Chereads / Cinta 80 Kilo / Chapter 7 - Rencana Rey dan Yona

Chapter 7 - Rencana Rey dan Yona

Hari-hari Rara di saat mengajar pun hanya penuh dengan lamunan. Yang ada di benaknya kini hanya Rangga, Rangga dan Rangga. Tidak ada pria lain selain Rangga. Memang hanya Rangga yang dia kenal.

"Duh, kenapa sih wajah Rangga yang selalu muncul di bayangan aku. Apa aku merindukan dia? Ah, baru juga kemarin kenal sudah terbayang terus. Kapan ya bisa ketemu dia lagi."

"Hayo, melamun lagi. Ketahuan 'kan? Kapan kita mulai belajarnya nih. Kakak melamun terus."

"Hehe, iya maaf. Kita mau belajar ya. Ya sudah, ayo kita mulai belajarnya." Rara segera menyiapkan pelajaran selanjutnya setelah istirahat. Pelajaran singkat di sekolah kecil itu hanya tersusun dua kali saja. Semangat yang membara Rara ciptakan semakin membuat anak-anak pun ikut serta dalam semangat belajar. Walaupun kadang Rara sering melamun, hanya Yona yang mengerti perasaan Rara saat ini.

"Rey, aku punya rencana. Bagaimana kalau kita pertemukan lagi Kak Rangga dan Kak Rara. Sepertinya Kakak Rara demen banget dengan Kak Rangga. Bagaimana? Kamu setuju kan?" Di sela Rara memberi arahan atau menjelaskan pelajaran, Yona mencari kesempatan untuk ngobrol dengan teman sebangkunya yang bernama Rey.

"Aku sih setuju banget sama kamu, karena memang dari kemarin yang aku lihat Kakak Rara seperti terus memperhatikan kak Rangga. Bahkan sampai hari ini pun dia sering melamun dan senyum-senyum sendiri."

"Nah, itu dia. Berarti sepemikiran kita. Ya sudah, ayo kita susun rencananya."

"Tapi bagaimana caranya, Yona?"

"Masih aku pikirkan, nanti aku kasih tahu kalau sudah ketemu idenya."

"Iya," jawab Rey singkat lalu kembali fokus mendengarkan Rara menjelaskan.

Selang beberapa menit setelah Yona diam, dia kembali membuat suasana heboh dalam ruangan.

"Aha, aku punya ide Rey!" Suara itu sangat lantang dan begitu jelas terdengar oleh seisi ruangan. Seketika itu semua murid memperhatikan Yona.

"Yona, kita masih belajar." Jelas Rey.

"UPS!" Yona melakukan kesalahan karena terlalu semangat.

"Yona, ada apa? Ide apa yang kamu maksud? Apa kamu ingin menggantikan kakak di sini untuk menjelaskan pelajarannya?" Rara menegur Yona saat itu juga.

"Maaf, Kak. Aku hanya bercanda dengan Rey. Tapi aku kelepasan suara." Ucapnya dengan sedikit ragu dan malu.

"Kok aku sih," Rey merasa tidak terima karena menjadi alasan Yona. Mereka saling bersenggolan bahu.

"Ssstttt!" Yona berdesis untuk mengajak Rey kerja sama.

"Heh, kalian berdua ayo maju ke depan!" Perintah Rara.

"Tapi, Kak. Aku kan tidak salah. Aku juga tidak ribut!" Ujar Rey membela dirinya.

"Sudah, ayo maju kalian berdua."

Rara dengan santai terus meminta agar mereka segera maju. Akhirnya, Rey dan Yona maju ke depan kelas.

"Kita mau di apain, Kak?"

"Coba jelaskan kembali apa yang Kakak terangkan tadi!"

Rey dan Yona hanya saling berpandangan, mereka tidak tahu apa yang sudah Rara bahas sejak tadi. Mereka hanya saling menunjuk untuk lebih dulu menerima hukuman itu. Namun, tidak ada yang bisa sama sekali.

"Tidak bisa?"

Keduanya hanya menggelengkan kepalanya menjawab dari pertanyaan Rara.

"Kalau begitu, angkat kedua kaki kalian dan tangan kalian saling memegang kuping kalian sendiri."

"Hah? Bagaimana bisa kami angkat kedua kaki kami, Kak?"

"Haha, maksud Kakak kalian angkat satu kaki, dan tangan menyilang dengan memegang kuping masing-masing."

