Chereads / Berandal SMA inlove / Chapter 17 - Jadi Pelayan Alter

Chapter 17 - Jadi Pelayan Alter

Selamat Membaca

"Aku tidak membencimu, aku hanya benci perbuatanmu." Choco Valentine

"Matthew?"

"Yep."

Geraman rendah terdengar samar dari bibir Alter, setelah menyebut satu nama paling dibenci. Giginya bergemeletuk ngilu, tangan mengepal erat di atas meja kantin. Informasi yang disampaikan Regan barusan, cukup membuat emosinya terpancing.

Matthew Haddon Smith, siapa yang tidak kenal dia? Ketua geng motor RAVELION SMA Pradipta. Cowok bebal superior maniak balap. Tahun lalu sempat menantang Alter di arena, berakhir kalah karena banyak gaya.

Bukan itu inti masalahnya. Matthew main curang, semua hadiah yang seharusnya milik geng DARK ZELOX, malah dia raup mentah-mentah. 

Dan sekarang, dia masih berani unjuk muka untuk menantang Alter dan anggota DARK ZELOX lainnya lagi nanti malam di arena?

"Terima gak tawarannya si Matthew?" tanya Ethan, ragu.

"Gak usah, lah. Buang-buang waktu sama tenaga doang." Zidan memberi tolakan, cowok berikat kepala merah itu menyeruput nikmat secangkir kopi pahit. "Lagian, hadiah kita pernah dikorup sama si Matthew sendiri tahun lalu, kan? Buat apa masuk jebakan yang sama."

"Good. Cari lawan lain aja dah. Anak RAVELION licin-licin semua kek belut sawah," usul Lucas setuju.

"Gue gak nanya lo pada, kampang," gerutu Regan mendengkus. Kemudian beralih melirik Alter. "Lo setuju gak, ngab? Kan lo Pak Ketu di sini."

"Hmm." Alter berdehem panjang, menopang dagu di meja berusaha berpikir keras. Menghela napas sekilas, lalu beranjak dari bangku kantin. "Kalian semua ikut gue sebentar. Kita bicarakan ini di markas."

Ketika semuanya —Regan, Ethan, Lucas, Zidan— serempak merespons anggukan, dan berdiri sesuai perintah sang Ketua, Choco tiba-tiba muncul di depan mereka sambil membawa segelas jus jeruk. Napasnya memburu.

"Mau ke mana, hah? Ini jus jeruk mau digimanain kalo lo pergi?!" sergah Choco, masih kecapekan akibat berlari. 

Alter mengangkat sebelah alis, kedua tangan tenggelam dalam saku celana. 

"Lo minum sendiri."

Choco terkekeh tak percaya. Usahanya serasa tidak dihargai. Tadi Alter hina-hindu dirinya karena lelet dan mendesak beli jus jeruk ini, cowok itu malah membalas dengan perlakuan minta dihajar.

"Sialan lo, anak haram!" maki Choco.

Dengan sekali gerakan, gelas jus di tangan Choco sudah dilempar ke arah Alter. Hingga airnya mendarat tepat di sekujur tubuh cowok sombong itu, seragam Alter pun basah kuyup terkotori air jus jeruk.

Reaksi para anggota inti Dark Zelox tercengang. Jelas kaget setengah mati melihat ketuanya yang saat ini mematung kaku dengan mata tertutup dibanjiri air jus. Sedangkan Choco tersenyum manis.

"Bukan gue," gumam Regan dan yang lain.

"Nantangin, hmm?" tanya Alter mendesis, menatap intens bola mata gelap Choco. 

"Rasain. Makanya jangan bikin cewek lagi mens emosi, kena guyur, kan, lo. Sekalian mandi biar gak bau bawang. Hahaha," cerocos Choco watados.

Tanpa menghiraukan perkataan nyeleneh gadis itu, Alter lebih dulu menarik kerah belakang seragam Choco. Ia seret tubuh gadis itu meninggalkan kawasan kantin bersama anggota lainnya.

"Pelayan tak tau diri memang perlu dihukum."

"Saya minta maaf, Tuan. Saya berjanji akan menjadi pelayan yang baik dan penurut."

"Lagi."

"Saya minta maaf, Tuan! Saya berjanji akan menjadi pelayan yang baik dan penurut!"

"Lagi."

"SAYA MINTA MAAF, TUAN! SAYA BERJANJI AKAN MENJADI PELAYAN YANG BAIK DAN PENURUT!"

Seluruh saksi mata yang berkerumun di tepi lapangan itu mengudarakan tawa. Para murid-murid SMA Green High berbondong-bondong ke lokasi panas tersebut, tak lupa menyalakan kamera untuk merekam objek yang kepanasan di tengah lapangan.

