Chereads / Cinta 80 Kilo / Chapter 18 - Perkenalan Yang Memalukan

Chapter 18 - Perkenalan Yang Memalukan

"Wanita ini yang kamu bilang mau kenalkan dengan Papa kemarin?"

Papa menunjuk dengan sombong ke arah Rara yang sejak tadi berdiri di belakang Rangga. Rangga menarik tangan Rara untuk berdiri sejajar dengan dirinya.

"Iya, Pa. Dia wanitanya!"

Ucap Rangga dengan semangat serta senyum percaya diri. Kini dia mendorong pelan tubuh Rara yang besar itu untuk lebih maju darinya.

"Apa?" Ujar Rara tidak mengerti dengan apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Rangga hanya mengode agar Rara peka dan hormat pada yang lebih tua.

Seketika itu pula, Rara membungkuk kan tubuhnya untuk menghormati Papanya Rangga, Papa Bramanjaya. Rangga menepuk jidatnya dan kesal dengan ulah Rara yang tidak tahu tata krama atau karena gugup berhadapan dengan Papa.

"Pa," Rangga menyalami Papa dan mencium tangan Papa. Seketika itu pula Rara membulat kan bibirnya berbentuk O. Lalu Rara juga mengikuti cara Rangga. Sedangkan Papa hanya heran melihat keduanya.

"Rangga, Papa sibuk. Papa mau ke kantor. Ada hal lain yang harus di selesaikan."

"Loh, bukannya ini hari libur, Pa?"

"Iya, Papa tahu. Tapi ada hal lain yang harus Papa kerjakan."

"Pa, berikan waktu sejenak untuk Rara."

"Oh, Rara namanya. Mending kamu antar pulang saja dia sekarang. Papa tidak mau dia ada di sini lama-lama."

"Maksud Papa apa?"

"Harusnya kamu sudah tahu tanpa harus banyak bicara, Rangga."

"Sudahlah, Rangga. Biarkan aku pulang sendiri. Aku bisa kok!" Rara mulai pasang wajah sedihnya. Ternyata kehadirannya tidak di inginkan oleh Papanya Rangga.

"Tidak, Ra."

"Lalu mau apa lagi? Ngapain aku masih di sini!"

"Tuh, dia saja sadar diri. Masa kamu tidak merasa, Rangga?" Ucap Papa.

"Maaf, Om. Aku permisi pulang!"

"Bagus, pulang saja sana."

"Pa?" Ucap Rangga tidak senang. Rara melangkah kan kakinya dengan berat dan sangat malu.

"Hem, tunggu! Oh iya, kamu tahu kan anakku ini namanya Rangga Fariz Bramanjaya. Keturunan konglomerat, orang kaya. Tampan, dan dia sudah punya calon. Jadi kamu tidak perlu kemari lagi. Dia tidak butuh wanita gendut seperti kamu yang asal usulnya tidak jelas. Mending kamu pulang, dan berkaca di rumah. Coba lihat kaca yang paling besar. Punya kaca kan di rumah?"

Rara hanya menganggukkan kepalanya.

"Papa ini ngomong apa sih?" Sergah Rangga.

"Bagus kalau mengerti. Jangan sampai aku lihat muka kamu lagi di sini!"

"Papa jahat!" Rangga lari mengejar Rara yang sudah berjalan ke arah gerbang.

"Rangga! Tidak perlu kamu kejar wanita itu!" Serunya. "Ah, biarkan saja. Yang penting, jelas anak itu sudah sakit hati mendengar ucapan aku barusan. Biarkan saja dia menangis, badan seperti itu tidak sadar diri mau berdampingan dengan anakku. Aku tidak sudi punya keturunan dari orang tidak jelas. Lagi pula, kenapa Rangga sampai suka dengan dia?" Papa menggelengkan kepalanya.

"Ra, Rara, tunggu!" Pekiknya. "Tunggu, Ra!" Begitu sampai dan berhasil memegang tangan Rara, Rara langsung menghempaskan tangan Rangga begitu saja. Hingga tangan Rangga kesakitan karena ulah Rara. Namun Rara tidak peduli dengar Rangga kesakitan, dia terus melanjutkan perjalanannya.

"Ra, tunggu. Jangan pergi, Ra. Biar aku jelaskan sebentar!"

"Sudah cukup," Ucap Rara seketika dan berbalik arah dengan suara lantangnya. Sehingga Rangga pun terkejut dan mundur satu langkah ke belakang.

