Chereads / Revenge in Marriage / Chapter 3 - Aksi Luar Biasa

Chapter 3 - Aksi Luar Biasa

Di dalam toilet pria, kini Aslan berdiri tepat di depan cermin dengan membersihkan bajunya yang masih basah.

Disaat Aslan beranjak ke toilet, Aleena langsung mengikutinya. Tidak ingin lepas tanggung jawab, Aleena masih setia berada di belakang Aslan walaupun Aleena tidak diperbolehkan menyentuhnya.

Ingin sekali, Aleena membantunya, namun Aslan selalu menolak untuk disentuh oleh Aleena. Dengan wajah ketakutan, Aleena masih setia berada di belakang Aslan.

"Saya tidak sengaja, Tuan Aslan. Maafkan saya," ucapan gugup kini telah sampai di telinga Aslan. Namun, Aslan tidak memperdulikan semua itu.

Tatapan tajam milik Aslan melalui pantulan cermin kini berhasil masuk ke dalam pandangan Aleena. Aleena masih terdiam, bergidik ngeri saat melihat Aslan bisa menampilkan wajah seramnya seperti ini. Biasanya Aleena selalu melihat Aslan dengan wajah datar dan mode yang baik-baik saja. Baru kali ini, Aleena melihat Aslan bisa semarah ini.

"Pergilah!" ketus Aslan.

"Baiklah, Tuan. Saya akan mengambilkan kain agar baju Tuan sedikit kering."

"Tidak perlu. Pergilah kamu." Aslan langsung mengalihkan pandangannya.

Aleena menghela nafas dan langsung beranjak pergi meninggalkan toilet yang masih ada Aslan. Namun, nyatanya penderitaan Aleena belum selesai. Merah di tangan Aleena yang diakibatkan oleh cengkraman Aslan, belum juga hilang. Kini tangan itu kembali ditarik oleh seorang wanita ke tempat yang sepi.

"Aleena," ucap seorang wanita yang ada dihadapannya.

Aleena mengangkat kepalanya dan menatap ada dua orang wanita yang ada di hadapannya itu. Ya, mereka adalah sahabat Aleena, Hanum dan Faraya.

"Kau gila yah?" ketus Hanum.

"Saya tidak sengaja, Hanum."

"Harusnya kau tau, siapa tamu itu."

"Iya, saya tau. Dia adalah Tuan Aslan, seorang CEO yang terkenal. Saya jelas mengenalnya, Hanum."

"Lalu kenapa kau bisa ceroboh? Bos akan marah kalau kau seperti ini. Kerjamu payah dan bisa jadi kau dipecat setelah ini," timpal Faraya.

Aleena menelan salivanya mendengar kata pecat yang keluar dari mulut Faraya. Memang, Aleena tidak memikirkan jika aksinya bisa mengancam pekerjaannya saat ini.

'Kenapa saya bisa melakukan tindakan yang bisa merugikan pekerjaan saya? Oh Tuhan, ini baru permulaan, tapi sudah membuat jantung ini tidak tenang begini,' batin Aleena.

"Aleena, kau tidak pernah melakukan kesalahan sama sekali saat bekerja, tapi hari ini kau terlihat sangat berbeda dari biasanya. Ada apa? Apa kau sakit? Atau kau ada masalah?"

"Tidak Hanum, saya tidak sakit atau apapun itu. Semua yang terjadi tadi, murni karena ketidaksengajaan saya menyenggol gelas," jelas Aleena.

"Aleena, pekerjaan ini sangat penting untuk kehidupan kita, bukan? Saya harap, kau tidak menyia-nyiakan pekerjaan ini hanya karena ketidaksengajaan kamu." Pesan Hanum yang paling dewasa.

"Iya Hanum, terima kasih atas peringatannya. Saya akan lebih hati-hati mulai sekarang, apalagi melayani tamu penting seperti itu."

"Baguslah kalau kau mengerti. Mari kita kembali bekerja dengan baik."

***

Aleena terdiam di sebuah ruangan yang sangat jarang dirinya kunjungi. Tidak ada lagi yang bisa Aleena lakukan, hanya duduk di sofa empuk namun entah kenapa Aleena tidak bisa tenang walau sudah duduk di tempat yang paling nyaman.

Ketegangan demi ketegangan tercipta. Seusai shift kerja, Aleena dipanggil untuk ke ruangan Bos. Sudah bisa dipastikan apa yang akan terjadi kali ini. Aleena berkali-kali menghela nafasnya seolah ingin mendapat ketenangan, namun nyatanya ketenangan itu tak muncul juga.

