Chereads / Cinta 80 Kilo / Chapter 9 - Gara-gara Kentut

Chapter 9 - Gara-gara Kentut

"Yona, menurut kamu rencana kita selanjutnya apa? Kan kamu lagi tidak berulang tahun. Menang banyak dong jika nanti kak Rangga kasih kamu hadiah."

"Nanti hadiahnya kalau bisa di bagi, kita bagi dua."

"Kalau tidak bagaimana?"

"Ya berarti sudah jelas dong untuk aku sendiri. Haha!"

"Curang kamu!"

"Haha," Yona terus tertawa merasa puas dengan keuntungan yang akan dia dapatkan nanti.

"Oke, sekarang giliran kamu yang minta Kak Rara untuk tetap tinggal di sekolah. Nanti kita buat ruang khusus untuk mereka bertemu. Aku sudah tidak sabar bagaimana reaksi mereka nanti saat bertemu." Sambung Yona.

"Baiklah, soal itu gampang. Nanti tinggal aku bilang saja dengan Kakak Rara."

***

"Kak Rara. Sepulang sekolah aku ada kejutan untuk Kakak. Aku minta Kakak nanti ikutin aku ya!"

"Memangnya mau ke mana?"

"Pokoknya nanti aku minta Kakak ikutin aku. Tidak jauh kok."

"Baiklah. Tunggu selesaikan pelajaran kita ya."

"Oke, Kak."

'Tumben Rey mau kasih kejutan. Memang kejutan apa ya?' Batin Rara.

Setelah beberapa jam kemudian, pelajaran pun telah usai. Saatnya Yona dan Rey menyusun rencana dengan sebaik mungkin untuk mempertemukan Rara dan Rangga.

Sesuai janji Rangga, hari itu sepulang sekolah dia sudah menunggu di gang di mana Yona dan Rangga janjian. Lalu Yona mengambil kesempatan ketika Rara tidak melihat. Dia menuntun Rangga untuk masuk ke dalam ruangan, lalu tugas Rey adalah menuntun Rara.

"Kak Rangga, tunggu dan duduk di sini ya. Nanti sebentar lagi acara akan di mulai."

"Loh, Katanya acara ulang tahun. Kok sepi, di mana yang lain?"

"Mereka sebentar lagi juga datang kok. Kakak tunggu saja ya,"

"Oh ya sudah. Ini kado untuk kamu, Yona."

"Hore, terima kasih ya, Kak."

"Sama-sama!"

Di lain tempat, Rey sudah mempersiapkan Rara. Dia memberikan sebuah kain hitam guna menutup mata Rara.

"Kak, ini di pakai ya!"

"Loh untuk apa?"

"Kalau tidak di tutup bukan kejutan namanya. Ayo dong di pakai!" Bujuk Rey.

"Oke, oke. Kakak pakai. Awas macam-macam ya!"

"Oke."

Lalu Rey memasang kan kain itu pada sepasang mata Rara agar tidak bisa melihat. Sedangkan Yona sudah mengundang temannya untuk duduk diam di ruangan bersama Rangga.

Rey menuntun Rara untuk masuk ke dalam ruangan di mana Rangga dan lainnya berkumpul. Tapi mereka sudah bekerjasama agar sunyi senyap. Rangga yang melihat itu merasa heran, sebenarnya apa rencana anak-anak itu. Namun demi kenyamanan, Rangga seolah mengerti dan mengikuti arahan Yona untuk diam senyap saat Rara datang masuk ke kelas.

"Rey, sudah sampai? Boleh Kakak buka kainnya?"

"Tunggu sebentar, Kak. Jangan di buka dulu ya!"

Rey menahan Rara untuk membuka kain penutup matanya. Karena dia harus menyiapkan segala sesuatunya. Namun tiba-tiba, Rara merasa dirinya akan buang angin.

"Duh, mau kentut pula. Bagaimana ini, malu sama Rey. Mending aku suruh dia ambilkan air di tas ku saja deh. Untung saja tas ku tinggal di kelas tadi."

Rara tidak sadar, padahal sejak tadi dia di ajak masuk ke kelas kembali.

"Rey, Kakak bisa minta tolong?"

"Apa, Kak!"

"Tolong ambilkan air minum Kakak di tas ya! Cepet!"

"Oke kak," Rey mengambil air minum sesuai perintah Rara. Dengan kesempatan itu pula, Rara buang angin alias kentut.

Brooottt

"Ah, lega."

"Kak, ini air minumnya."

"Terima kasih ya!"

