Chereads / BREAK THE RULE OF FRIENDSHIP / Chapter 40 - Perubahan

Chapter 40 - Perubahan

Mereka bertiga baru saja berkumpul di ruang tengah, kali ini cerita didominasi oleh Diga dan Farhan tentang keseruannya kemarin mencari buku lalu bertemu dengan Fatimah. Terlebih Farhan yang masih terkagum dengan aura kecantikan Fatimah.

"Gila ya, kemarin ketemu Fatimah. Ya ampun,,,, wanginya,, gue nggak pernah loh sedeket itu sama dia," ujar Farhan sambil memakan keripik singkong yang di bawa oleh Kai dan jus jeruk yang di sediakan oleh Diga.

Kala itu ibu Diga sedang arisan menjadikan rumah kosong dan untuk membunuh kejenuhan Diga membawa teman-temannya untuk bermain di rumahnya. Ruang tengah yang penuh dengan foto-foto keluarga Diga yang tidak luput dari setiap prestasi yang pernah di raih oleh anggota keluarganya.

"Ketemu Fatimah?"

"Iya. Terus kita di traktir makan es krim, ya 'kan, Ga?" ujae Farhan memastikan bahwa ucapannya adalah benar.

Diga mengangguk lalu melanjutkan cerita yang telah Farhan buka terlebih dahulu, terlihat rawut wajah Diga yang senang karena akhirnya bisa berjalan bersama dengan Fatimah. Ada rasa cemburu yang ia rasakan.

"Asikkkk."

"Lo sih, nggak ikut."

Mendengar Farhan mengucap seperti itu membuat Diga spontan membulatkan matanya karena sedari tadi ia sangat berhati-hati menceritakan tentang Fatimah.

"Anyway," ucap Diga.

"Kenapa, Ga?"

Suara dering telepon berbunyi yang berasal dari ponsel milik Kai.

"Eh, bentar." Baru saja Diga akan membuka mulutnya, ponsel milik Kai berbunyi.

"Oh, oke, Ka. Besok ya kak. Sip." Jelas sekali Kai tersenyum, terlihat nama Nanang membuat Diga jengkel. Ia mengurungkan niatnya untuk mengajak Kai ke rumah pohon karena ingin memberi tahu kepada Farhan bahwa mereka mempunyai tempat persembunyian kala hati sedang gundah gulana.

"Kenapa tadi?" tanya Kai setelah selesai mengangkat telepon dari Nanang.

"Enggakkk. Tadi mau jailin Farhan. Haha."

"Yee.."

Ruangan tengah yang biasanya dipenuhi dengan canda tawa mereka kini hanya ada diam yang menyelimuti, Farhan yang asik dengan game onlinenya dan Kai yang sibuk membalas pesan yang berasal dari Nanang. Sedangkan Diga sibuk memikirkan bahwa akan ada sesuatu yang berubah dari Kai semenjak ia mengenal Nanang.

* * *

Sudah beberapa akhir pekan ini Kai menghabiskan waktunya bersama dengan Nanang, dulu yang biasanya akhir pekan selalu di isi dengan bermain sepedah keliling komplek kini hanya tinggal kenangan.

Nanang memang laki-laki tipe idaman para perempuan pada umumnya, semua hal yang ia berikan kepada Kai adalah impian para perempuan. Naik motor sport, jalan-jalan ketempat mewah, pergi ke mall dan tentu saja kata-kata manisnya di selingi dengan janji yang membuat perempuan siapapun akan terbang.

Ketertarikannya dengan Nanang membuat Kai di mabuk asmara. Banyak hal-hal baru yang tidak pernah Kai temukan jika bersama dengan Diga. Pada sosok yang keren dan tentu saja hobi anak gaul ke kinian bermain skateboard.

"Mau makan apa?" tanya Nanang ketika Kai baru saja masuk ke dalam mobilnya.

"Sebelum makan ke tempat skateboard gue dulu, ya. Mau makan di deket sana nggak? Ada tempat makan yang bagus banget pemandangannya."

Kai hanya menganggukan kepalanya pelan dengan senyuman yang indah.

"Jadi udah tau mau jawab apa?"

Kai langsung kebingungan karena ia benar-benar belum mengetahui harus menjawab apa untuk pertanyaan yang sangat berat untuknya, terlebih ia belum cerita sedikit pun kepada Diga bahwa Nanang menembaknya.

