Rasa ini terlalu larut hingga lupa siapa yang perlu diperjuangkan? Menerima semua perlakuan manis dengan baik, hingga lupa siapa yang menemani kala kesedihan itu melanda.
Sambil berjalan, Kai membawa pikirannya pada harapan-harapan yang indah, dikulumnya senyum genit yang berasal dari sapaan pesan masuk pada ponselnya. Langkahnya begitu pelan, seolah siap menuju kebahagiaan.
Diga hanya bisa menatap Kai dengan penuh tanya bagaimana bisa seorang Nanang laki-laki yang beberapa minggu ini memperlakukannya dengan baik langsung bisa memancarkan auranya untuk mengalihkan perhatian Kai. Di saat yang sama, ada Diga yang akan menyambut kehilangan mempersiapkan dengan baik akan sebuah perpisahan.
"Kai, Kai, Kai!!" terdengar suara teriakan yang berasal dari sisi kanan, terlihat Sherina sibuk melambaikan tangannya untuk mencuri perhatian Kai.
Diga yang mendengar langsung mencari sumber suara tersebut.
"Eh, ada apa?"
Sherina masih berusaha untuk memperbaiki nafasnya karena ia berlari dari lantai 3 sampai lantai dasar hanya mencari Kai.
"Lo,,, lo harus tau,,," ujar Sherina dengan nafas yang terengah.
"Kenapa sih? Kenapa?" Kai panik karena tidak biasanya Sherina seperti ini.
"Lo harus tau, anak-anak satu sekolah lagi ngomongin lo soal lo yang udah beberapa kali dianter pulang sama kak Nanang!!"
Kai langsung menggigit bibir bawahnya, hal yang tidak pernah terpikirkan ternyata kejadian juga. Diga sedikit mendecis karena ia akan tahu bahwa sahabatnya akan terkena masalah, terlebih Nanang yang merupakan laki-laki idaman di sekolah ini.
Sherina langsung menarik tangan Kai membawanya ke kelas untuk segera melihat foto yang berhasil di ambil oleh orang yang tidak bertanggung jawab lalu disebarkan ke group sekolah.
Diga membuntuti dari belakang, ia benar-benar tidak menyangka bahwa sahabatnya ini akan menjadi terkenal lewat jalur gossip!
"HAHH?" Kai terkaget melihat dirinya sedang berdiri di samping motor sport berwarna merah dan sedang memegang helm milik Nanang.
Ia hanya menggelengkan kepalanya, terlihat di sudut kanan Putri sedang menatapnya dalam-dalam.
Putri adalah salah satu fans Nanang yang sangat fanatik, ia beberapa kali sudah mengajak Nanang menonton bioskop tetapi selalu ditolak dan satu lagi hal gila yang pernah dilakukan oleh Putri adalah saat Nanang ulang tahun ia memberanikan diri membawa kue ke kelas Nanang dan memberikan kado jam tangan yang mahal.
"Lo pake pelet ya?" tanya Putri yang baru saja datang dihadapan Kai.
Mendengar ucapan itu Kai langsung membulatkan matanya karena tuduhan yang di layangkan benar-benar salah.
"Ye. Gila lo ya?" ucap Sherina.
Sambil menunggu jam kelas masuk, Kai duduk terdiam merenungkan siapa yang bisa memotret dirinya dan langsung menyebar luaskan foto tersebut.
* * *
"Bapak sudah bisa pulang ya bu," ucap perawat. Ibu sedang sibuk membereskan semua pakaian dan perlengkapan suaminya setelah hampir 5 hari dirawat.
Ibu menganggukan kepalanya, masalah administrasi sudah selesai menggunakan uang tabungan Kai untuk kuliah.
"Ayo pulang," ujar ibu kepada suaminya.
Dengan tubuh yang masih lemas ibu membopong tubuh ayah dengan sekuat tenaganya, ibu sedang sibuk memikirkan bagaimana bisa pulang. Apakah dengan menggunakan angkot?
"Ratna!" panggil salah seorang perempuan dari belakang punggungnya. Ia langsung menoleh dengan cepat pada sumber suara tersebut.
"Eh, ibu. Ya ampunnn, repot-repot kesini," ucap Ratna.
Maryam dan suaminya memang hendak menjenguk suami sahabatnya karena beberapa hari lalu ia tidak sempat karena berbagai kesibukan yang ada.
