"Mom.. dia pacarku! aku selama ini tidak mampu mengajaknya untuk bertemu dengan kalian karena ia sibuk dengan pekerjaan pramugarinya. Dan dia jugalah yang menjadi alasan ku menolak semua gadis-gadis yang momy kenalkan padaku. Tiada cara lain memperkenalkannya pada kalian, jadi jangan salahkan aku mengambil langkah ini, karena hanya inilah satu-satunya cara" jelas Davi yang membuat senyum merekah di bibir Susan dan Remon terukir jelas bersamaan.
Dan tentu saja, hal itu di sadari juga oleh orang-orang yang telah lama berada di sekitar Davi, termasuk dua orang yang sedari tadi masih memantau pergerakan aneh anak tampan mereka satu-satunya itu, semenjak kepulangannya.
Meminjam sebuah kimono sutra, dia begitu pemilih hari ini, bahkan kimono yang ia minta adalah kimono milik ibunya.
"Untuk apa dia meminta kimono sutra ku dad?" tanya Susan pada Remon Elard yang adalah kedua orang tua kandung Davion.
"Mana ku tau mam.. mungkin dia ingin kenakan?" jawab Remon santai, seakan ia tidak keberatan dengan apa yang baru saja ia katakan.
Nyonya besar Elard pun seketika mencubit lengan suaminya yang mengatakan hal omong kosong barusan.
"Apa katamu? Sembarang sekali kau berucap Remon Elard! Sungguh kau tidak keberatan dengan itu?" protes Nyonya besar
"Aw aw aw.. mau bagaimana lagi? Ia sudah memasuki usia 33 tahun, tapi masih belum memiliki pacar, dan tiada keinginan untuk menikah hingga hari ini! Kerjanya hanya mengajak satu kepesta, lalu gadis itu di tinggalkan di tengah jalan setelah gadis itu menerima jutaan dolar darinya, lalu kepesta lagi dengan membawa yang baru lalu melakukan hal yang sama juga pada gadis baru, dan begitu seterusnya."
"Apa kau tidak lihat? dia begitu tidak menyukai gadis? mungkin saja ia bertingkah seperti itu hanya untuk menjaga nama baiknya, padahal ia menyukai lawan jenis"
"Kita sebagai orang tua hanya harus menerima kekurangannya sayang.." tambah Tuan besar Elard menyampaikan pendapatnya.
"Kau gila Remon! Dia bertingkah seperti itu, bukan karena dia tidak menyukai perempuan, kau lupa dia pernah memiliki pacar? hah? mungkin saja ia menjadi tak berperasaan pada gadis-gadis karena ia masih memiliki perasaan pada gadis yang meninggalkannya 10 tahun lalu" Bantah nyonya besar Elard seketika.
"Oh iya juga…" jawab sang suami.
'tapi… mengapa tadi Lestie menghubungiku? dan mengatakan jika Dave bahkan tidak bersedia menunggunya? bahkan ketika mereka berpapasan, Dave malah menaikkan kaca mobilnya dan tetap berlalu pergi?' timbang Susan dalam hatinya bertanya-tanya.
Kini yang bisa ia lakukan hanyalah memantau anak semata wayangnya itu dari kejauhan, karena sedari tadi ia melemparkan banyak pertanyaan padanya, tak satupun ia menjawabnya. Tapi memang begitulah Davi, selalu saja ia yang mengalah.
Begitulah cara kimono sutra itu sampai di tangannya.
'Kini kau berbicara dengan siapa Dave?' geram Susan masih penasaran, karena anaknya itu jelas tengah mengobrol dengan seseorang, dan kalimat yang keluar dari mulut Davi itu tidak lah sedikit. Sungguh pemandangan yang langka.
Hingga Susan sangat penasaran, siapa yang mampu membuat anaknya berubah drastis dan banyak ngomong seperti ini?
Matanya mengarah ke arah Pablo yang masih menunggu tuan mudanya di tangga pintu utama Castle, Susan pun memberikan perintah melalui gerakan kepala, Pablo pun mengangguk, ia segera berjalan menuju ke arah tuan mudanya.