'Ayolah Aleena, kau harus tenang, kalau seperti ini, kau bisa dikatakan lemah. Tidak, Aleena tidak selemah itu,' Aleena selalu berbicara di dalam hatinya. Jika bukan diri sendiri yang menguatkan, lalu siapa lagi? Pikir Aleena selalu seperti itu setiap kali ada masalah.

Krek!

Pintu ruangan Bos kini terbuka. Aleena menatap seseorang yang muncul dari balik pintu yang tertutup sempurna. Benar, sesuai dugaan Aleena. Bos muncul dari balik pintu, langsung menatap ke arah Aleena.

"Kau mengecewakan saya, Aleena," ucapan yang langsung keluar dari mulut Bos tempat Aleena bekerja. Bos tersebut bernama Ardan, umurnya tidak jauh berbeda dengan Aleena, dan yang bisa dipastikan jika Ardan masih belum memiliki istri ataupun pacar.

"Maafkan saya, Pak Ardan," ucapan Aleena terdengar sayu membuat Ardan tidak sanggup jika harus memarahinya.

Sebenarnya, Pak Ardan orang yang sangat tegas, tapi, entah kenapa jika Aleena yang berbuat kesalahan, Pak Ardan malah tidak melakukan apapun kepada Aleena. Dirinya cenderung memaafkan Aleena dan sering merasa kasihan kepada Aleena yang tinggal sebatang kara.

"Aleena, apa kau ada masalah? Ceritakan kepada saya jika ada masalah." Benar saja, Ardan langsung melunak saat mendengar ucapan Aleena yang terdengar sayu.

"Tidak, Pak. Saya tidak ada masalah sama sekali. Tadi itu benar-benar ketidaksengajaan saya," jelas Aleena.

"Kau tidak pernah melakukan kesalahan sebesar ini, Aleena. Wajar jika saya mempertanyakan semuanya, kan? Kau juga tau jika tamu yang kau layani adalah seorang CEO dari perusahaan yang terkenal."

"Tentu, saya tahu semua itu, Pak. Tapi saya benar-benar tidak sengaja."

Ardan langsung menghela nafasnya dengan perlahan.

"Untungnya Tuan Aslan tidak menuntut restoran kita. Kalau dia menuntut kita, itu bisa bencana bagi restoran ini, Aleena. Restoran ini adalah restoran mewah dan banyak sekali orang-orang penting yang datang kesini. Jika restoran kita sudah di blacklist oleh Tuan Aslan, ini bisa berdampak pada keuntungan yang kita dapatkan selama ini," ujar Ardan.

"Maafkan saya, sungguh ini semuanya bukan keinginan saya. Tolonglah Pak Ardan jangan pecat saya." Aleena menyatukan kedua tangannya seraya memohon kepada Ardan. Aleena seolah mendapat gambaran mau dibawa kemana masalah yang dirinya lakukan kepada Tuan Aslan.

"Tidak, Aleena. Kau tidak akan saya pecat. Tenanglah. Tapi saya harap, kau bisa bekerja dengan sangat baik mulai dari detik ini. Bekerja seperti yang biasa kau lakukan. Memberikan pelayanan yang sangat memuaskan semua orang yang ingin datang ke restoran kita." Ardan mengatakan semuanya sambil tersenyum kecil kepada Aleena.

Jika orang lain yang membuat kesalahan seperti Aleena, mungkin saja mereka akan dipecat dan dibuang oleh Ardan agar tidak kembali lagi atau bekerja lagi ke restoran.

'Apa? Saya tidak dipecat? Kenapa bisa? Bahkan, yang memecahkan 10 piring saja langsung dipecat oleh Pak Ardan, sedangkan kesalahan saya lebih fatal dibandingkan memecahkan 10 piring,' Bukannya senang, Aleena malah bertanya-tanya kenapa bisa dirinya tidak dipecat oleh Ardan.

"Benarkah saya tidak dipecat? Oh Tuhan, terima kasih banyak, Pak. Saya benar-benar tidak bisa berkata-kata lagi. Sungguh, apa yang terjadi hari ini membuat saya gila dan sedikit stres." Wajah ceria milik Aleena kini sudah terlihat sangat jelas oleh Ardan. Entah kenapa, Ardan sangat menyukai senyuman yang ada pada Aleena. Bahkan dirinya sering melakukan hal yang menyenangkan hanya karena ingin melihat Aleena tersenyum manis seperti itu.

'Sudahlah untuk apa juga saya memikirkan tentang Pak Ardan yang tidak memecat saya. Bukankah itu bagus? Untuk apa juga memikirkan hal yang tidak terjadi? Sekarang, yang harus saya lakukan adalah berhati-hati dalam tindakan, jangan sampai nanti malah mengorbankan karir saya,' batin Aleena.