Chereads / Cinta 80 Kilo / Chapter 12 - Akibat Terlalu Percaya Diri

Chapter 12 - Akibat Terlalu Percaya Diri

"Kok Rangga tahu hari ulang tahun aku ya? Pasti kerjaan yona dan Rey nih yang bocorin tanggalnya."

Kebetulan, Rara hari itu memang sedang berulang tahun.

"Selamat datang, silakan duduk!" Rara di sambut oleh pelayan. Bagaimana tidak senang, di sambut dengan ramah lalu di berikan tempat duduk yang istimewa. Sepertinya memang benar tempat itu sudah sengaja disiapkan.

"Terima kasih!" Balas Rara.

"Rangga so sweet banget sih? Pakai acara kayak begini segala. Dia di mana ya!" Rara celingukan.

Ternyata, tidak hanya Rara saja yang datang. Ada beberapa orang lagi yang menyusul dan ikut serta duduk. Yaitu teman-teman kantor Rangga.

"Oh, ternyata dia juga mengundang banyak teman." Rara terus mengira-ngira.

"Selamat malam semuanya? Terima kasih, sudah hadir malam ini. Seperti biasa, setiap tahunnya kita selalu mengadakan acara ulang tahun ini. Untuk yang buat acara, silakan maju terlebih dahulu!" Pinta pembawa acaranya pada Rangga.

Lalu Rangga maju ke depan untuk mengisi acara.

"Ya Tuhan, Rangga cakep banget malam ini. Dia keren banget. Beruntungnya aku malam ini, malam ulang tahun aku di rayakan sama Rangga. Duh jadi malu nih, dag Dig dug banget aku."

"Baiklah, untuk yang paling special malam ini. Di mana, malam ulang tahun wanita yang paling cantik. Aku akan memberikan sebuah kado, setelah itu kita akan melakukan pemotongan kue yang sudah tersedia. Untuk yang merasa ulang tahun, tolong maju ke depan." Ucap Rangga!

"Duh, malunya aku. Tidak-tidak, ini kesempatan aku. Aku harus maju!"

Rara berdiri lalu melangkah maju ke depan. Hal itu bersamaan dengan Adel. Rangga menyadari kalau Rara juga hadir, sedangkan Adel menatap bingung kenapa ada wanita lain yang ikut maju ke depan setelah Rangga memanggil.

"Rangga, aku tidak sangka kalau malam ini kamu buatkan acara untuk aku."

"Rara, kamu ulang tahun juga?" Tanya Rangga!

"Iya, aku malam ini ulang tahun. Terima kasih kadonya!" Rara mengambil sendiri kado dari tangan Rangga yang belum juga di berikan. Sedangkan Rangga masih bingung dengan apa yang terjadi.

"Apa-apaan ini, Rangga? Kamu kenal dengan wanita gendut ini?"

"Heh, Mbak. Jangan asal bicara dong!" Rara melawan omongan sengit Adel.

"Heh, diam kamu. Siapa sih, kok tiba-tiba datang lalu merebut kado aku dari Rangga. Sini Kembalikan!"

"Enak saja, ini kan Rangga kasih ke aku!" Ucap Rara dengan yakin.

"Hello! Gendut! Ini tuh ulang tahun aku. Namaku Adel, dan kamu bisa bacakan? Itu nama aku yang terpampang jelas. Bukan kamu pastinya."

"Ra, turun lah dulu. Nanti aku jelaskan!" Ucap Rangga.

Rara melihat tulisan itu memang bukan nama dia, melainkan nama Adel. Rara benar-benar malu malam itu, ternyata kejutan itu bukan untuk dia. Melainkan untuk wanita lain. Rara tidak ingin turun panggung saat itu. Namun dia terus menanyakan kepastian dari Rangga.

"Rangga, apa semua ini? Kamu lagi tidak kerjain aku kan? Tapi kamu tadi kirim WhatsApp sama aku."

"Ra, aku memang kirim pesan untuk kamu. Tapi aku salah kirim, pesan itu aku tarik kembali lalu aku jelaskan. Apa belum kamu lihat!"

Kebetulan memang setelah membaca pesan singkat itu, Rara tidak melihat lagi. Ternyata, Rangga memang salah kirim pesan. Seharusnya pesan itu dia kirim untuk Adel. Namun semua sudah terlanjur buat dirinya malu.

