Chereads / Lie's!!! (bahasa indonesia) / Chapter 17 - Menggenggam tangannya

Chapter 17 - Menggenggam tangannya

"Lepaskan tanganku, mau sampai kapan kau menggenggamnya?" Gwen seketika tersadar, setelah mendengar kalimat menggelikan dari bibir tipis Davion.

Gwen yang terkejut, memundurkan langkahnya dengan cepat menjauh dari tubuh pria yang seharusnya paling sangat ia hindari.

"Hm? Wajah mu memerah? ohh… apa sekarang kau menyadari perasaanmu padaku?" tambah Davi. Kini pria itu, mulai menyombongkan diri kembali seperti Davion yang biasanya.

"Cih!! punya perasaan? pada pria seperti mu? Lebih baik aq tidak akan pernah memiliki pasangan di seumur hidup ini." balas Gwen sembari melemparkan pandangan ke samping dan menggulung tangannya di dada.

'Cih, masih saja berlagak, padahal wajahnya telah semerah tomat busuk begitu, masih juga tidak mengaku' gumam Davion protes.

"Ya sudah terserah, yang pasti kau tidak dapat menolak perjanjian kontrak ini! Kau dan aku akan terikat kontrak selama 3 tahun ke depan!" jawab Davi yang kembali serius, sembari jari jemarinya kembali mengancingkan, kancing kemejanya yang sempat terbuka.

'Biarlah, pelan-pelan saja, tidak perlu terburu-buru, karena waktu yang akan kami habis kan bersama juga masih panjang' tambahnya bergumam dalam hati.

Gwen memijit keningnya perlahan, rencana yang ia susun bukan seperti ini, namun apa yang bisa ia lakukan?

"Kalau aku bersikeras menolak bekerja sama bagaimana?" tanya Gwen mulai menimbang kemungkinan yang ada.

"Jika kau menolak, ya sudah.. wanita di dunia ini tidak hanya kau saja, lagi pula sifat kekeras kepalaan mu ini, takutnya nanti kau entah akan berdiri setia dimana, aku juga masih ragu, secara orang-orang yang membenci ku juga banyak, dan kau salah satunya."

"Entah kau akan memihak padaku, atau kah di sisi musuhku? Aku juga tak mampu menebak masa depan yang seperti itu" tambahnya lagi setelah menjeda ucapannya.

'Dia benar, ini tentang kepercayaan!' gumam Gwen tersadar

Gwen kembali berpikir keras, tentang kesepakatan yang Davi ajukan, jika menerima, akankah ia bisa mengambil kepercayaan pria di hadapannya ini? karena dengan begitu, apapun pergerakannya tidak akan di curigai. Benar bukan?

"Yang pasti.. mulai detik kau meninggalkan kediaman ku, kau akan tau sendiri, siksa neraka akan berangsur mendekat ke arahmu, semua penerbangan tidak akan ada yang mau mempekerjakanmu yang mempunyai reputasi buruk, berani menggoda tuan mu secara terang terangan, dan tidak bersikap ramah pada orang yang memberimu pekerjaan. Ucapan mu atau ucapan ku yang akan mereka dengar nantinya?" tambah Davion lagi.

'Bagus, teruslah mengancamku, dengan begitu, ancaman mu itu bisa ku gunakan sebagai alat untuk tidak dapat menolak penawaran mu. Jika tidak, kamu pasti akan besar kepala lagi seperti biasa! mengira jika tidak ada wanita yang tidak tergila-gila padamu! Mengesalkan!' gumam Gwen.

"Mendengar ancamanmu, membuat ku takut tiada masa depan yang mudah di kemudian hari, baiklah aku setuju menjalani pernikahan kontrak ini dengan mu, tapi apa sebenarnya tugasku?" ucap Gwen yang mengukir senyum di bibir Davi.

'Berhasil! begitu saja dia sudah setuju! heh… benar-benar mudah sekali membujuknya…' gumam Davi bersorak sorai dalam hatinya. Entah apa yang membuat dia bahagia, tapi ia benar-benar senang gadis itu menyetujui kontrak pernikahan yang ia ajukan.