"Tidak ada yang perlu kamu jelaskan lagi Rangga, semua sudah jelas. Semua sudah Papa kamu jelaskan."

"Pernyataan Papa itu salah, jadi aku ingin jelaskan kembali sama kamu. Kalau semua yang Papa ucapkan itu tidak benar. Papa boleh tidak suka dengan kamu, tapi aku suka kamu apa adanya, Ra! Yang menentukan kebahagiaan aku itu, ya aku sendiri. Bukan orang lain atau sekali pun itu Papaku."

"Aku tidak peduli, Rangga. Ucapan Papa kamu benar, aku tidak pantas dengan kamu."

"Jadi kamu lebih peduli dengan ucapan Papa ketimbang perasaan aku?"

"Ya! Lalu aku harus bagaimana? Karena memang Papa kamu tidak suka. Sudahlah, jangan cegah aku untuk pergi!"

Rara melanjutkan langkahnya untuk pulang. Namun karena tidak hati-hati dan kurang perhatikan jalan, tiba-tiba Rara tertabrak mobil yang sedang melaju kencang.

Brak!!

Suara dentuman keras dari mobil pribadi dengan berkecepatan tinggi, menabrak tubuh Rara yang gempal hingga terpental jauh 10 meter dari mobil. Mobil itu pun ringsek karena setelah menabrak Rara, mobil sudah tidak terkendali dan lanjut menabrak pohon besar yang ada di tempat kejadian.

"Rara!" Pekik Rangga yang melihat dengan mata kepalanya sendiri. Dia segera berlari menuju tubuh Rara yang sudah tidak berdaya. Terlihat wajah Rara yang sudah banyak luka. Papa Bramanjaya pun juga melihat kejadian itu karena suara keras yang mengundang.

"Rara, bangun! Ra!" Suara tangis pecah pada pria tampan yang bergelar anak konglomerat ini. Melihat sang pujaan sudah tidak sadarkan diri lagi.

"Tolong! Tolong!" Pekiknya dengan suara parau. Sedangkan si penabrak tidak terluka parah. Hanya bagian kecil yang melukai siku dan keningnya.

Rangga hendak menolong Rara, namun Papa menarik tangan Rangga untuk tidak membantu Rara. Hal itu di ketahui pria si penabrak.

"Kenapa? Orang tua itu melarang pria itu menolong dia? Apa masalahnya?" Ucapnya lirih lalu menghampiri Rara. Dan beberapa orang sekitar juga ikut menghampiri Rara. Sedangkan Rangga terus di halangi papanya.

Rara di angkat oleh sebuah ambulance yang kebetulan dekat, dan pria itu pun mengikuti dan ingin bertanggung jawab atas kesalahannya.

"Pa, lepaskan aku! Jangan pegang aku, biarkan aku menyusul Rara, Pa."

"Tidak perlu, Rangga. Dia sudah mati, kamu tidak perlu ke sana!"

"Pa, jangan larang aku."

Aksi Nekat Rangga tidak bisa di elakkan lagi. Dia melawan papa dan melepaskan pegangan papanya. Rangga segera menyusul ke rumah sakit guna melihat keadaan Rara yang sedang sekarat

Begitu sampai di rumah sakit, Rangga tidak menemukan Rara. Bahkan Rangga mencari Rara sampai ke mana-mana juga tidak menemukan. Rangga sangat prustasi kali itu.

"Te-ri-ma kasih!" Ucap Rara terbata-bata lalu pingsan.

Rara di bawa oleh pria yang menabraknya tadi. Rara di rawat di rumah sakit besar, di sana dia mendapatkan perawatan yang intensif.

"Dokter, aku ingin rubah wajah dia menjadi lebih cantik! Sedot lemaknya, dan jadikan dia wanita yang sexy."

Yuda, adalah pria termanis di sepanjang masa. Sikap yang royal dan baik sudah menjadi kebiasaan dan keturunan di keluarganya. Dia adalah anak pertama dari sebelas saudara. Dia juga pria yang mandiri, sehingga di usianya yang masih muda itu sudah menyandang status sebagai anak konglomerat. Bukan lagi dari orang tua yang kaya. Namun kekayaan yang dia miliki adalah hasil kerja kerasnya sendiri.

Kini usianya sudah menginjak 28 tahun, namun dia masih hobby dengan kesendirian sehingga tidak ada yang melarangnya ke mana pun dia pergi atau beraktivitas.