"Udah mau pulang bu?"
Ratna mengangguk cepat, suamianya ia duduki di bangku tunggu pasien.
"Pake mobil saya aja ya," ucap Maryam cepat karena mengetahui bahwa sahabatnya ini sedang kebingungan pulang mengggunakan kendaraan apa.
"Nggak usah ih negrepotin."
"Nggak udah. Ayo bopong yah buru," ujar Marya memerintahkan suaminya untuk segera membopong ke tempat parkiran.
* * *
Kai berjalan menuju kantin sendirian karena Sherina yang sedang terlelap tidur dan Diga yang masih sibuk dengan eksperimennya di lab IPA, hari ini keripik yang tidak habis akan segera diganti Kai berniat ke kantin hanya untuk membawa keripik dan esok harinya mengganti dengan yang baru.
Saat ia baru saja masuk terlihat sekumpulan anak kelas XII sedang duduk, Nanang yang sedang tertawa melihat Kai langsung terdiam dan berusaha untuk menghampiri Kai.
"Mau kemana?" tanya Nanang. Tubuhnya yang harum membuat Kai semakin terbuai dengan pertanyaan sederhana itu, semua mata menuju ke arah mereka melihat dengan penuh tanda tanya ada apa antara mereka berdua.
Kai langsung mengganti tujuannya ke kantin karena ia malu jika harus mengakui bahwa ia menaruh jualan keripiknya pada bu Asih.
"Beli…,," Kai melirik kesana kemari untuk mencari jawaban agar tidak terlihat gugup "beli es coklat, kak," jawab Kai.
Nanang langsung menarik tangan Kai tanpa ragu ia membawa ke kantin yang menjual berbagai macam es.
"Kak, aku mau ngomong sesuatu," ucap Kai memberanikan diri. Es sedang dibuat, Nanang yang penasaran dengan ucapan Kai berusaha untuk membuat Kai membicarakan itu sekarang juga.
"Nanti aja kak, pulang sekolah ketemuan di taman belakang," ucap Kai sambil mengambil es coklat yang sudah siap.
Nanang ditinggal dengan kebingungan yang ada, pikirannya hanya tertuju pada satu yaitu targetnya mulai mengicarnya balik. Nanang berjalan kembali ke tempat duduk dengan penuh senyuman, membuat Wisnu semakin yakin bahwa temannya bisa menaklukan perempuan taruhannya ini.
* * *
Menjelang sore setelah pulang sekolah Diga dan Kai menuju ke rumah pohon yang ada di taman kompleknya, Diga yang kelelahan karena seharian ini mendengar ocehan Kai bersandar malas pada dinding kayu. Kai duduk di samping Diga sambil menyandaran kepalanya, lelah mendengar semua gosip di sekolah.
"Ga, kira-kira berita ini bakalan jadi bumeran nggak ya ke aku?" tanya Kai memecah sunyi.
Diga kebingungan harus menjawab dengan jujur atau dengan sebuah kebohongan yang sedikit menenangkan hati sahabatnya.
"Ya, semoga aja enggak. Kalo kamu nanganin masalah ini dengan baik, semua pasti akan berjalan dengan baik," ujar Diga.
Mendengar ucapan Diga, Kai langsung kebingungan menyesali perbuatannya karena mudah sekali tergoda oleh laki-laki itu. Kai menikmati pundak yang sedang menopangnya, ia kebingungan menceitakan dengan jujur bahwa di hatinya hanya Diga tidak ada orang lain ataupun Nanang.
Akhirnya mereka berdua tertidur dengan lelap berharap saat ia bangun permasalahan akan selesai begitu saja.
Baru beberapa menit mereka terlelap terdengar suara ponsel milik Kai berbunyi terlihat nama ibu di layarnya.
"Hallo , bu,"
"Oiyaa, bu. Oke oke."
"Ga, bangun. Ayo pulang, ayah udah di rumah."
Akhirnya mereka dengan cepat mengayuh sepedahnya menuju ke rumah Kai, saat mereka sudah berada di depan rumah Kai terlihat mobil CRV terparkir dengan rapih.
"Oh ada ayah,' gumam Diga di dalam hatinya.
"Kamu berdua harus selalu bersama. Kalau bisa menjadi pasangan."