Chereads / Gadis Bisu: Jerat CEO BDSM / Chapter 35 - A LITTLE BIT

Chapter 35 - A LITTLE BIT

Te Ressa langsung memalingkan wajahnya menghindari kontak mata dengan Ben Eddic. "E-eung ... Tidak. Tidak usah Kakak," ucap Te Ressa yang seketika menggeleng kepalanya.

"Aku hanya tidak ingin orang yang aku cintai terluka sedikit pun. Entah itu luka fisik atau luka hatinya. Kau pasti sudah tahu diriku seperti apa. Aku kejam dan aku tidak berperasaan. Kau pasti sudah pernah melihatku memukuli A Qilla kan? Itu diriku yang sebenarnya. Tapi kali ini aku mengubah sikap dan takdirmu hanya untuk seorang Te Ressa. Hanya untuk Te Ressa Klein bukan untuk orang lain. Ingatlah Te Ressa, sikap dan sifatku akan berbeda jika aku bersamamu ....

... Tapi perasaanku tidak akan pernah berubah sekecil apa pun itu. Bisakah kau tetap seperti ini padaku?"

Te Ressa mengangguk dan mendekatkan diri pada Ben Eddic. Entah keberanian yang membuat Te Ressa kini mengecup pipi Ben Eddic dan mengelusnya sesaat. "Terima kasih sudah mencintai orang sepertiku, Kakak."

Ben Eddic sontak membawa Te Ressa ke dalam rengkuhannya dan mengecup kepala Te Ressa berkali-kali menyalurkan rasa sayangnya pada Te Ressa. Te Ressa pun membalas rengkuhan itu dan merasa bahwa dirinya kembali disayangi.

Beberapa detik rengkuhan itu terjadi, hingga akhirnya Ben Eddic melepaskan rengkuhannya dan mengecup lagi bibir Te Ressa dengan lembut. Beberapa kecupan dan sapuan, Ben Eddic pun melepaskan kecupan yang meninggalkan tali saliva di antara keduanya. Ben Eddic pun terkekeh dan segera membersihkan sisa saliva di bibir Te Ressa.

"Aish bibirmu kenapa sangat menggoda sayang. Aku tidak bisa tidur jika terus membayangkan moment manis seperti ini," ucap Ben Eddic yang menyeka bibir Te Ressa membuat si pemiliknya merona.

"Kakak ... A-aku haus," ucap Te Ressa yang masih merona namun ia masih tak berani menatap Ben Eddic yang masih menyeka bibirnya.

"Haus? Kau ingin minum apa, Baby?"

"Apa pun Kakak. Terserah Kakak saja."

"Baiklah, Baby, kau tunggu di sini dan jangan pergi ke mana pun. Tetap tunggu aku di sini. Paham?" Te Ressa mengangguk cepat dan tersenyum sebelum akhirnya Ben Eddic beranjak meninggalkannya.

***

Ledakan kembang api terdengar di telinga Te Ressa hingga membuat teralihkan. Ini pertama kalinya setelah pendengarannya tak berfungsi lagi, ia kembali mendengar ledakan kembang api di langit malam.

Te Ressa beranjak dari tempat duduknya. Ia lupa bahwa Ben Eddic melarangnya untuk beranjak ke mana pun. Te Ressa melangkah untuk dapat melihat dekat ledakan kembang api itu. Ini adalah pengalaman berharganya melihat kembang api secara dekat dan langsung. Te Ressa berjalan melewati banyak orang yang sejalur dan berlawanan arah dengannya. Namun matanya masih tertuju pada beberapa ledakan kembang api.

Hingga pada akhirnya ia berada di kerumunan orang banyak untuk melihat secara dekat ledakan kembang api itu.

Te Ressa mencintai kembang api dan segala bentuk serta warna yang terlihat mengagumkan. Tatapan Te Ressa bahkan tidak teralihkan oleh apa pun dan masih terfokus pada ledakan kembang api.

Di sisi lain,

Ben Eddic membawa dua gelas plastik berisikan soda. Tersenyum yang terpatri di bibirnya sekilas memudar, ketika ia tak melihat sosok Te Ressa di sana. Tempat dimana ia duduk bersama Te Ressa beberapa menit yang lalu.

Ben Eddic kalap. Dan panik tentunya.

