Chereads / Cinta 80 Kilo / Chapter 21 - Berubah Cantik dan Langsing

Chapter 21 - Berubah Cantik dan Langsing

"Aku ingin kalian tinggal di sini, Ibu tidak perlu jualan keliling lagi. Cukup buka usaha toko saja di sini. Dan kamu, Ra. Kamu juga tidak perlu mengajar lagi. Tapi aku ingin kamu kerja di kantor aku, bagaimana?"

"Hah? Tawaran apa ini? Kamu sungguh membantu kami Yuda?"

"Ya, kenapa tidak. Kalian itu sudah seperti keluarga aku sendiri."

"Terus, apa keluarga kamu nanti tidak marah soal ini?"

"Mama, Papa aku tidak seperti yang kalian pikir kok. Lagi pula, semua yang aku berikan untuk kalian itu bukan dari Mama atau papa aku. Tapi memang dari aku sendiri. Jadi kalian tidak perlu khawatir."

"Terus kamu bilang usaha toko tadi maksud kamu apa?"

"Oh iya, lupa. Di sini kan tempatnya strategis banget tuh. Banyak rumah, orang lewat, dan jauh dari warung. Jadi lebih baik ibu saja yang buka warung di sini. Bagaimana?"

"Ya iya sih, tapi kan semua perlu modal." Jawab ibu lesu.

"Tenang saja, ayo ikut aku!"

Yuda menuntun Ibu dan Rara untuk menuju sebuah ruangan. Ruangan itu sengaja dia tutup untuk surprise, Setelah itu dia buka.

"Surprise!"

Yuda membuka dan membuat Ibu juga Rara tercengang melihat isi di dalamnya. Semua sembako sudah lengkap dan tersusun rapi.

"Yuda, kamu tidak bercanda kan? Dengan mudahnya kamu kasih ini semua, bagaimana kami bisa membayarnya? Kan tidak mungkin gratis begitu saja!"

"Iya, Nak Yuda. Ibu tidak ingin semua ini nanti malah jadi cerita di belakang kami. Maaf, Ibu tidak bisa terima semua ini. Biarlah Ibu kembali ke rumah Ibu yang lama, dan berjualan."

"Bu, rumah itu masih ngontrak kan? Sudah, begini saja. Ambil tengahnya saja, kalau ibu sungkan semua ini bisa Ibu bayar kok!"

"Bagaimana kami bisa membayar?"

"Di cicil saja, Bu. Anggap saja semua ini Ibu pinjam, tapi lewat usaha ini Ibu boleh kok nyicil berapapun yang ingin Ibu bayar."

"Nah, kalau itu Ibu setuju. Iya kan, Ra?"

"Iya, Bu! Kalau begitu nanti aku juga cicil hutang aku lewat kerja dengan kamu. Oh iya, ngomong-ngomong tadi tunangan kamu cantik juga ya, kok selama ini kamu tidak bicara dengan kami soal tunangan kamu itu?"

"Hem, sebenarnya aku tidak menginginkan pertunangan itu. Mama dan Papa yang jodohkan aku dengan dia."

"Oh, pantas saja. Tapi dia cantik loh, kelihatan baik juga. Jadi jangan di sia-sia kan, kasihan!" Ucap Rara.

'Kamu tidak tahu, Ra. Sebenarnya aku lebih suka kamu. Makanya semua ini rela aku lakukan demi kamu.' Gumam Yuda.

"Hei, kok bengong!" Rara mengejutkan Yuda.

"Eh, maaf. Aku pulang dulu ya. Selamat menikmati istirahatnya dulu. Ada hal penting yang harus aku kerjakan di kantor."

"Baiklah, sebelumnya terima kasih banyak ya sudah banyak bantu kami."

"Iya, sama-sama."

***

"Ra, kok Yuda baik banget ya sama kita."

"Aku juga tidak tahu, Bu. Selama setahun ini, semua biaya dia yang tanggung. Sekarang kita malah di kasih rumah."

"Seharusnya kita bersyukur, Tuhan sudah pertemukan dia dengan kita."

"Iya, Bu. Aku sangat bersyukur bisa bertemu dengan Yuda. Dengan begitu, diri aku yang sekarang bisa balaskan dendam sikap papanya Rangga saat hina aku dulu."

