Chereads / Gadis Bisu: Jerat CEO BDSM / Chapter 42 - RED ROOM HEAVEN

Chapter 42 - RED ROOM HEAVEN

SENSITIF AREA! ADEGAN PENYIKSAAN

"Iya, Ben, aku mau semuanya! Aku tidak peduli jika apa yang kita lakukan ketahuan oleh Jo Nathan!" ucap Je Ssica gigih.

"Dasar sundal rendahan! Aku tidak bernapsu padamu. Kau wanita sampah tidak tahu diri! Atau lebih baik kau isap saja burung elang tak bersayap doggy! Karena kau memang wanita rendahan!" ucap Ben Eddic sarkas yang kemudian meninggalkan Je Ssica yang menelan mentah-mentah ucapan Ben Eddic yang menyakitkan.

Ben Eddic tak peduli dengan Je Ssica atau pun dengan perkataannya yang pastinya akan menyakiti perasaan wanita. Ben Eddic akhirnya memasuki dapur dan mendapati Gi Selle yang masuk dari pintu belakang.

"GI SELLE!!"

Gi Selle terperanjat dan kaget ketika suara low bass dengan nada yang tinggi masuk ke gendang telinganya. Seketika Gi Selle membeku di tempat ketika melihat Ben Eddic yang memasang wajah penuh amarah.

"I-iya, Tuan. A-ada apa?"

"Kau menampar Te Ressa, huh?!!" tanya Ben Eddic to the point. Gi Selle pun menahan napasnya ketika Ben Eddic mengatakan hal itu. Menanyakan hal yang benar ia lakukan pada Te Ressa tadi siang.

"Dasar anak tuli murahan. Kau mengadu pada Ben Eddic? Sialan benar kau Te Ressa!!! Sialann kau! Anak Sialaannn!!!" Gi Selle mengumpat di dalam hatinya. Tangannya meremas apron yang ia kenakan. Ia marah. Ia marah pada Te Ressa. Ia mengigiti bibirnya menahan agar ia tak marah di depan Ben Eddic.

"JAWAB AKU GI SELLE!!!" kali ini suara amarah Ben Eddic menggelegar di seluruh dapur.

"Eum ... i-iya Tuan. M-maafkan aku. Aku---"

"APA KAU GILA, HUH?! KAU SIAPA SAMPAI KAU MENAMPAR, TE RESSA? KAU INGIN AKU PECAT?! DASAR WANITA MURAHAN. APAKAH WANITA DI RUMAH INI SEMUANYA MURAHAN?!!"

"BEN EDDIC!!!!" Kali ini biarkan Gi Selle berteriak. Ia tak terima dengan ucapan Ben Eddic yang dilontarkan padanya. "Aku bukan wanita murahan. Kau seharusnya membuka matamu, Ben! Kau membuangku demi anak sialan yang tuli itu?!"

Ben Eddic tak tahan lagi. Ia pun mendekati Gi Selle, dan menamparnya. Persis seperti yang ia lakukan tadi pagi.

PLAKKKKKKKK!!!!!

"Dengar SUNDAL! Kau memang pantas dibuang. Kau lupa ucapanku tadi pagi? Jangan sekali-kali kau berani merendahkan Te Ressa di hadapanku sekecil apa pun itu! Harusnya kau yang membuka matamu itu. Apa kau sudah pantas bersamaku setelah semua yang kau lakukan? Aku tidak akan memaafkanmu!"

Kali ini Gi Selle memang berani menatap kedua bola mata Ben Eddic yang indah namun terlihat menyeramkan karena ia sedang marah.

"Apa yang bisa aku lakukan agar kau mau memaafkanku? Lupakan saja perempuan tuli itu, Ben!! Apa kau tidak tahu? Aku bahkan rela menjadi pembantu di rumahmu, meninggalkan pekerjaan malamku di club hanya untukmu, AAA ... BEN!!!!"

Gi Selle meringis kesakitan, ketika Ben Eddic menjambak rambutnya begitu kuat sampai rasanya rambut Gi Selle akan rontok. "Sudah kubilang jangan merendahkan dan mengatakan hal buruk tentang Te Ressa! Sekarang kau aka menerima akibatnya, SUNDAL!" Ben Eddic menarik rambut Gi Selle dan membawanya keluar dapur. Ia tak peduli jika Gi Selle saat ini jatuh dan terseret di lantai. Ben Eddic sangat marah. Ia tak suka jika miliknya diganggu apalagi disakiti walau pun dalam hal kecil.

