"Hari ini kamu tidak janji dengan ayah kamu lagi 'kan, Rey?"
"Tidak."
"Ya sudah, kalau begitu ayo kita berangkat." Keduanya sudah bersiap untuk berangkat sesuai janji mereka kemarin. Yona sampai rela memecah tabungan yang berbentuk ayam jago kesayangan dia. Hanya sebuah uang receh yang tidak begitu banyak, namun dapat mewujudkan rencana mereka hari itu.
"Eh, itu angkotnya."
Keduanya menyetop angkot lalu langsung naik ke dalam mobil tersebut.
"Apa kamu yakin rencana yang kamu buat ini akan berhasil, Yon?"
"Percaya saja, pasti berhasil kok membuat mereka bertemu nantinya."
Butuh waktu beberapa menit untuk sampai di sebuah perusahaan yang besar milik Bramanjaya. Di sana terlihat sangat ketat dalam penjagaan. Ada beberapa satpam yang menjaga untuk keamanan.
"Yon, kamu yakin mau masuk? Lihat itu, banyak Bapak-bapak kekar pakai baju putih rapi seperti polusi. Eh, polisi maksud aku."
"Ya itu kan orang, kenapa harus takut." Jelas Yona dengan percaya diri.
"Ya sudah ayo masuk!" Ajak Rey. Kali ini Rey yang melangkah lebih maju. Setelah melangkah beberapa meter, Rey melihat kebelakang. Ternyata, Yona hanya diam berdiri. Terpaksa Rey kembali menghampiri Yona di belakang.
"Yona, kenapa kamu masih di belakang."
"Aku takut!" Jawab Yona. Rey cekikikan melihat tingkah temannya ini.
"Tadi kamu bilang sama aku kenapa harus takut, kok malah kamu yang takut?"
"Habis, orang-orang itu kelihatan besar-besar."
"Ingat perjalanan kita di sini, sampai pecahkan tabungan kamu."
"Oh iya ya. Ayo kita maju, siapa takut!" Kali ini, Yona justru lebih semangat dari Rey. Dia langsung maju dengan membusungkan dada sombongnya.
"Rey, ayo!" Setelah beberapa meter di depan, Yona menoleh ke belakang. Namun Rey malah berjalan arah pulang. Yona kembali mengejar dengan lari kecil lalu menarik Rey.
Kenyataannya, mereka sama-sama takut untuk masuk.
"Heh, mau apa kalian kemari!" Salah satu satpam mencegah masuknya Yona dan Rey. Mereka memang terlihat kumuh, seperti pengemis. Karena mereka tidak punya baju baru untuk di kenakan.
"Ada apa ini?"
"Nih, dua bocah mau nyelonong masuk saja. Nanti kalau kena marah bos bagaimana coba."
"Coba tanya dulu apa tujuan mereka, jangan sampai main usir-usir saja." Satpam yang lain ikut membela Rey juga Yona.
"Maaf, Pak. Kami datang kemari hanya ingin bertemu Kak Rangga sebentar. Boleh ya, Pak!"
"Tidak bisa! Perlu apa kalian dengan bos besar? Hah, paling juga mau minta uang kan?"
"Tidak, kami hanya ada perlu sebentar saja. Izinkan kami bertemu dengan Kak Rangga. Tolong, Pak?" Rey terus merengek.
"Tidak bisa, bos lagi meeting."
"Ada apa ini, Pak?" Wanita cantik datang dengan jalan melenggang. Sepatu hitam high heels dan gaun ketat melekat di tubuhnya juga seakan menambah keanggunannya. Rey melihat itu langsung menganga dan mata tidak berkedip sedikit pun. Wanita cantik dan seksi baru dia lihat secara dekat.
'Ternyata mulus sekali ya!' Gumam Rey.
"Rey!" Senggol Yona menyadarkan Rey kalau kini mereka sedang bahaya.
"Ini, Bu. Dua anak ini memaksakan diri untuk masuk ke dalam hanya ingin bertemu dengan Bapak Rangga katanya. Tapi tidak aku izinkan!"
"Kenapa masih diam saja, usir!" Pekik Adel minta satpam untuk mengusir Rey dan Yona. Ketika Yona dan Rey di tarik untuk keluar, Rey meronta dan lepas dari pegangan satpam. Dia teriak memanggil nama Rangga.
"Kak, Rangga. Aku di luar. Kak, Rangga?" Rey terus berteriak kencang berharap Rangga mendengar suara Rey.
Tidak lama kemudian, Rangga datang untuk melihat keributan tersebut.