'Duh, kok pingin kentut lagi!" Ujar Rara lirih. Lalu dia minta Rey lagi untuk mengambil tasnya.

"Rey, Kakak bisa minta tolong lagi tidak? Tolong ambilkan tas Kakak semuanya sekarang ya? Buruan."

"Iya, iya kak."

Rey mengambil tas yang di maksud Rara. Rara mengulangi aksinya.

Tutttttt, Brett, Brett, prrrthhhhhh

"Ah, lega!" Suara kentut yang begitu panjang sudah Rara lantunkan dengan merdu.

"Kak, ini tasnya."

"Oke, terima kasih. Sekarang Kakak sudah boleh buka penutupnya kan?"

"Boleh!" Rey menahan tawanya.

Rara membuka penutup matanya, namun terkejut bukan main. Ketika dia membuka, ternyata murid lainnya juga termasuk Rangga sudah duduk di ruangan itu lalu melepaskan tawanya masing-masing dengan riuh. Sungguh sangat malu Rara saat itu. Ternyata, dia kentut di dengar oleh banyak orang.

"Apa ini?"

Rara seolah tidak percaya kalau dirinya akan malu seperti ini. Bukan di permalukan, namun dirinya sendiri yang tidak sengaja melakukan hal itu. Bukan sebuah kesengajaan, semua terjadi begitu saja. Sebagian dari mereka masih mentertawakan Rara.

"Kak, kentut Kakak merdu sekali."

"Iya, Kak. Kayak suara kereta! Haha!" Mereka semua kembali tertawa riuh.

Rara berlari keluar menahan malu, namun dia juga menangis sudah di permalukan.

"Bodohnya aku, kenapa aku kentut di waktu yang tidak tepat. Aku kira tidak ada orang, ternyata mereka banyak. Mana ada Rangga lagi! Huaaaaa!!" Rara terus menangis di luar kelas.

"Jangan menangis, sayang air mata kamu!"

Terdengar suara Rangga datang menghampiri Rara.

"Pergi sana, aku malu!"

"Kenapa harus malu!"

"Ini tuh pertama kalinya aku sangat malu sudah melakukan kesalahan."

"Di mana salahnya? Kamu hanya kentut dan itu tidak merugikan kami."

"Tapi aku malu, Rangga. Mana ada kamu lagi!" Dengan naifnya Rara mengatakan semua itu.

"Ya sudah, tidak usah malu. Maklumi saja mereka hanya anak-anak."

"Kak aku pulang dulu ya," Rey dan Yona berpamitan pulang, begitu juga di susul murid lainnya.

"Loh, kok kalian pulang? Bagaimana dengan kamu?" Tanya Rangga.

"Kami ada urusan kak." Rey dan Yona berlalu begitu saja.

"Wah, berarti ini kerjaan mereka nih." Ucap Rangga membuat Rara tidak mengerti.

"Kerjaan bagaimana? Apa yang mereka lakukan?"

"Kamu tidak sadar juga? Kita sudah di kerjain mereka. Yona bilang, dia ulang tahun hari ini dan ingin aku datang. Rey menutup mata kamu untuk memberi kejutan. Ternyata,"

"Tunggu! Jadi maksud kamu mereka sengaja kerjain kita supaya bisa ketemu?"

"Iya, itu yang aku maksud."

"Haha, lucu ya mereka. Untuk apa coba?"

"Entahlah, aku juga tidak tahu. Tapi aku bersyukur karena hari ini bisa ketemu kamu yang sudah berhasil menghibur aku."

"Hem, di hibur dengan kentut ya? Haha! Jadi malu."

"Tapi kentut kamu sangat menghibur, Ra. Aku baru dengar saja ternyata kentut kamu merdu banget. Haha!"

"Sudah ah, jangan di bahas. Ini tuh hari yang sangat bersejarah untuk aku yang sudah di buat malu. Tapi ya sudah lah, tidak apa-apa."

"Iya iya, eh ikut yuk!"

"Ke mana?"

"Sudah, ikut saja!" Rangga menarik tangan Rara yang gempal itu untuk menuju mobilnya. Untuk pertama kalinya, Rara naik mobil mewah bersama seorang pria tampan. Di luar dugaan, mimpi atau khayalannya. Justru kini dia benar-benar merasakan apa yang belum pernah dia bayangkan.

"Sebenarnya kamu mau ajak aku ke mana?"

"Nanti kamu juga tahu kok!"

Beberapa menit setelah itu, akhirnya mereka sampai di pinggiran pantai.