Chereads / Gadis Bisu: Jerat CEO BDSM / Chapter 29 - BERDUA DI RUMAH APA YANG?

Chapter 29 - BERDUA DI RUMAH APA YANG?

Te Ressa menggerakkan badannya, ketika ia merasa bahwa ada cahaya matahari yang mengenai wajahnya. Geraman kecil keluar dari bibir tipis Te Ressa. Te Ressa merenggangkan tubuhnya dan tanpa sadar tangannya mengenai sosok yang ada di sampingnya. Te Ressa segera menoleh dan mendapati Ben Eddic tengah menatapnya dengan senyum dan tengah memegangi kamera.

Ben Eddic pun memotret Te Ressa yang baru bangun. Ben Eddic terkekeh ketika melihat hasil potretnya.

"Kau lucu sekali, Baby," ucap Ben Eddic yang masih menatap hasil potretannya dan setelahnya menatap Te Ressa.

Te Ressa hanya diam dan hanya menatap Ben Eddic yang masih terkekeh. Ben Eddic merasa aneh. Ben Eddic segera memegang daun telinga Te Ressa dan seketika ia menjadi manusia paling bodoh sedunia. Ia baru mengingat bahwa semalam ia melepaskan hearing aids Te Ressa akibat pertengkarannya dengan Gi Selle.

Ben Eddic segera mengambil hearing aids tersebut di nakas dan memasangkannya pada kedua telinga Te Ressa. "Kau bisa mendengarkanku, Baby?"

Beberapa detik kemudian, Te Ressa mengangguk dan tersenyum setipis mungkin. Ben Eddic mengusak rambut Te Ressa dan sekilas mengecup pipi Te Ressa yang berhasil membuat pipi Te Ressa merona.

"Mandilah, ada banyak hal yang perlu kita lakukan."

Te Ressa hanya membalas menggeram. "Maksud Kakak apa?"

"Mandilah dulu Baby, nanti kau juga akan tahu hm. Cepatlah mandi sebelum aku yang memandikanmu," ucap Ben Eddic yang mengumbar smirk dan mendekatkan wajahnya pada Te Ressa yang sudah seperti kepiting rebus. Te Ressa menahan dada Ben Eddic yang terus menerus mendekatkan wajahnya.

"K ... Kakak ... aku mau bertanya padamu."

"Apa?"

"Um ...," gumam Te Ressa yang memikirkan apa yang perlu ditanyakan pada Ben Eddic yang saat ini terus menatapnya tanpa berkedip. "Tidak ... tidak jadi, Kak."

"Hm? Tidak jadi? Kenapa, hm," ucap Ben Eddic seduktif yang bahkan mengecup telinga dan bernapas di telinga Te Ressa.

"K ... Kak." Te Ressa masih berusaha untuk menjauhkan diri dari Ben Eddic dengan mencoba mendorong dada Ben Eddic.

"Baiklah, baiklah. Sekarang cepatlah mandi." Ben Eddic mengacak rambut Te Ressa membiarkan Te Ressa bangun dan berjalan menuju kamar mandi pribadinya.

***

Ben Eddic memanggil semua asisten rumah tangganya untuk berkumpul di ruang tengah termasuk Te Ressa. Dan pada saat ini, Jo Nathan dan Je Ssica langsung berangkat ke Eropa untuk Honeymoon setelah mereka melangsungkan pernikahan.

"Dengarkan untuk kalian semuanya. Aku akan memberikan kalian waktu liburan selama seminggu. Liburan ini berlaku untuk kalian semuanya, kecuali Te Ressa," ucap Ben Eddic yang sukses membuat Te Ressa melongo dengan polosnya dan membuat seluruh asisten rumah tangga lainnya menoleh pada Te Ressa. Berbeda dengan Gi Selle yang masih mengepalkan tangannya geram pada Ben Eddic. Gi Selle melirik Ben Eddic yang bahkan tersenyum-senyum sendiri menatap Te Ressa.

"Bersiaplah kalian untuk liburan kalian dan nikmatilah liburan kalian," ucap Ben Eddic yang kemudian beranjak dari ruang tengah meninggalkan semua asisten rumah tangganya.

***

Malam ini seluruh asisten rumah tangga telah meninggalkan rumah, atas perintah Ben Eddic untuk memberikan liburan selama seminggu kecuali Te Ressa. Ben Eddic memang sengaja memberikan liburan pada seluruh asisten rumah tangganya, agar ia bisa berduaan dengan Te Ressa tanpa harus ada yang menganggunya.

