Chereads / Gadis Bisu: Jerat CEO BDSM / Chapter 36 - NYONYA IBLIS BERDADA BESAR

Chapter 36 - NYONYA IBLIS BERDADA BESAR

Waktu libur seminggu untuk para asisten rumah tangga Klein Family telah berakhir. Semua asisten rumah tangga telah kembali ke rumah mewah milih Tuan Jo Nathan dan Ben Eddic. Dan jangan lupa mengenai istri baru Jo Nathan, Nyonya Je Ssica Klein.

Pagi ini Te Ressa sudah siap dengan pakaian kerjanya dan celemeknya. Ia baru saja keluar dari kamar mandi. Perlu diingatkan jika Te Ressa telah satu kamar dengan Ben Eddic. Te Ressa yang masih sibuk membenarkan celemeknya, tak mendengarkan panggilan sang kekasih hati. Ben Eddic pun berinisiatif untuk mendekat.

Ben Eddic pun merengkuh Te Ressa dan membenarkan tali celemek di balik tubuh Te Ressa. Te Ressa kaget, ketika wajahnya mengenai dada bidang Ben Eddic yang memiliki aroma yang maskulin.

"Kau tidak mendengarku? Kau pakai hearing aids, kan, Baby?" ucap Ben Eddic lembut yang mengikat ulang tali celemeknya.

"Eum ...." Te Ressa mendongak dan menatap Ben Eddic. "M-maaf, Kak." Ben Eddic hanya terkekeh dan kemudian mengecup pipi Te Ressa. Te Ressa pun semakin merona ketika Ben Eddic mulai merengkuhnya. Ben Eddic mendekatkan bibirnya pada telinga Te Ressa.

"Aku akan merindukanmu, Baby, bisakah kau ikut saja denganku ke kantor? Aku ingin melihatmu saja rasanya," ucap Ben Eddic yang berbisik di telinga Te Ressa, namun Te Ressa dapat mendengar dengan jelas apa yang Ben Eddic katakan.

"Tentu saja tidak bisa, Kak. Aku kan harus mengerjakan tugasku. Kalau aku ikut denganmu, aku bisa mati karena bosan," ucap Te Ressa yang tersenyum dan membalas rengkuhan Ben Eddic.

Ben Eddic hanya terkekeh dan merenggangkan rengkuhannya, ia merengkuh kedua pipi Te Ressa dan menatapnya penuh sayang. "Iya, Baby, baiklah. Tapi janji padaku kau tidak boleh kelelahan dan jangan mendekati kolam renang. Paham!"

Te Ressa tersenyum lebar dan mengangguk. Ben Eddic pun mengecup bibir Te Ressa dengan lembut, hingga beberapa kecupan, Ben Eddic pun melepaskan kecupan itu. "Ayoo, kita turun dan sarapan," ucap Ben Eddic yang kemudian meraih tangan Te Ressa dan menariknya keluar dari kamarnya.

***

Ben Eddic terus menggenggam tangan Te Ressa dari keluar kamar sampai turun ke lantai dasar. Te Ressa terkadang menundukkan kepalanya ketika ada beberapa asisten rumah tangga yang melihatnya bersama dengan Ben Eddic. Namun berbeda dengan Ben Eddic yang terlihat percaya diri dengan menggenggam tangan Te Ressa. Namun pagi ini, matanya telah dicemari oleh pemandangan buruk.

Nyonya besar Je Ssica Klein sedang duduk di atas pangkuan Jo Nathan di ruang makan dan bercumbu di depan beberapa asisten rumah tangga yang berdiri di dekat mereka. Ben Eddic menghela napasnya. Ia kembali melangkahkan kakinya yang sempat terhenti karena adegan yang merusak pagi harinya.

"Ehem!!" Ben Eddic berdeham, membuyarkan adegan romantis Jo Nathan dan Je Ssica di ruang makan.

"Oh? Ben Eddic? Kau akan berangkat ke kantor?" ucap Jo Nathan basa-basi.

"Menurut anda? Apakah aku akan ke pasar dengan pakaian seperti ini?" ucap Ben Eddic dingin yang kemudian menarik kursi dan meminta Te Ressa untuk duduk di sampingnya. Te Ressa yang awalnya tidak ingin duduk, namun Ben Eddic langsung memegang tubuh Te Ressa, mengarahkannya untuk duduk. Te Ressa hanya diam dan kemudian duduk di samping Ben Eddic.

"Makanlah ini, Baby, kau harus makan sebelum kau bekerja," ucap Ben Eddic yang bahkan menyiapkan roti dan selai di atas piring Te Ressa. Begitu juga dengan jus jeruk di pagi hari. Te Ressa hanya sedikit menundukkan kepalanya ketika melihat tatapan Jo Nathan dan Je Ssica apalagi Gi Selle yang juga berada di ruangan itu.

"K ... Kak."

"Jangan membantahku, Baby, makan dan minum apa yang aku siapkan," ucap Ben Eddic kemudian mengusap kepala Te Ressa. Te Ressa pun mengangguk dan mulai menyantap sarapan pagi di hadapannya.

