannya, dari genggaman seorang pria yang ia ketahui sangat berkuasa.

"Apa ini?" ucap gadis itu, dengan ekspresi tanpa terlihat takut sedikitpun.

'Tsk! Gadis ini benar-benar menguji kesabaranku!' gumam Davi dalam hati.

"Bacalah, nanti kau akan tau" jawab pria itu, tanpa ingin membahas cara kekurang ajaran gadis di hadapannya.

Belum ada yang pernah memperlakukannya selancang ini. Bahkan hanya sekedar menatap matanya saja tidak ada yang berani melakukan itu, tapi gadis di hadapannya ini tidak hanya berani, ia bahkan telah menantangnya berkali-kali.

'Tsk! oh God.. jangan katakan, rencanaku kali ini tidak sesuai ekspektasi' eluh Davion masih di dalam hati.

Beberapa detik pun berlalu, gadis itu pun akhirnya menerima uluran map hitam, yang telah memberikan aura tak biasa, hingga mempengaruhi atmosfer disekitar ruangan.

Tatapan yang sedari tadi ia lemparkan pada Davion, kini ia alihkan menatap serius ke arah map hitam yang telah ada di dalam genggamannya.

Hatinya sungguh bertanya-tanya, namun ia juga memiliki firasat tak baik, mengenai apa yang ada di sebalik map hitam tersebut.

Jari jemari Gwen mulai membuka map, sorot matanya mengarah pada judul bacaan di jilid pertama.

Baru beberapa detik ia melihat ke dalam, keningnya telah berkerut, keheranan.

Dengan tatapan penuh tuntutan, ia lemparkan ke hadapan Davi yang hanya menanggapinya dengan menaikkan sebelah alisnya dan memutar bola matanya menghadap ke sembarang arah.

Gwen masih belum ingin berkomentar, karena ia belum membaca keseluruhan isi dari Map itu.

Dengan helaan napas panjang, ia mencoba menenangkan diri, karena emosinya kini hampir meledak, namun ia memiliki misi yang membutuhkan kesabaran, dan rencana jangka panjang agar dirinya mampu melaksanakan misi bunuh dirinya.

Ya.. misi tunggal kali ini, ia telah mempersiapkan dirinya untuk mati, namun sebelum itu, ia ingin menemukan lebih dulu, tubuh kakaknya Gerald dimana berada.

Paling tidak, ia bisa menepati janji yang mereka buat untuk bertemu setelah sekian tahun lamanya.

Sorot mata gadis itu kembali menatap ke arah Judul yang bertuliskan "Kontrak Pernikahan", lalu dengan perlahan, ia muali mencari tau maksud dari judul tersebut.

Dimana berisikan beberapa point :

- Masa berlaku kontrak yang selama 3 tahun

- Hal-hal yang wajib dan tidak dilakukan semasa perjanjian berlangsung

- Hak kepemilikan privasi yang tidak boleh di langgar dari masing-masing pihak

- Kontribusi dan hukuman bila melanggar perjanjian

Gwen yang memang malas membaca, ia pun tidak menyelesaikan bacaannya hingga ke bab akhir, tidak hanya tidak menyelesaikan bacaan, ia juga tidak membaca isi dari setiap point-point yang tertulis di kertas putih bertintakan hitam itu.

Baginya, membaca seperti itu sudah cukup, yang penting ia mengerti, lainnya ia tidak perduli.

Maklum saja, semasa bekerja menjadi agen mata-mata, membaca bukanlah bagian dari dirinya, ia hanya akan menjadi pendengar yang baik untuk memahami kiat-kiat menjalankan misinya.

"Kenapa aku?" pertanyaan pertama yang terlontar dari bibirnya.

Davion pun berjalan memutari mejanya, menuju ke arah dimana Gwen mendudukkan dirinya, lalu berdiri tepat di depan gadis itu, dan mendudukkan diri di sudut meja kerjanya menghadap Gwen yang sedari tadi juga menatap ke arahnya.

Lagi-lagi Davion sungguh di buat penasaran, gadis itu mempu menangkis setiap tatapan tajam yang ia lemparkan.

Bahkan sedari awal pertemuan, selalu ia yang mengalah.