Ben Eddic terlalu berambisi dengan Te Ressa.

Te Ressa masih duduk manis di lantai dan menatap Ben Eddic yang tengah menyelesaikan pekerjaannya.

"K ... Kakak ...."

"Hm?" Balas Ben Eddic yang hanya berdeham lembut dan masih terpaku pada pekerjaannya.

Te Ressa terdiam sejenak. Ia sibuk memainkan ujung pakaiannya yanh Ben Eddic belikan untuknya. Ia sejenak menunduk dan kemudian mengangkat kepalanya menatap Ben Eddic yang bahkan tidak teralihkan.

"Kak ....."

"Hm?"

"Umm ...."

"Ada apa?"

"Eung .... anu .... itu ....."

Ben Eddic masih menunggu apa yang akan disampaikan Te Ressa walau pun pandangannya masih ada dokumen kerjanya. Ia bahkan meminta Te Ressa untuk menemaninya di kamar.

"Itu ... Kak anuu ...." Te Ressa menatap Ben Eddic dengan ragu. Ben Eddic akhirnya mengangkat kepalanya untuk menatap Te Ressa, namun Te Ressa dengan cepat menundukkan kepalanya menghindari kontak mata dengan Ben Eddic.

"Ada apa, Baby?" tanya Ben Eddic lembut. Entah apa yang membuat Ben Eddic menjadi pria lembut di depan Te Ressa walau pun Ben Eddic masih memiliki sifat yng kejam dan kasar dalam dirinya.

Te Ressa masih menundukkan kepalanya dan menggelengkan kepalanya. "T-tidak ada, Ka. Tidak jadi. Kakak lanjutkan saja pekerjaan Kakak."

Ben Eddic mengumbar smirk dan menahan tawanya melihat tingkah lucu Te Ressa ketika menghindari kontak mata dengannya. "Hey Te Ressa Graham, lihat aku!"

Te Ressa kembali menggelengkan kepalanya. Ia masih sibuk meremas dan memainkan ujung bajunya. "Lihat aku, Te Ressa Graham."

Te Ressa masih saja menggelengkan kepalanya. Ben Eddic semakin gemas kali ini. Tangannya terangkat untuk meraih wajah Te Ressa, mengangkat kepala gadis manisnya untuk menatapnya. Ben Eddic mencondongkan badannya menatap Te Ressa lekat-lekat. Jangan tanya bagaimana wajah Te Ressa sekarang atau bagaimana jantungnya saat ini. Mungkin setelah ini Te Ressa akan memeriksa kesehatan jantung dan matanya.

"K ... Kakak .... hep." Ben Eddic menyambar bibir tipis Te Ressa. Mengecup bibir itu dengan lembut. Sapuan lembut membuat Te Ressa sejenak tak bernapas. Ia merasakan bibir lembut Ben Eddic lagi. Lembut dan basah. Itu yang Te Ressa rasakan.

Kecupan yang awalnya lembut namun perlahan menuntut Te Ressa untuk menggerakkan bibir dan lidahnya. Sapuan yang menuntut dan bringas dari Ben Eddic membuat Te Ressa memukul bahu Ben Eddic untuk melepaskan kecupannya. Ben Eddic peka akan hal itu. Ben Eddic melepaskan sapuan itu menyisakan tali saliva yang panjang dari kedua bibir mereka.

Te Ressa mengambil napas dalam-dalam dan sukses membuat Te Ressa memerah. Ben Eddic mengelus pipi Te Ressa membuat Te Ressa merinding.

"Kau kenapa, Baby?"

"K ... Kak ....."

"Hm?"

"M-m-maafkan aku, Kak. Aku tidak pernah berkecupan sebelumnya. Maaf jika aku menyakitimu." Ben Eddic terkekeh mendengar ucapan Te Ressa.

"Kau bicara apa, hm? Kau tidak menyakitiku, Te Ressa. Justru aku yang harus berbicara seperti itu. Apa aku menyakitimu? Apa kecupanku terlalu kasar?"

"S-sedikit, Kak," cicit Te Ressa. Kali ini Ben Eddic mengacak rambut Te Ressa dan tersenyum.