"Bukankah dia juga asisten rumah tangga seperti yang lainnya? Kenapa kau mengizinkannya makan di atas meja makan kita Ben Eddic?" Kini Nyonya Je Ssica yang angkat suara kali ini.

Ben Eddic menoleh dan menatap tajam ke arah ibu tirinya itu. "Bukan urusanmu, Nyo ... nya. Dia milikku, jadi semua yang bersangkutan dengannya adalah urusanku ... bukan urusanmu."

"Ben Eddic, sopanlah sedikit pada ibumu," sahut Jo Nathan.

"Dia bukan ibuku dan selamanya bukan ibuku," ucap Ben Eddic santai sambil sibuk mengunyah sarapan paginya.

"Be ---" Je Ssica segera menginterupsi Jo Nathan untuk tidak marah di pagi itu. Je Ssica mengusap dada Jo Nathan untuk menenangkannya.

"Ben Eddic, apa kau sibuk hari ini?" tanya Je Ssica lagi dengan lebih lembut.

Ben Eddic hanya diam dan menatap Te Ressa yang tengah sibuk mengunyah. Ben Eddic bahkan tak menganggap Jo Nathan dan Je Ssica ada di ruangan itu. Ben Eddic sibuk menatapi Te Ressa yang terlihat manis pagi ini.

Ben Eddic menyeka ujung bibir Te Ressa yang menyisakan selai dan remahan kecil dari roti yang Te Ressa makan. Ben Eddic tersenyum karena Te Ressa.

"Sudah selesai makannya? Ayo temani aku ke depan, Baby," ucap Ben Eddic yang kemudian menghabiskan jus jeruknya, kemudian berdiri dengan menggenggam lagi tangan Te Ressa.

"Heyy, Te Ressa Graham jangan lupa pekerjaanmu!" ucap Je Ssica yang sedikit berteriak karena Ben Eddic membawanya keluar dari ruang makan..

"Hey Nyonya Iblis Iblis berdada besar, dengarkan aku, jangan seenaknya menyuruhnya walau pun kau adalah bagian dari keluarga ini. Dan satu lagi, namanya bukan Te Ressa Graham tapi namanya Te Ressa Klein. Ingat TE RESSA KLEIN," ucap Ben Eddic memberikan penekanan pada nama Te Ressa.

Ben Eddic kembali menarik tangan Te Ressa untuk segera keluar untuk menemaninya ke halaman parkir. Ben Eddic terus menggenggam tangan Te Ressa hingga mereka sampai di sebuah mobil sedan abu-abu milik Ben Eddic. Ben Eddic menghela napasnya sesaat sebelum akhirnya ia mengangkat suara.

"Kau baik-baik saja, Baby?"

Te Ressa mengangguk dengan senyum. "K ... Kak."

"Hm? Ada apa, Sayang?"

"Aku mau memberimu sesuatu. Aku membelinya sewaktu kita ke Festival Lantern kemarin."

"Iya? Apa itu?" ucap Ben Eddic lembut dan menunggu dengan antusias.

Te Ressa mengeluarkan sebuah gelang mini dari saku celananya.

Ia menunjukkannya pada Ben Eddic dan tersenyum. "Ini untukmu, Kak, maaf jika gelang ini bukan barang mahal. Aku hanya bisa membeli yang murah."

Ben Eddic terkekeh dan mengacak rambut Te Ressa. "Tidak apa-apa, Baby, aku senang kau memberiku hadiah itu. Sekarang pasangkan gelangnya untukku, hm?" ucap Ben Eddic yang kemudian mengulurkan tangannya, memohom agar Te Ressa mengenakan gelang itu padanya.

Te Ressa pun mengangguk dan kemudian memasangkannya pada pergelangan tangan Ben Eddic. "Sudah, Kak." Te Ressa tersenyum lebar ketika gelang itu terpasang Indah di pergelangan tangan Ben Eddic yang maskulin itu.

"Hmm, kembali lah masuk ke dalam. Jangan lupa ingat kata-kataku tadi. Jangan kelelahan dan jangan pergi ke kolam renang."

"Iya, Kak! Aku akan ingat!" ucap Te Ressa tersenyum lebar dan merengkuh Ben Eddic. Ketika Ben Eddic akan merengkuh Te Ressa, Te Ressa sudah keburu untuk melepaskannya. "Hati-hati di jalan, Kak Ben Eddic," ucap Te Ressa yang kemudian mengecup sekilas bibir Ben Eddic secara cepat, dan Te Ressa pun segera berlari meninggalkan Ben Eddic setelah mengecup bibirnya. Ben Eddic mematung sesaat ketika Te Ressa mengecup bibirnya dahulu. Ben Eddic memegang bibirnya dan tersenyum tak menyangka, jika Te Ressa akan seberani itu. Te Ressa hanya berani mengecup pipinya selama ini. Namun kali ini berbeda.

"Dasar Te Ressa Klein, kenapa kau tidak bisa membuatku tenang dengan jantungku, huh? Rasanya aku tidak ingin pergi ke kantor," ujar Ben Eddic terkekeh sendiri sebelum akhirnya ia masuk ke dalam mobil dan melaju menuju kantornya.