Chereads / Gadis Bisu: Jerat CEO BDSM / Chapter 40 - RENCANA UNTUK MENYINGKIRKAN

Chapter 40 - RENCANA UNTUK MENYINGKIRKAN

"... Lalu kau menyuruhku untuk menonton adegan bercintamu dengan Mark Twan, kakak tingkat kita itu. Karena dia lebih kaya kan, huh?! Wanita biadab kau! Aku menyesal menerimamu jadi asisten rumah tanggaku. Lebih kau jual dirimu saja menjadi Sundal. Kau lebih cocok!!"

"BEN EDDIC!! KAUUUUU SIALAN!" Gi Selle berteriak tak terima.

"Huh? Aku sialan? Kaulah yang lebih sialan!! Kalau perlu kau suruh saja doggy untuk menyapu mahkota bawahmu, mungkin itu akan nikmat," ucap Ben Eddic yang mengumbar smirk meremehkan dan mengangkat jari tengahnya pada Gi Selle dan setelah itu dia masuk ke dalam mobilnya meninggalkan Gi Selle yang masih sakit hati akan perkataan Ben Eddic yang benar-benar sarkas.

***

Te Ressa berdiri berdampingan dengan Mo Nica yang kini tengah mempersiapkan bahan untuk makan siang dan makan malam. Mo Nica dan Te Ressa terkekeh akan topik pembicaraan mereka pagi menjelang siang itu. Te Ressa bahkan dengan malu-malu menceritakan kebaikan Tuan Mudanya yang mengajaknya makan bersama di luar. Mo Nica yang memahami hubungan Te Ressa dan Ben Eddic hanya tersenyum senang, jika Te Ressa akhir-akhir ini lebih banyak tersenyum walau pun terkadang Je Ssica, si Nyonya Klein itu banyak menyuruhnya.

Mo Nica merasa Te Ressa merupakan reinkarnasi dari anaknya yang telah lama meninggal dan juga seorang anak yang memiliki kekurangan di bagian pendengaran. Mo Nica beruntung akan hal itu. Yang Mo Nica tahu, bahwa ia menyayangi Te Ressa.

Selagi Te Ressa dan Mo Nica tengah asik mengolah bahan, suara teriakan menggema di seluruh dapur. Sontak Te Ressa dan Mo Nica menoleh. Namun sayangnya, ketika Te Ressa menoleh, Te Ressa mendapatkan tamparan.

PLAKKK!!!!

"GI SELLE!! APA YANG KAU LAKUKAN?!" Mo Nica kaget dan langsung mengambil posisi melindungi Te Ressa.

"Diam kau nenek tua!! Dia pantas mendapatkannya!! Karena dia aku ditampar oleh Tuan Ben Eddic! Sialan kau Te Ressa!!!" ucap Gi Selle yang masih tak bisa menahan emosi dirinya yang masih ingin menampar dan memukuli Te Ressa. Namun Mo Nica dengan cepat menahan tangan Gi Selle, memanggil beberapa asisten rumah tangga yang lain untuk mengamankan Gi Selle. Beberapa asisten rumah tangga pria pun datang dan langsung menyeret Gi Selle keluar dapur.

"Bawa Gi Selle ke kamarnya dan kunci dia di kamar! Sekarang!" ucap Mo Nica mencoba mengontrol emosinya.

"Ada keributan apa ini?" itu Je Ssica yang tiba-tiba datang dengan anggunnya seakan ia akan pergi untuk berfoya ria.

"Nyonya? Eumm ...."

"Ada apa ini, Mo Nica?" ucap Je Ssica angkuh.

"Maafkan atas keributan ini, Nyonya. Tapi tadi Gi Selle membuat keributan dengan menampar Te Ressa, jadi saya harus melerai mereka, Nyonya," ucap Mo Nica sopan.

"Menampar Te Ressa?" ucap Je Ssica mengulangi perkataan Mo Nica dan menatap Te Ressa yang menundukkan kepalanya serta masih memegangi pipinya. Je Ssica menghela napasnya dan menatap Gi Selle yang juga menundukkan kepalanya.

"Gi Selle, ganti baju jelekmu itu dan ikut denganku sekarang. Tidak ada bantahan. Cepat lakukan," ucap Je Ssica yang kemudian melangkah meninggalkan dapur. Gi Selle mengangguk dan segera meninggalkan dapur.