(Davion : 'Apa?! mengalah? tidak pernah tertulis dalam garis hidup seorang Davion untuk mengalah Thor! jangan asal!')

(Author : " ~_~" kurangi sombongmu perbanyak sadar diri!")

(Author : "Ehem.. kembali ke cerita")

Kini sorot mata Davion enggan mengalah, ia masih terus menatap ke arah Gwen yang tengah duduk dengan santai dan anggun.

Ia pun mengarahkan sorot matanya naik dan turun, menyusuri dari pangkal kepala hingga ujung kaki Gwen, seolah mengejek.

"Tidak ada alasan, hanya kau kebetulan ada disaat aku membutuhkan partner" Jawab Davion, yang membuat Gwen kembali kesal, entah apa yang membuatnya kesal, tapi.. bukan itu jawaban yang tadinya ingin ia dengar.

(Gwen : "Memangnya apa yang ingin aku dengar Thor? huh! Jangan mengada-ngada!" 0_0)

(Author : "Kalimat yang biasa ada di sinetron-sinetron romantis, xixixi" ^_<)

"Oh..! kalau aku tidak mau?" balas Gwen.

Davion yang tadinya sedikit membungkukkan tubuhnya, kini mulai ia tengakkan dengan ekspresi serius.

Ia cukup kesal mendengar jawaban dari Gwen yang seolah-olah dirinya sangat tidak menarik.

"Apa kau lesbi?" pertanyaan itu yang terlontar dari mulut Davion, hanya untuk mengurangi rasa sakit yang tidak terlihat. Ternyata pria setampan, dan sekaya, juga seberkuasa dia, masih ada yang tidak menyukainya.

"Tidak!" jawab Gwen pasti.

Kini Davion pun segera berjongkok di hadapan Gwen, dan menggenggam kedua tangan gadis itu masuk dalam genggamannya.

"Tidak perlu malu, akui saja… maka pekerjaan ini akan jauh lebih mudah.." pujuknya yang membuat kening Gwen berkerut heran.

Dengan tidak suka, ia melepas tangan Davion yang menggenggam tangannya dengan cepat, lalu ia pun berdiri dari kursi yang sedari tadi ia duduki.

"Kataku tidak! ya tidak! aku masih menyukai laki-laki, hanya saja bukan laki-laki seperti mu!" bantah Gwen tidak suka.

Davion lagi-lagi di buat tercengang olehnya.. mulutnya menganga tanpa kata.

Ditolak! ia benar-benar di tolak!.

"Ta.. tapi.. apa yang membuat mu tidak menyukaiku? semua kesuksesan aku punya, wajahku juga tampan, (sambil mengusap pipinya), tubuhku juga bagus (ia mulai membuka kancing kemejanya satu persatu)

"Tidak! berhenti! apa yang kau lakukan?!" pekik Gwen sembari menggenggam tangan Davi yang tengah membuka kancing ke 3nya, agar berhenti melakukan hal memalukan itu.

Deg! jantung keduanya mulai memburu, dengan mata yang saling tertaut.

Wajah Gwen bersemu merah, kini ia yang menundukkan kepalanya karena merasakan betapa keras dan bugarnya tubuh pria yang ada di hadapannya.

Glek! gadis itu kesusahan menelan salivanya.

Davion yang mulai melihat kesempatan pun mulai bertaruh.

Karena sedari awal, ia memang tidak hanya berniat memanfaatkan gadis ini saja demi kepentingannya, tapi ia juga berniat menakhlukkannya lalu membuangnya sebagai balasan karena bersikap kurang ajar padanya.

"Lepaskan tanganku, mau sampai kapan kau menggenggamnya?" Gwen seketika tersadar, setelah mendengar kalimat menggelikan dari bibir tipis Davion.

Gwen pun yang terkejut, memundurkan langkahnya dengan cepat menjauh dari Davi.

"Hm? Wajah mu memerah? ohh… apa sekarang kau menyadari perasaanmu padaku?" tambah Davi. Kini pria itu, mulai menyombongkan diri kembali seperti Davion yang biasanya.

=========***========

Terimakasih sudah membaca..

jika berkenan, boleh sumbang powr stone atau batu kuasanya ya?

Sampai bertemu lagi di bab selanjutnya..