"Kamu jahat, Rangga!"

"Heh, kamu harusnya sadar diri dong! Sudah gendut, pakai pakaian murahan seperti ini, mau bersanding dengan anak konglomerat seperti Rangga? Mimpi kamu!" Tambah Adel terus mempermalukan diri Rara.

"Adel, sudah cukup!" Pekik Rangga menghentikan hujatan yang di lontarkan Adel. Namun karena kecewa, Rara lari keluar dengan menangis dan menjatuhkan kado yang dia pegang sejak tadi.

Rangga terus mengejar Rara.

"Rangga, kamu kok malah kejar dia sih!" Pekik Adel. Acara malam itu sangat kacau, Adel begitu marah lalu menjatuhkan kuenya. Sikap arogan dan semaunya itu sudah menjadi kebiasaan Adel sejak dulu. Namun karena dia anak dari teman Bramanjaya, mereka sengaja di dekatkan untuk di jodohkan nantinya.

"Rara, tunggu! Ra!"

Rangga terus mengejar Rara, namun terlambat. Rara sudah pergi naik taksi. Sepanjang perjalanan, Rara menangis karena kecewa dan malu malam itu. Hingga sampai di depan rumah, dia masih menahan tangisnya.

Tapi sialnya, ibu sudah mengetahui kepergian Rara kali ini. Ibu sudah menunggu di depan pintu. Hingga seketika itu pula kesedihan Rara hilang berubah menjadi khawatir dengan ocehan Ibu.

"Duh, mampus aku. Ibu tahu kalau aku pergi. Mana dengan pakaian seperti ini!" Rara menutup separuh matanya bergidik ngeri ketika melihat ibu sudah memegang sapu. Rara berhenti di teras rumah, sedangkan ibu sudah di depan pintu.

"Ngapain masih berdiri di situ, masuk!" Ucapnya lantang, lalu membuat Rara langsung dengan cepat masuk ke dalam rumah.

"Ke mana saja kamu, pergi tidak izin. Pulang-pulang sudah dandanan seperti ini. Kondangan kamu?"

"Maaf, Bu. Maaf!"

"Maaf, maaf, pokoknya ibu tidak tahu. Kamu habis kencan kek, atau kondangan kek, dengan siapa pun itu, kamu akan ibu hukum."

"Hukum? Hukum apa, Bu?"

"Besok, seharian kamu tidak boleh keluar kamar, tidak boleh makan, kamu harus puasa besok."

"Tapi aku harus ke sekolah, Bu."

"Tidak peduli, pokoknya kamu tidak boleh ke mana-mana. Masuk!" Rara di suruh untuk masuk lagi ke dalam kamar. Mau tidak mau, dia harus mengikuti hukuman itu. Karena memang itu kesalahan dia.

Keesokan harinya, Rara benar tidak keluar, tidak makan, bahkan hari itu dia tidak masuk ke sekolah.

"Yona, Rey, di mana Kak Rara?" Tiba-tiba Rangga datang.

"Tidak tahu, Kak. Kami juga sudah satu jam menunggu di sini untuk belajar, tapi Kak Rara tidak datang juga." Sahut Rey.

"Kalau begitu, coba kalian cek di rumahnya. Kakak takut dia sakit karena tadi malam."

"Memangnya tadi malam kenapa, Kak."

"Oh tidak, nanti kalian juga tahu kok. Sekarang, tolong cari tahu di mana kak Rara ya. Sampaikan salam Kakak dan minta maaf Kakak."

"Baik, Kak. Setelah ini, aku akan ke rumah Kak Rara."

"Teman, teman, ayo kita pulang!" Ajak Yona pada yang lain. Yang pun sontak kegirangan karena tidak belajar hari itu.

Yona dan Rey seperti biasa langsung datang ke rumah Rara.

"Kak, Rara. Kak! Rey dan Yona datang nih!" Pekiknya dari luar.

"Nah, itu Yona dan Rey di luar. Tapi bagaimana aku bisa keluar dari sini!"

Tidak lama kemudian, ibu yang keluar menyambut Yona dan Rey.

"Kakak kamu tidak ada di rumah, pergi saja kalian

Jangan berisik!" Usir ibu.

"Yah, galak amat sih ibu. Padahal kan kita datang baik-baik!"

"Sstttt!" Ucap Rey.