Ben Eddic bahkan berlari kemanapun hanya untuk mencari Te Ressa. Segala sudut tempat yang bisa Ben Eddic jangkau, ia tak kunjung menemukan Te Ressa. Hatinya semakin sakit dan dadanya terasa sesak. Ia seperti kembali merasakan kehilangan. Ia pun takut, jika sesuatu yang buruk terjadi pada Te Ressa.

Beberapa menit kemudian semua tempat di festival itu sudah Ben Eddic datangi tapi tak satupun menunjukkan keberadaan Te Ressa. Ledakan kembang api masih terdengar jelas ditelinga Ben Eddic, namun Ben Eddic masih berusaha mencari Te Ressa.

"Te Ressa!!! Te Ressa!!! Baby Te Ressa!!! Kau dimana?!!!" Ben Eddic berteriak sekuat tenaga, bahkan ia tidak memperdulikan orang-orang disekitarnya.

Kerumunan orang yang tadinya mengelilingi Te Ressa pada saat melihat kembang api, perlahan membubarkan diri hingga tersisa Te Ressa yang masih berdiri menatap ledakan kembang api. Mata Ben Eddic mendapati Te Ressa berdiri di sana. Ben Eddic segera melangkah dan mendekati Te Ressa.

Namun, seketika Ben Eddic menghentikan langkahnya beberapa langka dari Te Ressa. Ben Eddic mengamati Te Ressa, dimana ledakan kembang api terpancar cahaya di wajahnya. Indah. Pikir Ben Eddic.

Ben Eddic akhirnya mendekat dan berdiri di samping Te Ressa. "Tidak bisakah kau tidak membuatku khawatir Te Ressa Klein? Kau lupa aku melarangmu untuk tidak beranjak kemanapun?" tanya Ben Eddic yang masih mengatur napasnya dan menatap Te Ressa yang perlahan menoleh padanya.

"Maafkan aku Kakak. Aku hanya ingin melihat kembang api dengan dekat. Aku tidak bermaksud ---"

Ben Eddic langsung menarik Te Ressa ke dalam dekapannya, walau pun Te Ressa belum selesai mengucapkan kata-katanya.

"Kakak?"

"Tidak bisakah kau tidak membuatku khawatir? Aku sudah bilang padamu, jangan pernah menghilang dari penglihatanku! Jangan pernah melawan perkataanku Te Ressa!"

"Maafkan aku K ... Kakak," ucap Te Ressa lirih. Ia menenggelamkan wajahnya pada bahu Ben Eddic.

Ben Eddic mengusap kepala Te Ressa dan merenggangkan rengkuhannya. "Ada yang terluka? Apa kau jatuh?"

"Tidak ada Kakak. Aku baik-baik saja. Aku hanya ingin melihat kembang api secara dekat. Maafkan aku," ucap Te Ressa menundukkan kepalanya.

"Dengarkan aku Te Ressa Klein. Jangan melawan perkataanku sekecil apa pun. Aku tidak mau kau terluka walau pun hanya luka kecil. Aku tidak suka kau bersama orang lain, aku tidak suka kau disentuh orang lain. Jadi tetap bersamaku apa pun yang terjadi. Aku tidak suka dibantah, Baby."

Te Ressa hanya mengangguk karena ia masih terlalu takut dengan nada suara Ben Eddic yang terdengar bahwa ia marah.

"K ... Kakak marah?"

Ben Eddic menghela napasnya dan kembali merengkuh Te Ressa. "Apa aku menakutimu, Baby?"

"Sedikit Kakak," sahut Te Ressa lirih.

"Maafkan aku, Baby, aku marah karena kau tidak mengikuti perkataanku untuk tidak pergi kemanapun tanpa aku. Bisakah kau melakukannya untukku? Melakukan semua yang aku katakan!" Te Ressa mengangguk dan membalas rengkuhan Ben Eddic. Lebih erat dari sebelumnya.

Ben Eddic semakin mendekap Te Ressa lebih erat dari sebelumnya. Dan sejenak mengecup kepala Te Ressa, mengusap kepala orang yang ia cintai dengan sayang.

Tetaplah bersamaku Te Ressa Graham. Aku akan mengubah takdir yang sepertinya akan sulit kita jalani. Tapi aku tidak mengizinkan sekecil apa pun orang-orang yang jahat dan yang baik pun menyentuhmu. Lihat bagaimana aku melindungimu dan lihat bagaimana sekejam apa diriku jika ada yang mendekatimu.