"Ehem!" ucap Pablo kala melihat tanpa sengaja paha mulus Gwen dari kaca spion depan. Sedang tangan sebelahnya memegangi mata sang bodyguard dari melihat ke arah spion.
"Apa yang kau lakukan Pab.. kau menutupi mataku! aku sedang menyetir" ucap sang bodyguard yang bernama Welly panik
"Perhatikan jalan, jangan melihat ke mana-mana." perintah Pablo. Perdebatan di antara mereka pun terjadi, tanpa ada yang mengalah.
Davi yang tadi hendak mengangkat tlp pun, mengurungkan niatnya, karena mereka berdua terlalu berisik.
"Apa yang kalian lakukan! perhatikan jalan yang benar, aku belum mau mati!" galak Davi memberi peringatan.
Keduanya pun berhenti berdebat, Pablo pun menggeser keatas kaca spion depan yang terus menampilkan pemandangan yang begitu hmmmm….. di siang bolong.
Davi pun tersadar kala matanya juga menangkap pemandangan tersebut. "Perhatikan mata kalian! jaga baik-baik jika masih ingin di gunakan!" perintahnya. Sembari tangan kanannya menutup kembali paha mulus gadis itu menggunakan jass yang sama.
"Begitu pula dengan anda tuan.. dia masih belum menjadi milik anda" timpal Pablo.
"Kau.. sudah berani berebut wanita dengan ku Pab.." balas Davi.
"Tidak tuan, aku tidak berani" jawab Pablo dengan bulu roma yang telah berdiri.
Setelah mendengar jawaban Pablo, Davi pun terheran pada dirinya, ia melonggarkan dasinya dan mengkedipkan mata beberapa kali, menyadari keanehannya sendiri.
'Apa yang aku lakukan? bagaimana mungkin aku berdebat dan berebut dengan Pablo, yang sudah ku anggap seperti ayah sendiri?'
'Oh aku tau, sudah pasti karena gadis ini adalah buruanku sekaligus mainan ku yang dirinya masih bermanfaat untukku kan?' gumamnya mencari jawaban meski hatinya tidak yakin.
"Tidak usah mampir ke pabrik, segera kembali saja ke kediaman" perintah Davi pada bodyguard yang menyupirinya. Dan di jawab dengan meng-anggukkan kepala oleh sang supir.
***
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 2 jam, Gwen masih tertidur dengan lelapnya.
Mobil yang membawa mereka, mulai memasuki pekarangan Castle, milik keluarga Elard yang luasnya melebihi lapangan golf.
Ketika mobil itu berhenti, Gwen pun mulai menarik badan, seperti tanda-tanda akan segera bangun.
Setelah tertidur beberapa jam, ia merasa energinya telah kembali.
Namun tidak dengan Davi, pria itu malah merasa sebaliknya. Dengan Pinggang yang terasa pegal dan lengan yang kesemutan.
Entah apa yang ia pikirkan, entah dari mana kepeduliannya tentang gadis ini berasal, Yang pasti sepanjang perjalanan, ia hanya memikirkan kenyamanan gadis itu saja, tidak ingin membuat tidurnya merasa tidak nyaman.
Gwen mengerjapkan matanya beberapa kali, hingga ia akhinya tersadar sepenuhnya, dengan tidak tau malu tertidur di sepanjang perjalanan di dalam pelukan pria yang baru beberapa jam di temuinya.
Wajahnya memerah, dan dia tidak pernah merasakan perasaan yang aneh seperti sekarang di hatinya.
Seakan rasa menggelitik di hatinya itu, menjalar ke kepala dengan memberikan hawa panas memenuhi wajahnya. Hingga Gwen pun menyadari, betapa merah wajahnya saat ini.
Davi yang menyadari gadis itu salah tingkah, tentu ia tidak akan membiarkan gadis itu memiliki harapan pada hubungan mereka.
Karena rencana yang ingin ia tawarkan bukan dengan ending yang seperti itu.
Hingga kalimat tak mengenakkan, langsung saja ia keluarkan dengan tanpa perasaan berdosa setelahnya.
"Tidak perlu besar kepala, aku melakukan itu juga karena menginginkan sebuah imbalan, saat ini kamu bagi ku adalah aset yang harus di jaga, jadi lupakan semua pemikiranmu yang tidak bermanfaat" Ketus Davi
Yang seketika, membuat raut wajah Gwen berubah drastis. Tiada senyuman, atau rona merah yang terpampang jelas di kedua pipinya. Hanya menyisakan, sorot mata tajam dengan penuh kebencian.
