Chereads / Berandal SMA inlove / Chapter 22 - Reynand Menyatakan Perasaan

Chapter 22 - Reynand Menyatakan Perasaan

Selamat Membaca

Disisi Reynand tersenyum lebar saat mengingat momen jalan-jalannya dengan Gina dua hari yang lalu. Momen itu sangat indah dan membahagiakan. Reynand rasa, dirinya benar-benar jatuh cinta pada Gina. Laki-laki itu bangkit lalu meraih kunci motornya. Tanpa ragu lagi, Reynand akan menyatakan perasaannya kepada Gina. Sesampainya di rumah Gina, Reynand segera mengetuk pintu rumah gadis itu. "Assalamualaikum, Gina!"

Ceklek!

"Waalaikumsalam. Kamu Reynand yang kemarin, 'kan?" tanya Tante Paula yang membuka pintu.

"Iya, Tante. Saya Reynand."

"Mau jalan lagi sama Gina?"

"Iya, Tante. Saya mau ajak Gina jalan-jalan lagi."

Tante Paula mengangguk-angguk. "Boleh. Tante panggilan Gina sebentar."

Tante Paula kembali masuk ke dalam rumah lalu menghampiri Gina yang sedang belajar di kamarnya. "Gina."

"Iya."

"Itu ada Reynand di depan. Dia mau ajak kamu jalan-jalan. Oh, iya, karena kamu keluar hari ini, jadi kerjaan kamu nambah, ya. Nanti sore tolong anterin bunga, karyawan tante masih sakit."

Gina mengangguk patuh. "Iya, Tante. Kalau gitu aku permisi dulu, ya."

"Iya."

Gina bersiap-siap untuk menemui Reynand. Setelah sepuluh menit mengganti pakaian, gadis itu berlalu pergi dari kamarnya untuk Reynand.

"Hey, kamu cantik banget, Gina."

Gina tersipu malu. Sungguh, dia lelah dipuji terus-menerus oleh Reynand. "Aku biasa aja, kok, Nand."

Reynand tidak menanggapi ucapan Gina. Laki-laki itu segera menggandeng tangan Gina menuju taman. Tidak butuh waktu lama, mereka telah tiba di Taman Komplek Andelanska. 

"Ka."

"Iya."

"Aku mau ngomong sesuatu."

"Ngomong aja langsung."

"I love you."

Gina terhenyak di tempat. Tubuhnya menegang. Lidahnya kelu untuk sekadar merespon. 

"Aku suka sama kamu, Gina. Aku gak tahu sejak kapan rasa ini ada, yang pasti aku bahagia pas sama kamu," sambung Reynand.

"Kenapa kamu bisa suka sama aku? Aku ini bisu, Reynand! Gak ada yang bisa dibanggakan kalau jalin hubungan sama aku."

"Aku gak peduli kalau kamu itu apa kata orang, yang aku tahu aku nyaman sama kamu, Ka. Cuma kamu satu-satunya orang yang mau temenan sama anak koruptor kayak aku." Reynand menggenggam tangan Gina seraya memandang lekat netra gadis itu. "Ka, aku mohon, izinin aku buat jadi penjaga kamu, ya?"

Tangis Gina pecah. "Aku gak pantes buat kamu, Reynand. Kalau aku bilang aku gak suka sama kamu, itu jelas bohong. Siapa, sih, yang gak jatuh cinta sama cowok yang memperlakukan kita kayak ratu? Cowok yang selama ini menjadi sumber kebahagiaan buat aku, tapi balik lagi, aku gak pantes buat kamu, Nand. Aku gak berguna."

"Itu bukan masalah,Gina! Aku udah tahu gimana kamu. Gimana baiknya kamu, gimana tulusnya kamu, gimana kamu selalu bersikap tabah dalam menjalani kehidupan. Itu semua bakal ngalahin kekurangan kamu itu. Aku mohon, terima cinta aku, ya, Gina?"

Gina mengangguk samar. Lantas, ia kembali menggerakkan tangannya. "Maaf, kalau ke depannya aku bakal jadi pacar yang malu-maluin. Bahkan aku gak pernah membayangkan seorang  kayak aku bisa punya pacar."

Reynand mengelus lembut pipi kiri Gina. Laki-laki itu terus memandang setiap lekuk wajah gadisnya. "Aku yakin kamu bisa jadi pacar yang baik,Gina. Makasih, ya, karena kamu mau jadi pacar aku."

"Terima kasih juga, karena kamu mau mencintai gadis sepertiku ini, Nand."