***

Ben Eddic masih sibuk dengan menatap layar laptop dan memeriksa beberapa lembar dokumen yang merupakan laporan-laporan penting penjualan mobil di perusahannya. Semuanya terlihat baik bahkan meningkat dengan pesat dari sebelumnya, seakan tidak ada yang dapat mengalahkan perusahaan terkenal milik Ben Eddic.

Namun, tidak ada yang tahu, jika Ben Eddic memiliki banyak masalah. Bahkan di rumah pun ia merasa tertekan walau pun sudah bertemu dengan Te Ressa.

How about Gi Selle and Je Ssica?

"Arghh!!! Sialan Kalian, Sundal!" Ben Eddic memijat keningnya dan seketika menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Ia berharap Te Ressa-nya. , Baby Te Ressa-nya baik-baik saja.

Namun ia tidak tahu apa yang terjadi setelah ia pergi dari rumahnya tadi siang. Ia hanya berharap bahwa Mo Nica menjalankan perintahnya untuk menjaga Te Ressa seperti anaknya sendiri. Ya, Ben Eddic percaya pada Mo Nica.

Sejenak Ben Eddic memejamkan matanya sebelum akhirnya kerabat dekatnya, Ja Cobs Wesker masuk dan mengingatkannya jadwal penting berikutnya.

***

"Kenapa kau menampar Te Ressa?" tanya Je Ssica yang kini duduk berhadapan dengan Gi Selle di sebuah restaurant di perkotaan.

Gi Selle menelan air liurnya. Ia tidak tahu, jika Je Ssica sang Nyonya Klein adalah mantan Ben Eddic. Singkatnya, Setelah mereka lulus sekolah, Ben Eddic langsung terbang meninggalkan, menuju Amerika. Dan di Amerika, Ben Eddic berpacaran dengan Je Ssica.

Gi Selle mengangkat sedikit kepalanya, menatap Je Ssica yang terlihat angkuh di hadapannya. "M-maafkan saya nyonya. Tapi saya sangat kesal dengan Te Ressa. Karena dia, saya ditampar oleh Tuan Ben Eddic."

Je Ssica hanya diam karena ia pun melihat kejadian Ben Eddic menampar Gi Selle dari balik jendela kamarnya. Je Ssica mengumbar smirk kali ini. "Aku beritahu kau, Ben Eddic sekarang sangatlah kasar jika kau mengenalnya sejak dulu. Ben Eddic sekarang hanya lembut pada anak tuli itu. Kalau kau ingin mendapatkan Ben Eddic lagi, kau harus lebih agresif tapi dengan kelembutan."

"M ... Maksud Nyonya?" tanya Gi Selle bingung.

"Aku telah mengenal Ben Eddic sejak lama. Jadi aku paham mengenai Ben Eddic. Kalau ingin mendapatkannya, kau harus menyerahkan semuanya untuk Ben Eddic bahkan kenikmatan pun harus kau berikan juga. Cinta itu tidak cukup perlu serpihan lain untuk membuatnya menjadi nikmat untuk dirasakan."

"Iya nyonya saya paham tapi ---"

"Aku menantangmu untuk memisahkan Ben Eddic dan Te Ressa. Jika kau berhasil, aku akan memberikan apa pun yang kau mau, dan Ben Eddic pun akan jadi milikmu," sela Je Ssica yang juga memberikan tantangan pada Gi Selle. Kali ini Gi Selle benar-benar menatap Je Ssica tanpa ragu.

"Benarkah itu, Nyonya?"

"Ya benar. Aku akan memberikan apa pun padamu asal kau bisa memisahkan Ben Eddic dan si tuli bodoh itu,"

Gi Selle mengangguk. "Baiklah, akan saya lakukan Nyonya asal Nyonya berjanji pada saya, kalau Ben Eddic akan menjadi milik saya kembali," ucap Gi Selle dengan senyumnya.

Je Ssica mengangguk mantap dan berdeham. Kedua sepakat akan rencana yang sebenarnya hanya menguntungkan salah satu di antara mereka.

"Dasar bodoh. Kau tidak tahu kau sedang melawan siapa. Ben Eddic tidak mudah ditaklukkan. Dan aku yakin, Ben Eddic yang akan jatuh di tanganku, dan kau serta di bodoh itu akan mati nantinya." Je Ssica menunjukkan smirk.