Dari pada menjawab, dan menghiraukan kalimat yang di lontarkan Davi, Gwen memilih untuk memutar kepalanya menghadap ke pemandangan di luar jendela mobil.
Menghela napas perlahan dan seketika membuangnya, agar ia tidak lepas kendali seperti di pesawat tadi.
Gadis itu masih enggan ber adu argumen dengan pria berkuasa itu. Hingga ketika pria itu pergi meninggalkannya sendiri di dalam mobil pun, ia masih tidak beranjak dari posisinya.
Dari pada memikirkan hal aneh yang tidak bermanfaat, dan malah membuatnya semakin menunda rencana awalnya untuk menyelamat kan Gerald, Gwen kembali memantau pekarangan castle milik Davi yang baru pertama kali ia masuki.
Di putarnya arah kepalanya ke kanan dan kekiri, matanya juga menyorot pekarangan tanpa menyisakan satu jengkal pun.
Ia melihat tembok besar setinggi 3 meter tersebut mengelilingi pekarangan Castle sejauh mata memandang, dengan di setiap jaraknya terdapat pos penjaga. Pria itu benar-benar memperketat keamanan castle miliknya.
Seakan ia bersiap untuk perang.
Gwen mengernyitkan keningnya, karena pemandangan ini terlihat aneh baginya.
Castle yang seharusnya memiliki pemandangan alam yang terbuka, tapi tidak dengan castle yang satu ini.
Sebagian bawah castle pun tertutupi oleh tembok ratapan itu! Begitulah sindirnya.
Castle ini bukan tempat dimana kalian banyak menemukan keturunan berdarah biru yang memakai pakaian kebesarannya, tapi Castle ini malah di isi oleh para serdadu, sudah selayaknya sebuah Military base camp saja.
Bagaimana tidak ia mengatakan itu, karena, tampak dari kejauhan, pria-pria berstelan loreng tengah berbaris dan melakukan pemanasan di padang Golf.
Entah apa yang Davi rencanakan nanti, ia tidak perduli.
Gadis itu pun kembali menoleh ke arah selanjutnya, yang tak jauh dari sana, terdapat kebun lili yang sangat luas, sungguh sangat indah di pandang mata, dan Gwen tanpa sadar tersenyum menatap hamparan lili di arah timur Castle itu.
Entah kebetulan, entah Jodoh, pada kenyataannya, Gwen sangat menyukai bunga lili.
Selain Karena buntuknya yang cantik, bersih, dan putih, melambangkan kesucian, kecantikan dan keanggunan. Lili adalah satu-satunya sumber pengobat rindu pada kedua orang tuanya.
Cukup membekas di ingatan, dimana sang ayah hampir di setiap weekend tidak pernah absen memberikan bunga lili untuk ibu. Hingga tubuh ibu pun memiliki aroma lili secara alami.
Oleh sebab itulah, keberadaan hamparan luas kebun lili membuat ia sangat-sangat senang,
Hingga tanpa sadar, dalam beberapa menit, ia melupakan semua kesukaran hanya karena menemukan benda yang sangat ia anggap berharga itu.
"Mama… aku tau kau selalu menjagaku dari surga" racaunya sendiri
Masih asik mengagumi cantiknya pemandangan, Gwen sudah di kagetkan dengan sesuatu benda yang di lemparkan tepat mengenai wajahnya.
Sebuah benda tipis berbahan dasar sutra berwarna putih itu menampar lembut di wajah Gwen. Seketika membuat gadis itu menatap nyalang ke arah Davi.
"Kenapa dengan tatapan mu itu? kamu tidak suka?" ucap Davi lagi. Entah setan apa yang merasukinya, yang pasti, sejak ia bertemu dengan gadis itu, pria irit bicara itu menjadi berkebalikan dari itu.
>>>>>>>>>>>>>>>>>***<<<<<<<<<<<<<<<<<
Agar tidak ketinggalan kelanjutan ceritanya, jangan lupa :
#Tambahkan Lie's ke LIBRARY ya..
klik tanda + nya…
agar, saat Gwen update, kalian dapat notifikasinya.
#Boleh juga Sumbangan Psnya ya… ^^
Thankyou all…
i'm nothink, without you..
Hope u like all my story..
I do it my best..
"Call_me_Mi"