"Apa kau sudah siap, Mrs. Dmitry..." Paris terkekeh nakal saat memanggil Anya dengan gelar baru yang akan dia sandang sebentar lagi. Anya mendelik ke arah Paris. Pipinya memerah karena gadis itu terus saja menggodanya.
Kini keduanya sedang berada di rumah pendeta Verdinant. Pendeta yang baik hati itu meminjamkan rumah sederhana miliknya untuk digunakan sebagai tempat merias calon mempelai wanita. Anya baru saja selesai dirias oleh Rimar. Kini ia sedang memerhatikan pantulan bayangan wajahnya di kaca, tak disangka Rimar begitu lihai memulas dan mempercantik Anya. Sehingga hasil akhirnya seperti dirias oleh perias pengantin profesional.
"Apa kau suka gaunnya?" tanya Rimar seraya memasangkan bolero pada gaun polos Anya. Gaun pengantin sederhana dengan warna putih tanpa motif. Gaun panjang menjuntai itu sangat pas di tubuh indah Anya. Lekukan pinggang ramping miliknya terekspos sempurna.
"Aku suka, gaunnya indah..." jawabnya setengah berbisik.
"Apakah ini gaun milikmu?" tanya Anya.