Chereads / Cinta 80 Kilo / Chapter 19 - Operasi Wajah dan Tubuh

Chapter 19 - Operasi Wajah dan Tubuh

"Aku harus cari tahu tentang keluarganya terlebih dahulu, kasihan jika nanti tidak ada yang tahu keberadaannya."

Yuda berusaha mencari keluarga Rara terlebih dahulu. Untung saja, sebelum Rara pingsan dia sempat memberi tahu alamatnya.

Flashback!

"Namaku, Rara. Tolong bawa aku di mana pria itu tidak tahu keberadaan aku. Karena papanya yang tidak suka aku, dan aku minta selembar kertas untuk menulis alamatku. Tolong beritahu ibuku!" Rara masih sempat mengungkapkan keinginannya itu.

"Baik!"

Yuda memberikan selembar kertas dan pena yang kebetulan dia bawa di tasnya. Saat itu di dalam mobil menuju rumah sakit yang tidak jauh dari kejadian. Mengingat kondisi Rara yang begitu parah, Yuda hanya bisa memberikan yang terbaik di rumah sakit terdekat. Namun identitas di tutupi agar Rangga tidak dapat menemukan.

Setelah selesai mengantar Rara ke rumah sakit, Yuda segera mencari rumah Rara untuk memberitahukan Ibunya.

Beberapa jam kemudian, akhirnya Yuda menemukan alamat yang di berikan Rara. Sampai di rumah, Yuda segera mengetuk pintu untuk bertemu ibu. Tidak lama kemudian, Ibu keluar dari dalam dan membuka pintu.

"Permisi!"

"Iya, sebentar!"

Cekrek!

"Iya, siapa ya?" Ucap ibu ketika melihat Yuda si pria tampan juga manis membuat ibu setengah tidak percaya. Karena saat itu dia baru bangun tidur.

"Maaf, Bu ganggu waktu istirahatnya. Apa benar ini rumah Rara?"

"Benar, di mana Rara? Apa dia sudah berbuat kesalahan lagi. Sudah malam tapi belum juga pulang, di mana dia!"

Si ibu langsung celingukan mencari Rara di balik tubuh Yuda yang berdada bidang.

"Di mana dia?"

"Maaf, Bu. Aku datang kemari tidak bersama Rara. Justru aku ingin memberitahu Ibu dan sekaligus menjemput Ibu untuk ke rumah sakit sekarang!"

"Rumah sakit? Maksud kamu apa? Siapa kamu sebenarnya?"

"Aku Yuda, Bu. Aku sudah menabrak anak Ibu tadi yang bernama Rara. Sekarang dia di rumah sakit." Jelasnya pelan, takut Ibu tambah semakin marah.

"Apa?" Benar saja, baru saja Yuda menjelaskan kejadiannya, Ibu langsung marah besar. Ibu terus memukuli tubuh Yuda.

"Maaf, Bu. Maaf, aku akan bertanggung jawab untuk semuanya. Maka aku jemput Ibu kemari! Ayo, Bu! Rara sudah menunggu!"

Ibu tidak berpikir panjang lagi, dia masuk Kembali ke dalam rumah lalu tidak lama kemudian keluar lagi dan menutup pintu. Yuda menuntun Ibu untuk masuk ke dalam mobilnya yang masih dalam keadaan rusak bagian depan namun masih bisa di gunakan.

"Bagaimana bisa kamu tabrak anakku? Bagaimana keadaan dia sekarang?" Tanya ibu khawatir saat masih di dalam mobil.

"Ibu tenang saja, saat ini Rara sedang di rawat."

Sesampainya di rumah sakit, ibu begitu histeris sangat khawatir dengan keadaan Rara yang berbalut perban.

"Rara, kamu kenapa di perban. Apakah lukanya sangat parah? Ya Tuhan, bagaimana ini."

"Ibu tenang, ibu jangan panik ya!"

"Bagaimana aku bisa tenang kalau melihat anak sendiri seperti ini. Kamu jangan seenaknya kalau ngomong ya!"

"Maaf, Bu. Biarkan Rara istirahat sebentar."

"Tidak, aku akan jaga anak aku di sini."

"Baiklah, Bu. Tapi Ibu jangan terlalu berisik ya? Kasihan Rara."

"Bu," Tiba-tiba Rara memanggil dalam tidurnya.