"Hmmm,,, kasih gue waktu seminggu lagi, boleh?"

Nanang hanya tersenyum padahal di dalam hatinya sangat kesal oleh Kai karena sangat bertele-tele, memperlambat dirinya untuk memenangkan taruhan ini.

Sesampainya di tempat skateboard Kai langsung diperkenalkan oleh teman komunitas Nanang. Dengan bangga ia memperkenalkan Kai, membuat jantung Kai serasa akan copot tidak karuan. Sungguh ini ada hal baru yang tidak pernah Kai lakukan.

"Kenalin nih, Kai."

Semua teman-temannya berbondong-bondong untuk menjabat tangan kepada Kai sambil sesekali menggoda Kai yang telah bisa meraih hati Nanang. Terlihat perempuan di pojok kiri yang melihat Kai penuh dengan keramahan.

"Kenalin. Gue mantannya Nanang," ujar perempuan tersebut sambil menjabat tangan.

Terlihat perempuan dengan rambut abu-abunya serta badannya yang bagus dan tentu saja pakainnya modis dan mahal, membuat Kai langsung minder dan tidak enak diri karena ia ke sini hanya memakai pakaian sederhana.

Kai tersenyum simpul tak kala Nanang sibuk berbincang dengan teman lainnya, ia memerhatikan sekitar mengamati setia anak yang seumurannya sedang berlalu lalang.

Saat Kai sedang sibuk mengamati terdengar obrolan Nanang dengan teman-temannya perbincangan mengenai taruhan, entah taruhan apa membuat Kai sedikit mendekat.

"Eh ada apa Kai? Mau makan?" tanya salah seorang teman perempuan.

Saat Kai sedang ingin menjawab hampir semua orang yang ada di situ melihat dirinya dengan penuh merendahkan.

Akhirnya Nanang memutuskan untuk segera pergi ke tempat makan, seperti biasa tempat makan yang sebelumnya tidak pernah ia kunjungi jika bersama dengan Diga.

Suasana pantai dan suara ombak laut menemani mereka suasana malam menjadi sangat berbeda.

"Kak, ini mahal banget harga makanannya," ucap Kai saat buku menu baru saja datang di mejanya.

Nanang hanya sedikit berdecis mendengar ucapan Kai.

"Udah makan aja santai," ujar Nanang.

Sementara di sisi lain Diga dan Farhan sedang menyantap mie yang baru saja mbak Putri bawakan ke kamar Diga. Sambil bermain Play Station Diga membuka obrolan dengan Farhan mengenai Kai yang berubah, tidak hanya sikapnya melainkan juga cara berpakaiannya.

"Iya, dulu dia cuek banget sama penampilannya kenapa sekarang malah makin jadi kayak cewek. Kayak Sherina pake lipstik merah banget," ucap Farhan sambil memasukan mie ke dalam mulutnya.

Pikiran Diga semakin melayang entah kemana, ia memikirkan bahwa ke datangan Nanang sangat membawa dampak negatif pada Kai terlebih ia suka membawa Kai pada tempat yang belum pernah Kai kunjungi.

"Tapi lo ngerasa aneh ya sama kelakuan Kai sekarang?"

"Iya lah, gue aja yang baru kenal udah ngerasa dia aneh. Emang lu nggak gitu?"

"Ya sih, tapi ya yaudah lah."

Saat mereka sedang asyik membicarakan tentang Kai sambil sesekali menyeruput mie, terdengar suara ponsel Diga berbunyi terlihat nama ibu Kai pada layar ponselnya. Diga diam lalu menyeringit sejenak karena tidak biasanya ibu Kai menelpon dirinya.

"Iya bu, ada apa bu?"

"Oh, lagi nggak di rumah bu. Dari tadi siang juga Diga nggak sama Kai. Emang belum pulang bu?"

Ibu Kai menelpon Diga menanyakan keberadaan anaknya yang sedari siang tak kunjung pulang dengan penuh ke khawatiran terlebih saat Diga menjawab bahwa tidak ada Kai di rumahnya.

"Baik bu, baik nanti Diga coba telepon, ya bu," jawab Diga.

Akhirnya Diga mencoba untuk menelpon Kai tetapi tidak ada jawaban.

"Hallo?"