Tidak ada cara lain selain menuruti perintah Rara saat itu, jika tidak mereka akan menerima hukuman lebih berat dari itu. Selama pelajaran di lanjutkan, mereka masih berdiri menjalankan hukuman. Yona dan Rey kembali berbincang dengan perlahan di sela Rara masih sibuk menjelaskan.

"Yona, kamu sudah temukan idenya?"

"Sudah, nanti aku kasih tahu sepulang sekolah."

"Sekarang saja, aku penasaran."

"Nanti saja, nanti ketahuan."

"Tidak akan ketahuan kok, ayo dong cerita."

"Nanti saja,"

"Sekarang!"

"Kalian berdua ini lagi curhat apa sih, sejak tadi kakak perhatikan sepertinya ada yang terlihat penting?"

"Eh, tidak kok kak. Tidak tahu nih, Rey. Gangguin aku terus dari tadi."

"Haduh, pusing lihat kalian berdua hari ini. Ya sudah, berhubung jam waktu pulang. Kita pulang saja!"

"Hore! Akhirnya pulang juga."

"Hore!" Semua bersorak kegirangan.

***

"Yona, tadi kamu ingin bicara apa? Ide apa yang kamu maksud?"

Di perjalanan, Rey kembali menanyakan soal ide yang ingin di katakan Yona tadi. Namun hampir saja, Yona melupakan hal itu.

"Oh iya, hampir saja aku lupa."

"Hem, kamu! Ya sudah, katakan saja sekarang!"

"Iya, sabar."

Yona mengajak Rey berhenti sejenak dari jalannya, lalu membisikkan sesuatu ke telinga Rey. Beberapa kata sudah terucap, Rey bukan menanggapi apa yang di katakan Yona. Justru dia marah karena di saat tidak ada siapa-siapa, Yona memberitahu kan rencana dengan berbisik.

"Yona!" Pekik Rey.

"Apaan sih, segitunya sampai teriak."

"Lagian kamu, tadi buat masalah sampai kita di hukum. Sekarang kasih tahu rencananya dengan berbisik. Kenapa tadi tidak kamu lakukan dengan berbisik." Ucap Rey dengan sangat geram pada Yona. Yona hanya meringis membenarkan ucapan rey.

"Hehe, iya ya. Bodohnya aku, tapi bagaimana ide aku? Cemerlang bukan?"

"Bagus sih, tapi bagaimana pula caranya kita sampai di kantornya. Kan kita belum pernah ke sana, memangnya kamu ada uang untuk kita ke sana?"

"Tenang saja, aku masih ada ayam jago?"

"Jadi kamu mau jual ayam kamu? Memangnya kamu punya ayam?"

"Punya dong!"

"Memang laku berapa ayam kamu nanti."

"Hei, maksud aku ayam jago itu tabungan aku. Bukan ayam hidup. Ah kamu, suka tidak nyambung ya."

"Kamu sih yang aneh,"

"Iya iya, jadi kapan kita ke sana. Hari ini bisa kan?"

"Jangan hari ini dong, Ayah aku tadi minta tolong sama aku untuk bantuin dia di kebun."

"Memangnya kamu punya kebun?" Yona meledek gantian.

"Ya punya lah, kebun orang. Haha!"

"Bisa saja kamu ya, aku pikir memang benar-benar punya kebun."

"Ya kamu pikir sendiri, apa mungkin gembel kayak kita punya kebun. Makan sehari-hari bisa makan saja sudah syukur. Haha!" Rey pun tertawa saat menjelaskan diri mereka hanya lah orang-orang miskin.

"Ya sudah, berarti besok sepulang sekolah kita langsung berangkat saja ya." Sambung Yona.

"Oke, baiklah. Kita langsung ke sana."

Setelah obrolan mereka selesai, mereka kembali ke rumah masing-masing. Di persimpangan jalan mereka berpisah karena berbeda tujuan.

"Bye!" Yona berlagak seperti orang kebaratan. Lalu di sambung pula dengan Rey melakukan hal yang sama.

"Bye too!" Jawab Rey sembari melambaikan tangannya dengan tinggi. Yona dan Rey memang teman dekat di sekolah.

Entah apa yang akan mereka rencana kan besok. Rencana mereka hari ini sampai menimbulkan keributan hingga hukuman di sekolah. Namun, Rara tidak terlalu peduli akan hal itu.