Chereads / Revenge in Marriage / Chapter 4 - Sulit Ditaklukkan

Chapter 4 - Sulit Ditaklukkan

Sebenarnya, kesalahan yang dilakukan oleh Aleena benar-benar membuat reputasi restoran ini menjadi buruk di hadapan Tuan Aslan. Namun, sesuatu hal membuat Pak Ardan memilih untuk tidak memecat Aleena. Bahkan, memarahi Aleena pun enggan dilakukan oleh Pak Ardan.

"Pak, urusan kita sudah selesai, bukan? Bolehkah saya meninggalkan tempat ini?" tanya Aleena.

Ardan langsung melihat ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Jam memang sudah menunjukkan pukul lima sore, memang sudah waktunya Aleena untuk pulang karena waktu shift nya sudah berakhir.

"Saya antar pulang, yah," tawar Ardan kepada Aleena.

"Oh tidak perlu repot-repot, Pak Ardan. Saya bisa sendiri kok, biasanya juga saya pulang sendiri," tolak Aleena langsung.

"Iya saya tau kamu bisa sendiri, tapi ada baiknya saya yang mengantarkan kamu." Tetap dengan sikap kerasnya Bos Ardan.

Ya, Ardan memang orang yang tidak suka dibantah oleh siapapun. Tapi, Aleena benar-benar tidak ingin diantarkan pulang oleh Bosnya sendiri. Selain tidak ingin merepotkan Ardan, Aleena juga tidak ingin banyak pelayan yang lainnya membicarakan kedekatan antara Aleena dan Ardan.

"Pak Ardan, saya mohon untuk tidak mengantarkan saya. Bukankah anda harus tetap disini? Percayalah, saya bisa sendiri," Lagi-lagi, Aleena juga sama kerasnya dengan Ardan. Dengan sekuat tenaga, Aleena menolak permintan Ardan untuk mengantarkan Aleena pulang.

"Baiklah kalau begitu, kau hati-hati."

"Iya, Pak Ardan. Kalau begitu saya pulang dulu."

Aleena langsung beranjak meninggalkan ruangan Ardan dan memilih untuk segera pulang ke rumahnya.

Dret! Dret!

Dering ponsel yang ada di saku Aleena kini terdengar nyaring di telinga Aleena. Dengan segera, Aleena mengambil ponselnya. Tertera nama Tuan Evano yang terdapat di layar ponsel milik Aleena.

Aleena menghela nafasnya perlahan, kemudian langsung menggulir tombol hijau yang terdapat di layar ponsel tersebut,

"Halo," ucap Aleena.

"Kau dimana?" tanya Tuan Evano langsung.

"Saya masih di restoran. Ada apa, Tuan?"

"Kita butuh bicara, saya tunggu di parkiran."

"Parkiran? Parkiran mana, Tuan?"

"Restoran kamu lah. Parkiran mana lagi kalau bukan tempat kamu bekerja?"

"Oh, baiklah, saya akan segera keluar sekarang."

Panggilan terputus.

Aleena menghela nafasnya dengan perlahan. Seolah merenungi kembali apa yang dirinya lakukan saat ini.

'Mati! Memang saya ini cari mati. Bagaimana bisa saya bertindak seperti ini? Antara bodoh dan ingin kaya memang tidak ada bedanya. Bisa-bisanya saya melakukan semua ini hanya karena ingin kaya. Padahal, saya tahu sendiri kalau Tuan Aslan bukan orang sembarangan,' batin Aleena.

"Alee," teriak seseorang yang mengejutkan Aleena.

Aleena yang mendapat panggilan, langsung membalikkan tubuhnya. Menatap Hanum dan Faraya yang berlari ke arahnya. Ya, Hanum dan Faraya sudah pasti mengkhawatirkan keadaan Aleena.

"Kau tidak apa-apa kan? Apa kau sudah tidak bekerja disini lagi? Oh Tuhan, kami kehilangan teman baik," ucap ngasal Faraya.

Hanum yang mendengar ucapan ngasal Faraya, langsung menyenggol Faraya. Namun, Hanum dan Faraya menyadari jika wajah Aleena tidak menunjukkan sikap yang sedih.

"Kau baik-baik saja, Alee?" tanya Hanum perlahan.

"Tidak ada yang perlu kalian khawatirkan. Saya baik-baik saja, kok." Aleena menjawab sambil menebar senyuman kepada Hanum dan Faraya.

"Aleena, apa kau dipecat? Apa kau tidak memohon untuk diberikan kesempatan kedua?" tanya Faraya lagi.

"Fara, hentikan ucapan kamu, biarkan Aleena menjelaskan apa yang ingin dia jelaskan. Kau tidak berhak tau semuanya," ujar Hanum.