Choco, nyaris kehilangan oksigen. Saking pengapnya dikerubungi oleh ribuan siswa di tanah lapang, dengan penampilannya yang telah berlumur lumpur, mirip orang stress sambil teriak-teriak.

Mungkin sekarang hanya terlihat gigi dan bola mata yang putih, karena seluruh badannya benar-benar becek dan kotor akibat lumpur yang menempel. Sebagai hukuman dari Alter karena tadi.

Terlihat, Alter bersama anggota Dark Zelox lain —pelaku yang mengguyur seember lumpur pada Choco— itu memantau di sisi lapangan. Regan juga memvideokan Choco berdiri di tengah.

"Bakal viral, nih. Gue upload ke tiktok nanti pake sound amediktu," cetus Regan fokus pegang kamera.

"Tapi, apa ini gak keterlaluan?" sela Zidan, sedikit prihatin. "Kayaknya si culun kepanasan. Mana kotor diguyur lumpur seember sama lo, Ther."

"Ck, lo kasian sama dia?" sambar Alter.

"Dikit."

"Yaudah, sana tolongin. Anak pemulung kayak dia gak usah dikasih ampun. Ini hukuman yang pantas," tegas Alter tak ingin diganggu gugat. Masih dendam dengan perlakuan Choco yang membuatnya hilang harga diri.

Tragedi tumpahan bolu, tendangan maut di junior Alter, sampai disiram air jus. Kesalahan Choco sudah menumpuk pada Alter. Pelayan pembangkang itu memang patut diacungi jari tengah.

"Woi, culun! Lo gak mandi berapa abad, sih? Dekil banget. Hahaha!"

"Makhluk purba nyasar."

"Ewh, bau bangke! Item banget tuh muka sama badan."

"Kecebur comberan lo? Haha."

"Kalo mandi digosok badannya, pake sabun mahal biar bersih! Eh, lo kan anak pemulung. Pasti sabunnya banyak bakteri."

Alter tersenyum miring, melipat tangan di dada merasa puas. Ayo, terus, terus saja menghina pelayan tak tahu diri itu. Padahal sudah membuat kesepakatan dan sujud ampun di kakinya, tapi Choco malah semena-mena.

Sementara si korban, Choco, menunduk terdiam. Membiarkan dihardik sana-sini sampai mulut mereka berbusa. Benar, mungkin ini takdirnya sebagai tokoh figuran yang tidak dianggap di dunia novel. Bahkan authornya pun sangat benci padanya.

Tapi yang Choco sesalkan sekarang adalah, ia tak bisa melindungi sepatu barunya dari Bapak Ibu yang kini menghitam dikotori lumpur. 

'Maafin Choco, Pak, Bu .... '

***

"Huft, beres."

Choco menghembuskan napas lega, baru selesai membersihkan diri di toilet. Lupakan soal tubuhnya hitam diguyur lumpur tadi, sekarang Choco terbalut seragam cadangan yang disimpan di loker.

Ia mengamati pantulan tubuhnya lewat kaca besar toilet. Fiks, semua lumpur telah hilang. Tinggal bercak-bercak dan bau yang tersisa. Kemudian mengenakan kacamata kotaknya lagi agar pandangan tidak buram.

"Sabar, sabar. Orang sabar pantatnya lebar."

Kali ini, ia akan bersabar sejenak. Biarlah penulis dunia novel ini yang membalas kekejaman Alter dan geng Dark Zelox. Padahal seingatnya, tidak ada adegan Choco dibully Alter. Muncul per-part pun jarang.

Langkah Choco tertarik ke pintu toilet, hendak keluar. Sampai di mana sebuah ember berisi lumpur jatuh dari atas menimpa Choco saat membuka pintu, membuatnya terbujur kaku.

Byurrr!

"Woohoo! Tuh, kan, apa gue bilang! Rencana gue berhasil!"

"Hahaha, si culun dekil lagi!"

Ethan, Regan, Lucas dan Zidan, bertos heboh di depan toilet. Mereka tertawa menunjuk Choco yang lengket dilumuri lumpur lagi. Terutama Alter, cowok berparas sangar itu ikut menyeringai.

Choco melongo.

"Gimana surprise-nya? Bagus gak?" seloroh Regan.

"Seneng banget tuh si culun. Sampe bengong begitu." Suara Lucas semakin menggelegar.

"Bedak lo ketebalan jadi item, kan," ledek Ethan memandang remeh Choco.

Alter maju mengikis jarak, netra elangnya lurus menyoroti manik Choco. Cowok itu mendongak kepala korbannya, dihiasi seringai kecil.

"Ini hukuman untuk pelayan yang gak nurut sama tuannya."

Bersambung