Namun belum tiba, Davi telah membanting pintu belakang mobil yang tadi ia buka dengan sangat kuat. Hingga Pablo pun berhenti melangkah, karena ia tau, jika Davi tengah memiliki suasana hati yang buruk, tidak satu orangpun yang boleh menegurnya, bahkan ibunya sekalipun, karena hal itu bisa memicu amarahnya semakin menggebu-gebu.
Kini Davi berjalan memutari mobil dan membuka pintu di sebelahnya.
Ia tampak tak banyak bicara lagi. Tangan kekarnya jelas menarik seseorang dari dalam mobil untuk segera keluar.
Mata Susan seketika terbelalak lebar, ia melihat seorang gadis berkulit putih dan bersanggul selayaknya pramugari baru saja keluar dari mobil tersebut.
"Akh!!!! Dasar pria gila!!! Lepaskan aku!" pekik Gwen yang dapat di dengar oleh para penghuni Castle. Hingga membuat semua mata langsung mengarah pada mereka berdua.
"DIAM!!!" Bentak Davi sembari membanting punggung Gwen pelan hingga menyender di sisi mobil.
"Berhenti bergerak jika kau tidak ingin paha tidak seberapa itu terlihat oleh semua pria yang ada di sini!" tambahnya sembari tangannya memegang erat kedua pergelangan tangan gadis itu, yang seketika di tekankan pada sisi mobil, di kanan dan kiri tubuh Gwen.
Posisi ini sungguh intim, begitulah pemikiran semua orang, dan Gwen seketika membuang wajahnya kesamping. Jantungnya sudah berdetak tidak karu-karuan, dan ia sungguh tidak suka merasakan perasaan yang aneh ini.
Davi pun kembali berbisik "Menurutlah, jika tidak, aku akan melakukan hal yang lebih ekstream dari ini." tambah pria itu sembari menggigit ujung daun telinga Gwen sebagai peringatan.
Dan Gwen tak lagi bergerak atau melawan seperti sebelumnya.
Davi pun melingkarkan Kimono itu di pinggul Gwen, dengan tanpa berkedip melihat ke arahnya.
Setelah selesai menutup paha mulus Gwen yang terekspose jelas tadi, Davi pun mulai melangkah mundur, dan memberikan jarak di antaranya dan Gwen.
Mengira jika gadis itu telah patuh seperti ucapannya barusan. Tapi bukan Gwen namanya, jika ia akan patuh selamanya.
Ketika mendapati kesempatan, gadis itu pun berencana berlari untuk menjauhi Davi, tapi nyatanya, rencana tinggal rencana.
Baru melangkah, pinggulnya kembali tertangkap oleh Davi.
"Kau benar-benar kucing liar yang sangat sulit untuk di jinakkan ya!!" Kesalnya sembari menggendong tubuh Gwen di bahunya, bagai tengah memanggul karung beras.
"Lepaskan aku!!! ini penculikan!! tolooonggg" pekik Gwen yang hanya menarik orang-orang untuk melihat ke arahnya dengan tanpa ada keinginan untuk membantunya terbebas dari laki-laki yang tengah menggendongnya ini.
Susan dan Remon yang sedari memerhatikan dari lantai 2 kamar mereka, seketika berlari ke bawah untuk meminta penjelasan pada Davi, mereka tidak ingin anak mereka melakukan hal yang melanggar hukum dan norma-norma agama.
Sanggul Gwen pun terlepas dari rambutnya, kini rambut hitam panjangnya yang bergelombang sungguh membuat kecantikannya semakin terpancar.
Davi telah tiba di pintu utama Castle, dengan kedua orang tuanya yang telah menanti penjelasan darinya di sana.
"Dave.. apa yang kau lakukan nak? sadarlah.. siapa dia?" tanya ibunya dengan lembut, karena ia tidak ingin membuat anaknya itu marah, jika telah marah, maka ia tidak akan mendapatkan jawaban apapun nantinya.
"Hmmm mom? Bukankah mami begitu ingin aku menikah?" tanya Davi balik sembari terus melangkah menuju kamarnya di lantai 3.
"Benar.. tapi tidak begini caranya Dave.." jawab Susan
"Davi yang telah tiba di pertengahan tangga utama, seketika menghentikan langkahnya dan berbalik menatap ke arah Ibunya itu.