"Ada apa ini ribut-ribut. Ini kantor, bukan pasar! Ini lagi, apa-apaan? Anak kecil main pegang sembarangan. Memangnya kenapa dengan mereka? Apa mereka buat keributan di kantor?"
"Usir saja anak-anak ini, Rangga. Mereka itu tidak pantas ada di tempat bersih seperti ini." Ungkap Adel.
"Loh, memangnya mereka kotor? Jaga ucapan kamu, Adel. Mereka ini tamu aku, kenapa kalian tega usir mereka. Seharusnya mereka sejak tadi kalian antar masuk ke dalam. Bukannya malah di usir."
Satpam-satpam itu terdiam mendengar ocehan rangga. Namun tidak dengan Adel. Dia tetap tidak senang jika anak itu masuk ke dalam kantor.
"Tidak, mereka tidak boleh masuk. Mereka harus keluar, tidak pantas kantor ini menerima orang-orang seperti mereka."
"Loh, memangnya kamu siapa di kantor ini?"
"Aku sekretaris!"
"Baru juga sekretaris sudah sombong." Sergah Rangga lalu menarik tangan Yona juga Rey.
"Tapi kan!" Adel terus membantah. Padahal dia hanya seorang sekretaris di kantor itu.
"Rey, kenapa kalian nekat datang kemari. Bukannya jaraknya lumayan jauh dari rumah kalian. Kalian naik apa datang kemari."
"Kami ada perlu sama Kakak. Kami tadi naik angkot!"
"Dari pada jauh datang kemari, lebih baik uang kalian di tabung saja. Memangnya ada perlu apa?" Ucap Rangga menasehati.
"Ini saja pakai uang tabungan Yona, Kak!" Ujar Rey keceplosan.
"Stttth!" Yona berdesis seolah Rangga tidak boleh tahu akan hal itu. Namun Rangga sudah mengerti dan memahami mereka berdua.
"Sudahlah, baiknya kalian katakan saja apa maksud kedatangan kalian kemari."
"Sebenarnya aku haus kak, aku pengen minum dulu." Ucap Yona. Rangga hanya tertawa kecil, dia langsung mengambil minuman yang sudah tersedia dalam ruangan.
"Ini untuk kalian berdua, minum lah. Tenang kan hati kalian masing-masing terlebih dahulu, setelah itu baru katakan maksud kedatangan kalian."
"Baik, Kak." Jawabnya serentak setelah di berikan air minum sekali gus makanan ringan yang di berikan Rangga.
"Sudah selesai? Coba kamu katakan sekarang!" Rangga terus menunggu penjelasan keduanya, bahkan sampai karyawan yang tidak begitu penting pun dia tolak.
Yona dan Rey saling bersenggolan untuk mendahului pembicaraan mereka. Namun, akhirnya Yona duluan yang bicara.
"Kakak masih ingat dengan Kakak gendut itu tidak!"
"Siapa?" Tanya Rangga.
Rey dan Yona bersenggolan lagi, karena sudah keceplosan.
"Bukan, maksud aku. Aku kemari ingin mengundang Kakak untuk acara ulang tahun aku besok. Kakak datang ya!"
"Besok ya!"
"Iya, Kak. Besok! Bisa ya! Aku mohon!" Ucap Yona memohon.
"Tapi besok Kakak ada janji sama klien penting. Bagaimana mungkin bisa datang ke tempat kamu. Kakak juga tidak tahu rumah kamu yang mana!"
"Yah, aku harap Kakak datang ya. Karena kehadiran Kakak yang sangat aku harapkan. Acaranya juga sepulang sekolah, dan Kakak tidak perlu khawatir cari rumah aku. Aku buat acaranya di sekolah kok."
"Oh, pulang sekolah jam berapa ya?"
"Jam 10 pagi, Kak!"
"Bisa!"
"Maksud Kakak bisa datang kan?"
"Bisa di usahakan, Kakak janji sama klien juga sore hari kok."
"Yes, berarti bisa kan kak. Aku tunggu besok ya kak, aku minta kado yang besar. Hehe!"
"Iya iya, cantik! Oh iya setelah ini kalian mau pulang ya?"
"Iya, Kak."
"Ya sudah, ini buat jajan kalian dan untuk pesangon pulang."
"Terima kasih, Kakak. Kakak baik banget deh!"
"Sudah, jangan terlalu memuji deh. Ya sudah, nanti kalian di cariin sama orang tua kalian karena terlalu lama main."
"Oke, Kak. Pokoknya besok jangan lupa ya! Aku tunggu loh!"
"Iya, siap!"
Keduanya sangat senang dan bersemangat untuk pulang, karena sudah berhasil menyusun rencana mereka.