"Kalian ini jangan asal bicara. Saya tidak dipecat kok. Tidak ada bahasan dipecat juga. Pak Ardan sangat baik, bahkan dirinya tidak memarahi saya seperti yang teman-teman katakan," Aleena menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi kepada Hanum dan Faraya.

Hanum dan Faraya langsung saling bertatapan penuh arti, seolah tidak percaya dengan ucapan yang dilontarkan oleh Aleena.

"Aleena kau tidak bercanda?" tanya Hanum.

"Untuk apa saya bercanda, Hanum? Hal seperti ini saya rasa bukan hal yang harus dibercandai."

"Kau benar, tapi Pak Ardan terkenal dengan ketegasan dan tidak menerima toleransi kesalahan. Kau sudah melakukan kesalahan yang terbesar, harusnya kau dipecat bukan?" ujar Faraya jujur.

"Hei, kenapa kau mendoakan Aleena dipecat?" ketus Hanum.

"Tidak, tidak, saya tidak berniat mendoakan Aleena dipecat. Saya hanya membaca situasi yang kerap terjadi di restoran ini jika melakukan kesalahan," jelas Faraya.

"Sudahlah. Yang pastinya, saya tidak dipecat. Itu lebih penting. Bos Ardan juga tidak memarahi saya, bahkan sebaliknya, sikapnya sangat manis sekali, dan tadi juga mau antarkan saya pulang, tapi saya langsung menolaknya."

"Ya kau benar, yang penting kamu tidak dipecat, itu lebih dari segalanya. Kami benar-benar tidak rela jika kamu harus dipecat."

"Iya, syukurlah saya baik-baik saja. Oiya Hanum, Faraya, maafkan saya, tapi saya harus pergi terlebih dahulu. Ada urusan mendesak yang harus saya lakukan sekarang. Kalian pulanglah, jangan menunggu saya, bye."

Aleena langsung berlari meninggalkan Hanum dan Faraya.

"Apa Aleena dan Bos Ardan memiliki hubungan khusus?" tanya Faraya.

"Entahlah, itu bukan urusan kita, bukan?"

"Kau benar."

***

Sementara itu, Aleena berjalan menuju ke parkiran mobil. Mencari orang yang sebelumnya memiliki janji dengannya. Tak menunggu lama, seseorang lelaki yang dikenal oleh Aleena, berjalan menuju ke arahnya.

"Kita bicara di mobil!"

Aleena mengangguk dan mengikuti langkah Evano yang mengajaknya ke dalam mobil.

"Memilih kamu dalam misi ini, saya rasa adalah hal yang tepat," ucap Evano disaat sudah memastikan jika dirinya dan Aleena sudah berada di dalam mobil.

Aleena hanya tersenyum kecil menanggapi ucapan Evano kepadanya.

'Hal yang tepat yah? Tapi, ini benar-benar membuat jantung saya tidak aman Tuan Evano,' cerca Aleena di dalam hati.

"Tadi, kau sudah melakukan hal yang bagus. Pendekatan yang kamu lakukan sepertinya berhasil membuat Aslan menyadari kehadiran kamu. Tapi, tentunya untuk masuk ke dalam kehidupan Aslan tidak cukup menggunakan hal-hal yang kecil. Kau harus melakukan sesuatu agar Aslan terlihat peduli kepadamu." Evano seolah sedang memberikan gambaran untuk misi selanjutnya kepada Aleena.

'Hah? Apa? Tadi adalah hal kecil, apa maksud anda? Hal sekecil itu sudah bisa mengancam pekerjaan saya, Tuan Evano. Memang, uang yang anda berikan sangat banyak. Tapi, itu tidak akan mencukupi hidup saya selamanya. Saya harus tetap bekerja agar hidup lebih layak,' batin Aleena.

"Lakukan lagi, dan segeralah mendekatkan diri dengan Aslan. Saya tak sabar ingin segera menghancurkannya."

"Tuan Evano, mendekati Tuan Aslan tidak semudah itu. Anda jelas melihatnya bukan? Tuan Aslan marah karena ulah saya yang menumpahkan air ke bajunya. Dan juga, apa yang saya lakukan tadi sudah mengancam pekerjaan saya."

"Nona Aleena, melakukan sesuatu tidak ada yang mudah, semua punya konsekuensinya masing-masing, dan saat ini, misi kita bukan misi sembarangan. Kau tau itu. Hanya dipecat dari pekerjaan itu tidak menjadi masalah, saya akan mencarikan pekerjaan yang layak untukmu jika kau bisa menyelesaikannya dengan baik," ujar Evano.