Chereads / Lie's!!! (bahasa indonesia) / Chapter 8 - Rencana Penculikan

Chapter 8 - Rencana Penculikan

"Tapi tuan? mengapa? selama ini toh anda tidak pernah membutuhkan perempuan?" tanyanya lagi

"Karena selama ini, yang aku temui adalah kucing rumahan, sedangkan aku membutuhkan kucing liar!" jawab Davion yang semakin membuat pria tua itu bertambah bingung.

"Maksud anda tuan?"

"Oh Pablo.. apa sudah perlu aku memberikan mu jatah pensiun? tentu saja aku membutuhkannya untuk melawan mama dan papa, apa lagi?"

"Oh good…" jawab Pablo sembari mengelus dadanya. Akhirnya ia mengerti

Setelah mendengar penjelasan dari Davi, Pablo pun akhirnya tidak khawatir lagi, ia pun dengan segera memberikan instruksi tugas dan langkah-langkah rencana dadakannya pada para bodyguard, dengan berbisik-bisik.

Tapi, sungguh di sayangkan, mereka adalah aktris yang buruk, hingga Gwen mampu membaca gerak gerik mereka, dalam sekejab, ia tau, posisinya kini, dari bukan siapa-siapa di mata mereka, kini naik peringkat menjadi target.

Hanya saja, belum dapat ia pastikan, alasan mengapa ia menjadi target mereka kini.

Apakah hanya karena cacian dan perdebatan tadi? ataukah alasan lainnya? jika saja memang karena perdebatan singkat itu, sungguh Gwen sangat ingin mengejeknya.

'Cih dasar manja!' ejeknya masih di dalam hati.

'Apapun tugas kalian, memang saat ini aku masih tidak mampu memprediksinya, karena itu, aku tidak boleh gegabah, melawan kalian dengan kekerasan, mungkin saja malah akan merugikan ku, tidak hanya, bisa kehilangan nyawa sendiri, tapi aku juga mungkin akan kehilangan satu-satunya kesempatan untuk menemukan Gerald.

'Jika sudah begitu, aku hanya bisa melayani kalian bermain-main dulu, sembari mencari tau alasan, apa yang kalian inginkan dariku?'

'Berakting, mendalami peran, bukan masalah bagiku, aku bahkan sudah terjun langsung selama 10 tahun terakhir, tidak hanya menjadi pramugari saja, menjadi gadis pelancong, penari striptis, waitres, bahkan biarawati sekalipun pernah aku lakoni.' Tambahnya masih bergumam di dalam hati.

Gwen tidak hanya di latih membela diri, tapi ia juga di latih ilmu prikologi, untuk memudahkannya membaca gerak gerik lawannya.

Jadi jangan heran, jika instingnya mampu mencium kejanggalan.

***

Saat pesawat mulai menepi, Gwen pun mulai berdiri, setelah melepas sitbeltnya lebih dahulu.

Ia bertingkah selayaknya tak terjadi apapun, Gwen memang mahir menyembunyikan ekspresi apapun itu dari wajahnya.

Wajah gadis itu datar, tiada takut, meski ia sudah tau kini ia di jadikan target oleh musuh, tapi Gwen tidak takut, ia memutuskan untuk tidak melawan hingga ia dapat memastikan dengan benar apa yang mereka inginkan.

Seolah tiada yang terjadi, Gwen kembali berjalan dengan anggunnya menuju pintu pesawat agar membukakan pintu tersebut untuk para penumpang keluar.

Davion melangkah maju lebih dulu, sedari ia berdiri, matanya tak luput menatap lurus ke arah Gwen, Gwen pun begitu, ia tidak takut sama sekali dengan tatapan pria killer sepertinya. Gadis itu malah sebaliknya, membalas setiap tatapan tajam Davion padanya.

Menyunggingkan sedikit senyuman, Davion berjalan dengan gagahnya, ia memasukkan tangan kanan ke saku kanannya.

Ia melewati Gwen dengan tatapan instens tanpa berkedip, yang lalu di susul oleh Pablo di belakangnya.

Gwen dan Pablo sama-sama menunduk sopan, yang sungguh membuat Davi kesal, pasalnya, ketika ia berpapasan dengan Gwen tadi, gadis itu masih saja melemparkan tatapan tak suka padanya.

Namun tidak pada Pablo, ia bahkan tersenyum dengan sangat manis ketika Asisten tuanya itu juga membalas senyuman sang gadis.

Sungguh ini pertama kalinya Davion merasa di abaikan dan di nomor duakan.

Rasa ini sungguh dia tidak suka.

Setelah Pablo, beberapa bodyguard pun menyusul di belakang Davion, di bangku pesawat masih menyisakan 3 orang bodyguard yang masih duduk dengan santainya.