"Ra, kamu sadar. Kamu tidak apa-apa kan, Nak? Apa yang sakit? Apa yang kamu rasakan!" Kekhawatiran Ibu begitu sangat pada Rara yang keadaannya hampir sekarat itu. Tubuh penuh luka lebam juga muka yang hampir semua tertutup rapat dengan perban.

"Aku tidak apa-apa kok, Bu. Oh iya, Bu. Aku mau minta izin sama Ibu."

"Apa, Sayang! Katakan saja!"

"Aku ingin operasi muka aku, Bu. Karena muka aku hancur. Aku tidak ingin berubah jelek, dan aku ingin sedot lemak."

"Lakukan saja apa yang ingin kamu lakukan, tapi kenapa kamu ingin lakukan ini?"

"Aku sudah tidak peduli dengan Rara yang dulu. Hinaan itu sangat menyayat hati aku, Bu. Aku ingin rubah semua dan aku ingin menjadi lebih baik."

"Siapa yang sudah menghina kamu?"

"Bapak Bramanjaya, pengusaha itu. Papanya Rangga."

"Oh jadi dia?"

"Ibu kenal?"

"Tidak, tidak, lupakan saja. Ya sudah, yang penting sekarang kamu tenangkan pikiran kamu. Ibu tidak tahu apa yang kamu rasa dan kamu pikirkan, yang jelas lakukan saja yang terbaik. Tapi bagaimana soal biaya operasi nanti?"

"Iya, Bu. Ibu tenang saja, awalnya tawaran operasi ini dari dia yang ingin tanggung jawab." Rara menunjuk Yuda yang berdiri di samping Ibu.

"Benar, Bu. Aku yang akan bertanggung jawab atas semua ini. Ibu tidak perlu khawatir soal biaya, semua aku yang urus."

"Terima kasih ya, Yuda!"

"Aku akan buktikan kalau aku jauh lebih baik. Lihat saja nanti jika aku berubah, aku akan balas semua perlakuan mereka agar tahu siapa aku sebenarnya. Aku adalah Rara, yang pantang terus di sakiti. Kalian pasti akan tercengang ketika melihat aku nanti. Adel, aku akan lebih cantik dari kamu. Dan Bapak Bramanjaya! Suatu kehormatan bagi Anda, aku akan merubah ucapan Anda menjadi sebuah pujian. Teruntuk Rangga, maafkan aku sementara ini menghilang. Aku janji, jika hatimu tidak berubah, maka aku akan kembali dengan kamu suatu hari nanti. Yuda, aku sangat berterima kasih sama kamu karena pertemuan kita, maafkan aku yang sudah merepotkan kamu. Aku janji, jasa kamu ini akan aku balas suatu hari nanti."

"Ra, kamu jangan banyak pikiran dulu ya. Nanti kita bahas soal itu kalau kamu sudah sembuh. Yang penting sekarang kamu yakin, percaya diri, dan banyak berdoa saja. Semoga operasinya berjalan dengan lancar."

"Baiklah, terima kasih ya!" Ucap Rara sekali lagi.

'Tidak apa-apa aku hancur seperti ini, tapi aku sangat beruntung bisa bertemu dengan Yuda yang royal. Terima kasih Tuhan, Engkau sudah pertemukan aku dengan seorang dewa.' Gumam Rara saat itu yang sedang terbaring lemah. Beberapa jam kemudian setelah perawatan, dia kembali di bawa ke ruang operasi untuk segera merubah wajah dan bentuk tubuhnya.

Sebelumnya, Yuda juga sudah sengaja membawa Rara ke rumah sakit terkenal dan termahal. Entah kenapa, saat itu hatinya tergerak untuk membantu Rara.

"Yuda, kamu di mana?" Suara wanita di seberang sana saat menelepon Yuda.

"Aku di rumah sakit." Jawabnya singkat.

"Kamu sakit?"

"Tidak,"

"Lalu siapa? Siapa yang sedang sakit?" tanyanya khawatir.

"Kania, aku sibuk. Nanti aku telpon lagi kalau sudah tidak sibuk ya!" Yuda menutup handphone miliknya.

Sembari menunggu operasi berjalan, Yuda masih setia menemani ibunya Rara. Sudah banyak mereka saling bertukar cerita.

'Yuda baik juga anaknya. Semoga operasinya berjalan lancar. Dan aku harap Yuda dan Rara nanti akan bersatu. Aku sangat bersyukur dengan semua ini, dengan begitu Rangga tidak akan mengenali Rara lagi.' Gumamnya.