"Ibu setuju, dan dukung kamu. Beri pelajaran saja untuk mereka yang sombong itu. Dengan kecantikan kamu saat ini, Ibu yakin kalau kamu bisa mengatasi semua."

"Jelas dong, Bu. Bu, aku lapar!"

"Ya sudah, ayo kita makan."

"Makan apa? Kan kita belum masak."

"Tenang saja, Ibu punya simpanan uang nih. Kita belanja di luar sepuasnya."

"Ah, yang benar saja. Mau dong! Yuk!"

Rara dan ibu saat itu sedang lapar dan ingin poya-poya di luar. Tiba di sebuah jajaran tempat orang jual berbagai macam makanan, Rara dengan gesit mengambil makanan yang dia suka. Ada beberapa makanan yang dia ambil seperti biasanya. Dia lupa, ada tubuh yang harus di jaga berat badannya. Begitu sampai di rumah dan mengeluarkan banyak makanan, Ibu tidak sadar akan hal itu.

"Ya ampun, Ra? Kamu tidak salah sudah beli makanan sebanyak ini?"

"Tidak, Bu. Ini semua kan makanan kesukaan aku. Masak Ibu tidak tahu!"

"Bukan tidak tahu, kamu sadar tidak? Ini tuh makanan nanti akan buat tubuh kamu gendut lagi. Sia-sia saja operasi."

"Ya ampun," Rara menepuk jidatnya seakan ada yang dia lupakan. Dia beranjak dan memegang semua makanan lalu di bawa keluar rumah.

"Ra, kamu mau ke mana?" Pekik Ibu.

"Mau kembalikan makanan ini, Bu!" Pekiknya kembali, namun larinya terhenti seketika.

"Sudah tidak waras apa anak itu! Masak makanan sudah di beli kok mau di kembalikan."

"Bu, tidak jadi!"

"Kenapa?"

"Hehe, Aku lupa kalau makanan ini sudah aku beli."

"Nah, itu yang Ibu pikirkan tadi. Haduh, kamu ini. Kalau memang tidak habis, bisa kamu simpan saja di kulkas. Tapi ingat, tetap jaga tubuh kamu. Jangan sampai nimbun lemak lagi."

"Iya, Bu. Maaf, habisnya selama di rumah sakit, makanan aku terbatas banget. Serba tidak enak,"

"Ya itu makanan orang diet. Memangnya kamu dulu, semua makanan kamu makan."

"Hehe!"

***

"Satu tahun sudah berlalu, Rara benar-benar hilang kabar. Di mana ya dia sekarang, aku sangat bersalah terhadapnya waktu kecelakaan itu. Aku harap dia baik-baik saja sekarang. Oh iya, kenapa tidak aku coba datangi tempat dia mengajar ya, siapa tahu salah satu di antara mereka tahu keberadaan Rara sekarang."

Rangga teringat dengan tempat di mana Rara mengajar dulu. Kemudian, dia langsung menuju tempat itu. Begitu sampai di sana, Rangga menanyakan soal Rara pada semua murid.

"Permisi sebentar ya! Aku mau tanya, siapa di antara kalian yang tahu keberadaan Kak Rara sekarang? Soalnya aku cari di rumah lamanya, katanya sudah pindah."

"Tidak tahu, Kak. Kami tidak ada yang tahu soal Kak Rara. Kak Rara tidak memberi tahu kami." Jawab Yona.

"Benar, Kak. Bahkan setelah kami mendengar Kak Rara kecelakaan itu, kami tidak pernah bertemu dia lagi sampai sekarang."

"Serius, di antara kalian tidak ada yang tahu sama sekali."

"Tidak tahu, Kak!" Jawabnya serentak.

"Ya sudah, terima kasih ya! Maaf sudah ganggu waktu kalian."

Rangga jalan menundukkan kepalanya seraya berfikir tentang Rara. Diri Rara benar-benar sudah lenyap kini. Mungkin Rara sangat marah dengan ucapan papanya Rangga dulu.

"Ke mana lagi aku harus mencari ya!"

"Dari mana saja kamu? Pasti cari wanita itu kan? Sudahlah, Rangga. Dia itu sangat buruk untuk kamu, kamu harus sadar itu. Sampai kapan pun, Papa tidak akan restui hubungan kalian. Kamu kan sudah bertunangan dengan Adel. Jadi tolong lupakan Rara!" Sergahnya.

Rangga hanya diam!