"Itu mudah, berlakulah seperti istri pada umumnya, jauh kan aku dari wanita-wanita yang suka mengambil kesempatan atau menjebak ku, jadilah tamengku dalam menghadapi makhluk tidak tau mau seperti itu, dan satu hal lagi, buatlah kedua orang tuaku menyukai mu.. meyakini mu bahwa kita adalah benar-benar pasangan yang romantis, menghadapi mereka tidak mudah, dan mereka juga tidak mudah di tipu, jadi.. lebih baik, latihlah akting mu agar tidak di ketahui kedua orang tuaku, jika kita hanya berpura-pura"

"Hanya berakting saja? itu tidak sulit!" jawab Gwen

"Tapi, apa imbalanku?" tambahnya

"Seperti yang tertulis, aku akan memberikan uang bulanan padamu 100 juta, di tambah Kredit Card black Vip tak terbatas, uang itu dapat kau tabung untuk di kemudian hari, sedangkan Kredit card bisa kau gunakan untuk memenuhi kebutuhan mu sehari-hari."

"Apa bisa aku belanjakan untuk membeli rumah baru?" gurau gwen

"Tentu, bahkan kapal pesiar pun kau mampu membelinya dengan kartu itu" jawab Davi percaya diri

"Apa kau tidak takut miskin?"

"Coba saja… apa kau mampu menghabiskan uang ku?" balasnya lagi.

Gwen menyipitkan matanya, dia benar-benar tak mampu melawan pria ini, meski hanya lewat mulut.

'Mengesalkan!' gumamnya dalam hati.

"Baiklah.. baiklah.. mana pena, biar aku tanda tangani" ucap Gwen sembari mendorong tubuh Davion minggir dari meja tempat pria itu bertengger.

"Tampaknya kau begitu tidak sabaran menjadi istri ku ya?"

Gwen yang hendak menandatangani kontrak pernikahan tersebut, menghentikan kegiatannya, ia menoleh kesamping, sangat ingin menghajar pria disampingnya ini, karena terlalu narsis.

"Bukan tidak sabaran menjadi istrimu, tapi tidak sabaran ingin menghabiskan uang mu! Weeek" ejeknya menjulurkan lidah di akhir kalimat, dan kembali menyelesaikan apa yang tadi hendak ia kerjakan.

Davion menaikkan kedua alisnya, wajahnya memerah, melihat tingkah Gwen yang begitu menggemaskan.

Tanpa Gwen melihat ke arahnya, pria itu tersenyum dengan sangat lebar.

"Done!" ucap Gwen setelah menandatangani perjanjian kontrak kerjasamanya dengan Davion

***

Jam makan malam pun tiba.

Gwen telah duduk di kursi yang telah di sediakan, tepat di sebelahnya duduk Davion, dan di hadapan Davion duduk Susan ibunya Davion, sedang ayahnya sang kepala keluarga menduduki bangku utama kepala keluarga.

Suasana seketika berubah, kala semuanya duduk di meja makan, kelembutan dan ke harmonisan yang tadi ia lihat benar-benar berbeda dari yang ada saat ini.

Suasana begitu senyap, Gwen bahkan tak mampu membalas tatapan Remon dan Susan yang terus menatap ke arahnya.

Ia salah tingkah, baru kali ini ia benar-benar merasa terintimidasi oleh tatapan seseorang.

Davion yang merasakan kegelisahan Gwen seketika menggenggam tangannya, dapat di rasakan pria itu, tangan gadis itu memang begitu dinginnya.

Mendapat ketenangan dari Davion, Gwen pun mampu mengangkat kepalanya dan menatap ke samping, dimana Davi berada.

Pria itu tersenyum padanya dan mengangguk dua kali.

"Ayah, ibu, jangan menatapnya seperti itu, sudah ku katakan dia kekasihku, dan aku bersungguh-sungguh ingin menikahinya.. lalu apa yang menjadi persoalan sekarang? mengapa kalian menjadi tidak tenang?" tanya Davion

"Apa kau tau siapa dia? dari mana asalnya? gadis seperti apa dia?" jawab Susan yang lalu melemparkan begitu banyak pertanyaan pada Davi.

"Apa masalahnya? bukankah yang terpenting saat ini adalah kebahagiaan ku?" jawab Davion yang telah meninggikan sedikit nada bicaranya

Gwen tercengang, melihat situasi yang menegang, dan bahkan ia merasa untuk pertama kalinya dilindungi oleh seseorang.

Selama ini ia selalu sendirian, jatuh bangun sendiri, sakit rawat diri sendiri, terluka obati sendiri. Apapun yang di lakukan, semua sendiri.

'Beginikah rasanya di bela dan dilindungi oleh seseorang?' gumamnya dalam hati.

Dalam diam, melihat perdebatan antara Davion dan Susan, Gwen pun tersenyum.

NOVEL INI, PINDAH KE FIZZO