"Maafkan aku. Lain kali aku akan bersikap lembut padamu terutama dalam hal berkecupan. Aku akan mengajarimu bagaimana berkecupan." Ben Eddic mengumbar smirk dan kembali melanjutkan pekerjaannya. Te Ressa menelan air liurnya dan kembali menundukkan kepalanya.

***

Pukul 19.50

Ben Eddic baru saja menyelesaikan pekerjaannya sedangkan Te Ressa masih sibuk dengan ponsel barunya yang Ben Eddic belikan untuknya. Te Ressa terlihat asik dengan fitur-fitur dan aplikasi game yang baru saja ia download. Layar ponselnya terpancar pada wajah manis Te Ressa. Ia bahkan tidak menyadari Ben Eddic yang sejak tadi menatapinya tanpa teralihkan oleh apa pun.

Ben Eddic menurunkan ponsel Te Ressa, agar Te Ressa menatapnya. "Hey ...."

"Oh? Kakak sudah selesai?" tanya Te Ressa dengan tatapan polosnya.

"Hm ... dan aku gerah sekarang!" balas Ben Eddic yang kemudian berdiri dan mengecup kepala Te Ressa. Te Ressa terlihat bingung dengan Ben Eddic yang saat ini berjalan menuju kamar mandi.

Beberapa menit kemudian, Ben Eddic keluar hanya dengan lilitan handuk di pinggangnya. Te Ressa terbelalak melihat tubuh Ben Eddic yang sangat sangat indah untuk dilihat. Entah dengan motivasi apa Ben Eddic hanya memakai lilitan handuk di pinggangnya dan memamerkan otot perutnya, lengannya yang kekar, rambutnya yang terlihat basah, uap yang keluar dari tubuh Ben Eddic pertanda bahwa ia habis mandi air hangat dan sebuah handuk mini yang tersampir di tengkuk lehernya.

Ben Eddic melangkah mendekati Te Ressa yang masih tak bisa memalingkan wajahnya dari pandangan tubuh indah Ben Eddic. Ben Eddic berjongkok di dekat Te Ressa dan memberikan handuk pada Te Ressa.

"Aku akan memberikan tugas, Te Ressa Graham."

"Apa Kakak?"

"Temani aku berenang."

"Huh?!"

***

Pukul 20.15

Te Ressa akhirnya mengekori Ben Eddic menuruni tangga dan melangkah menuju kolam renang di samping rumah. Keduanya sampai ditepi kolam namun Te Ressa seketika berhenti di ambang pintu dan enggan untuk mendekati kolam.

"Hey ... kenapa masih di sana? Kemari Baby."

Te Ressa menggelengkan kepalanya dan berniat untuk kembali masuk ke dalam rumah. Namun, Ben Eddic dengan cepat melangkah dan menahan lengan Te Ressa.

"Hey hey ... kau kemana, hm? Kau kan sedang bertugas menemaniku berenang. Jadi aku tidak menerima alasan apa pun jika kau menolaknya."

"M-maaf, Kak. Bukan itu. ... a-aku hanya takut dengan kolam renang. Karena aku pernah ---"

"Tenggelam di kolam renang, kan? Tenang saja Te Ressa Graham. Aku tidak akan menyuruhmu untuk berenang. Aku hanya ingin kau berada di sekitar kolam renang bukan untuk menemaniku berenang di kolam, hm."

"Sungguh Kak?" Ben Eddic mengangguk dan kembali menarik lengan Te Ressa untuk masuk ke area kolam renang.

Te Ressa akhirnya berjongkok di tepi kolam dan memainkan air kolam renang. Ia bahkan tidak berani menatap Ben Eddic yang tengah berenang itu. Rasanya ia ingin bunuh diri saja ketika melihat Ben Eddic hanya memakai boxer renang ketika Ben Eddic melepaskan lilitan handuk dari pinggangnya. Jujur saja, Te Ressa tidak sanggup jika harus melihat tubuh ....

ekhem tubuh sexy Ben Eddic.

Te Ressa hanya membiarkan Ben Eddic menatapi dari kolam renang dan terkadang menyipratnya dengan air kolam renang.

"Kakak hentikan ... aku sudah mandi! Nanti aku basah dan harus mandi lagi." Te Ressa cemberut ketika Ben Eddic menyipratnya berkali-kali dengan air kolam.

Ben Eddic tertawa dan menyibakkan rambutnya. "Tidak apa-apa kalau kau mandi lagi, Baby. Kita bisa mandi bersama nanti, kan?"