***

"Gina," panggil Reynand.

Sontak, Gina menoleh, dan seketika ia terkejut saat Reynand mencolek es krim di hidungnya. "Jail banget! Hidung aku jadi kotor, nih!"

Reynand tertawa terbahak-bahak. Ia segera membersihkan es krim yang mengotori hidung pacarnya. "Iya-iya, maafin aku, ya." Gina hanya mengangguk.

"Kamu mau beli apa, Gina?" Saat ini Reynand dan Gina sedang berada di mall yang mereka kunjungi tempo hari. Berjalan-jalan, menghabiskan waktu bersama sebagai sepasang kekasih.

"Gak mau beli apa-apa."

"Gak usah malu-malu. Bilang aja kamu pengen apa, hm?"

Gina menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia menunjuk toko boneka yang berada tidak jauh di depan mereka. Sontak, Reynand tertawa. Laki-laki itu mencubit pipi Gina gemas.

"Ngomong dari tadi, dong, Cantik. Ha-ha-ha, kamu gemes banget, sih, masih suka boneka. Ya, udah, yuk kita beli."

Gina tersenyum simpul. Sungguh, setelah status mereka berubah, semuanya terasa jauh lebih menyenangkan. Mungkin karena perasaan yang selama ini tersimpan dalam hati, telah diakui dan akhirnya menjadikan mereka sepasang kekasih.Reynand tersenyum lebar hingga menampakkan deretan gigi putihnya. Ia sangat bahagia saat ini. Hanya saat bersama gadis inilah, dia merasakan kebahagiaan yang teramat-sangat. Semua beban hidupnya seolah-olah hilang saat bersama Gina. Gadis yang dua bulan terakhir telah memberikan warna dalam hidup Reynand. Menjadi alasan laki-laki itu masih bertahan hingga sekarang.

"Tuhan baik sama aku, Gina. Dia pertemukan aku sama kamu, untuk menjadi sumber kekuatan satu sama lain. Makasih, karena kamu udah hadir di saat aku hampir menyerah sama kehidupan ini," batin Reynand berucap.

"Nah, udah sampai. Sekarang pilih boneka apa saja yang kamu suka," titah Reynand.

Gina mengangguk patuh. Lantas, ia mengambil dua buah boneka. Satu boneka boba, dan satu lagi boneka beruang berwarna cream.

"Dua aja?" tanya Reynand. Gina lagi-lagi mengangguk. 

"Oke, yuk kita bayar." Reynand menggandeng tangan Gina menuju kasir. 

Setelah membayar dua buah boneka tersebut, mereka keluar dari toko dan melanjutkan perjalanan mereka. 

"Gina."

"Iya."

"Kalau suatu hari aku pergi, kamu bakal jaga diri baik-baik, 'kan? Bisa, kan, hidup bahagia tanpa aku?" 

Gina terhenyak. Tiba-tiba perasaannya menjadi tidak enak. Lagipula, mengapa Reynand berucap seperti itu?

"Gak usah ngomong yang aneh-aneh, deh, Nand. Kamu emangnya mau pergi? Tinggalin aku?"

"Nggak,Gina. Aku gak akan pernah ninggalin kamu. Ini misalnya, kalau Tuhan gak kasih aku umur yang panjang, aku cuma berpesan hal yang tadi. Jaga diri baik-baik dan terus bahagia. Jangan nyerah sama kehidupan. Kamu sendiri yang pernah bilang gitu, 'kan?"

"Iya."

Reynand mengelus rambut Gina yang tergerai indah. Dia merasa sangat beruntung karena bisa memiliki gadis ini.Reynand meraih tangan Gina lalu menggenggamnya erat. Mereka terus berjalan mengitari pusat perbelanjaan. Jika ada kebahagiaan untuk Reynand, itu saat bersama Gina. Jika ada alasan untuk Reynand bertahan, itu karena Gina. Jika ada yang membuat Reynand bersyukur akan kehidupannya, itu Gina. Jika ada yang membuat Reynand merasakan nikmatnya jatuh cinta, dia adalah Gina. Gadis itu sudah menjadi pelengkap hidup Reynand.Luka yang selama ini ada di kehidupan laki-laki itu perlahan mulai membaik. Walau tidak bisa dipungkiri, kehidupannya di rumah masih tetap suram dan sarat akan kebahagiaan.

"Aku cinta sama kamu, Ka. Maaf, kalau suatu hari takdir harus memisahkan kita."

Bersambung