***

Inilah neraka namun surga bagi para pencinta hard (B. D. S. M.) atau terkadang sering menyebutnya Kinky. Ya mungkin itu sebutan yang cocok untuk seorang Boss Ben Eddic Klein. Ia penyuka bercinta dominant sadism. Tak ada yang tahu bahwa dirinya adalah dominant sadism. Jo Nathan mengetahui kesukaan anaknya itu, tapi ia sendiri tak bisa mencegah atau melarang Ben Eddic. Bahkan kamar yang disebut Red Room itu, Ben Eddic sendiri yang merancangnya bahkan alat-alat bercinta yang tergantung dan tersimpan rapi itu semua ia beli di tempat yang orang tidak mengetahuinya.

Ben Eddic membuka pintu Red Room dan masih menarik rambut dan menyeret Gi Selle untuk masuk ruangan itu.

"Mmm~ !!!" Gi Selle merintih kesakitan ketika tubuhnya dihempaskan ke lantai.

"Kau tahu tempat apa ini? Kau pernah bilang kan kalau kau ingin masuk kamar ini?!" Ben Eddic mengumbar smirk namun kakinya menginjak kepala Gi Selle. "Dan sekarang kau sudah berada di dalam kamar ini. Dan aku akan memberikan kenikmatan padamu tapi ---"

"Ben--- sakit!" ucap Gi Selle yang meringis kesakitan ketika perutnya ditendang oleh Ben Eddic.

"Tapi --- aku tidak akan pernah mau masuk di dalammu. Bagaimana kalau kita bermain? Tapi aku tidak mau memberikan kenikmatan klimaks padamu!" sambung Ben Eddic yang kemudian menggendong Gi Selle dan menghempaskan kasar tubuhnya di kasur berlapis kemerahan.

Ben Eddic pun mengambil sebuah tali berwarna merah dan kemudian mengikat kedua tangan Gi Selle, kedua tangannya terikat masing-masing di pilar kasur. Begitu juga dengan kedua kakinya yang terbuka melebar dan terikat di masing-masing di pilar kasur itu.

Setelahnya Ben Eddic pun melepas paksa apron Gi Selle, merobek pakaian, dalaman dan celana dalam Gi Selle. Ben Eddic yang penuh amarah itu melayangkan tamparan di kedua paha Gi Selle dengan kasar dan terasa perih pada Gi Selle.

Jari-jemari Ben Eddic bergerak mengelus paha dan bergerak naik mengelus pinggang Gi Selle.

"Mmh, Ben ...."

Di tangan Ben Eddic telah memegang penjepit bunga putih yang akan sakit jika ditarik. Ben Eddic memasangkan penjepit bunga putih itu dia kedua dada Gi Selle. Bisa dikatakan Ben Eddic bahkan tidak bernapsu sama sekali dengan Gi Selle. Ia hanya ingin menyakiti Gi Selle dengan kenikmatan namun tidak mengizinkan Gi Selle untuk klimaks.

Setelahnya Ben Eddic pun mengambil cambuk dan .... gunting?

Ben Eddic melepaskan kemejanya dan melemparkannya sembarang tempat. Ben Eddic menghela napasnya.

"Ben? Apa yang ingin kau---AK!"

CTARRRRR ...

CTARRRRRR ....

CTARRRRRRRRR!!!

"Mmh~, Ben!"

"Berhenti memanggil namaku atau aku akan menggunting bunga putihmu," ucap Ben Eddic yang terus menerus mencambuk perut Gi Selle secara tak manusiawi, mencambuk paha Gi Selle secara beruntun tanpa ampun bahkan Ben Eddic tak segan-segan mencambuk mahkota bawah Gi Selle. Itu sakit dan Gi Selle tak bisa menahannya lagi.

"AK! mhh." desauan nikmat namun menyakitkan di sekujur tubuh Gi Selle. Apakah akibatnya akan sefatal ini jika hanya menampar Te Ressa?