Gwen menatap ke arah mereka, "Kalian ingin turun tidak?" sapanya masih berakting layaknya seorang pramugari.

Ketiga bodyguard itu tak menjawab pertanyaan Gwen, mereka hanya berjalan perlahan semakin mendekat ke arah Gwen.

Ketika telah tiba di hadapan Gwen, ketiga pria itu berdiri tanpa sepatah katapun, dan seorangnya menunduk kan badan yang di balas pula oleh Gwen.

Dengan tanpa aba-aba, pria itu menggendong tubuh Gwen di pundaknya, bagaikan kuli mengangkat beras.

"Heiiiii!!! Let me down!!!" ucapnya berteriak berkali-kali.

"Apa yang kallian lakukan? turunkan aku!!!" tambahnya lagi sembari meronta-ronta di atas bahu seorang bodyguard dengan tubuh bagai seorang pemain smackdown.

"Tenanglah nona, kami tidak akan menyakitimu." ucap seorang bodyguard yang mengenakan kaca mata.

"Lalu ini disebut apa?" pekiknya pada seorang bodyguard yang berbicara dengannya barusan.

"Ini… hanya tuan yang berhak menjelaskannya." Jawab bodyguard berkaca mata itu.

Mendengar pernyataannya, seketika Gwen menjadi tau, jika bukan nyawanya yang menjadi incaran mereka, sehingga ia mengesampingkan option untuk menambah sederetan korban, agar ia habisi.

Yang menjadi pertanyaannya kini, hal lain apa itu? apakah penyamarannya telah terbongkangar?

Namun sesungguhnya, dirinya juga tidak yakin dengan hal itu, karena ia tau bagaimana teliti dan hati-hatinya W dalam melakukan setiap pekerjaan yang di tugaskan padanya.

Dan tidak akan mungkin, orang biasa, seperti mereka mampu mengetahuinya. Kecuali orang-orang yang tergabung dalam Inteligen Agensi Pemerintah.

Ia pun mengesampingkan option tersebut, namun tak juga mampu menjawab rasa penasarannya.

"Turunkan aku! aku bisa jalan sendiri!" pekik Gwen lagi, ketika mereka telah berada di landasan pesawat, dan hendak turun dari gendongan panggul bodyguard itu.

Tampak seseorang membuka kaca jendela dari salah satu mobil Range Rover anti peluru, yang terparkir di dekat pesawat yang baru saja mereka tumpangi.

Dialah Davion, melonggarkan kaca mata hitamnya, dan memberikan kode, seketika itu, Gwen pun di turunkan.

Gwen pun berakting bertingkah takut seperti gadis pada umumnya, ia mencoba kabur ketika kakinya telah menapaki aspal landasan pacu.

Namun aksinya tentu saja sia-sia karena ia kembali di tangkap oleh orang-orang suruhan Davion. Dan sesungguhnya, ini adalah harapannya.

Kini Gwen di paksa memasuki salah satu mobil, dengan type dan warna yang sama dengan yang Davion naiki.

"Masuk sendiri atau di paksa?" tanya seorang bodyguard.

Gwen pun masuk, tanpa perlawanan.

Setelah ia duduk di kursi penumpang belakang, 2 orang bodyguard pun menyusul masuk, dan mengapitnya di kanan dan kiri.

Lalu yang seorang lagi mengeluarkan sebuah penutup mata dari balik saku jas yang di kenakannya.

Entah kapan mereka menyiapkan benda seperti itu, namun yang pasti, mereka bagai memiliki kantong ajaib, hingga benda apapun yang di butuhkan, seakan keluar begitu saja dari balik saku.

"Mau di pasangkan atau pasang sendiri?" tanya bodyguard yang duduk di sebelah kiri Gwen.

"Mengapa aku harus memakai itu?" Gwen tidak suka, karena ia jadi tidak tau mereka akan membawa nya kemana.

"Hal ni berhubungan dengan bisnis tuan, sebelum kembali ke kediamannya, tuan akan mengunjungi beberapa gudang produksi, jadi lebih baik anda tidak mengetahui apa-apa nona, demi keselamatan sendiri." jawab seorang bodyguard

"Paksa saja tutup, tidak perlu kamu jelaskan! panjang lebar!" protes sang bodyguard yang sempat dikira Gwen bisu.

>>>>>>>>>>>>>>>>>***<<<<<<<<<<<<<<<<<

Agar tidak ketinggalan kelanjutan ceritanya, jangan lupa :

#Tambahkan Lie's ke LIBRARY ya..

klik tanda + nya…

agar, saat Gwen update, kalian dapat notifikasinya.

#Boleh juga Sumbangan Psnya ya… ^^

Thankyou all…

i'm nothink, without you..

Hope u like all my story..

I do it my best..

"Call_me_Mi"