"Jangan terlalu kasar. Pelan-pelan," ucap Te Ressa lirih dan kemudian menunduk karena malu.
Ben Eddic hanya mengumbar smirk dan meraih dagu Te Ressa. Mata mereka beradu namun Ben Eddic terlalu menatap intens pada bibir merah yang basah milik Te Ressa.
"Aku akan lembut menyentuhmu, Baby. Kau kepunyaanku dan kau istimewa. Aku akan memperlakukanmu seperti Yang Mulia yang terhormat. Jangan takut, aku akan bermain lembut," ucap Ben Eddic yang kemudian melepaskan pakaian Te Ressa dan menaruhnya sembarang tempat. Jangan lupakan Ben Eddic yang sejak tadi sudah tak memakai atasan hingga dada bidang itu terekspos penglihatan Te Ressa. Pantas saja jika Te Ressa tidak kuat menatap Tuan Muda-nya itu.
Ben Eddic kembali mendekap Te Ressa, dan mengecup bibir bengkak Te Ressa.
Sapuan demi sapuan.
Kecupan antara kedua bibir.
Gigitan lembut dan beberapa tarikan antara kedua bibir itu dan juga isapan yang menghasilkan desauan nikmat bagi keduanya.
Ben Eddic mengelus punggung Te Ressa dan dengan tanganya yang nakal itu meremas bongkahan bokong Te Ressa menciptakan geraman pemiliknya. "Kakak!"
Setelah puas dengan rongga mulut dan bibir Te Ressa, Ben Eddic beralih dengan mengecup pipi Te Ressa dan mengecupi bagian leher Te Ressa. Te Ressa sontak mendongak memberi akses luas untuk Ben Eddic.
Ben Eddic mulai mengisap dan mengigiti bagian leher Te Ressa. Te Ressa merengkuh leher dan menekan bahu Ben Eddic.
Desauan Te Ressa seperti melody bagi telinga Ben Eddic. Tangan nakal Ben Eddic mulai membuka resleting celana Te Ressa dan sedikit mengelus milik Te Ressa.
Tubuh Te Ressa sedikit tersentak ketika Ben Eddic memasukkan tangannya ke dalam celana dalam Te Ressa dan sedikit meremas miliknya. Dihadiahi Te Ressa meremas rambut belakang Ben Eddic. Ia merasa dirinya akan terbang karena kenikmatan.
"Kakak ... sakit," ucap Te Ressa dalam desauannya ketika Ben Eddic mengigiti leher Te Ressa terlalu kasar dan keras hingga terbentuk kissmark di sana. Bukan hanya one kissmark, tapi ada beberapa karya Ben Eddic bahkan di dada Te Ressa.
"Maaf sayang .... nikmati saja. Kau akan suka!" Ben Eddic semakin turun ke bawah hingga ia menyapu titik pink Te Ressa. Te Ressa tak bisa menahan desauannya ketika Ben Eddic mulai memainkan lidahnya pada titik pinknya.
Te Ressa tak kuat dalam menahan geramannnya ketika Ben Eddic memainkan lidahnya, mengitari dada Te Ressa. Te Ressa sedikit mencakar bahu dan punggung Ben Eddic. Ini kenikmatan yang tidak pernah Te Ressa dapatkan.
Ben Eddic melirik ke atas mendapati wajah seksi Te Ressa yang bahkan membuatnya semakin gencar memainkan tubuh Te Ressa. Ben Eddic masih sibuk menyapu, mengigiti, mengisap dada itu seperti bayi yang meminta susu pada ibunya dan mengecup dada Te Ressa. Namun Ben Eddic tidak mungkin membiarkan tubuh Te Ressa yang lainnya "berdiam diri." Tangan yang lain, memainkan dada Te Ressa yang lain membuat Te Ressa kehilangan akalnya. Ini terlalu nikmat.
Ben Eddic dengan tergesa-gesa melepaskan celana luar hingga celana dalam Te Ressa. Ben Eddic melepaskan lilitan handuk pada pinggangnya. Ben Eddic kembali mengecupi dada pink Te Ressa, Ben Eddic mengubah kran shower menjadi air hangat. Ben Eddic membawa Te Ressa ke bawah shower dan mengukung tubuh Te Ressa di bawah shower.
Ben Eddic memberikan sedikit jeda pada Te Ressa untuk bernapas, namun Ben Eddic masih tidak tinggal diam. Tangannya mengelus milik Te Ressa dan sedikit menyapu bibir Te Ressa.
"Kakak!"
"Enak hm? Kau menikmatinya?" ucap Ben Eddic seduktif. Te Ressa meremas bahu Ben Eddic dan sedikit mencakarnya. Te Ressa hanya dapat mengangguk dan tak dapat menahan desauannya.
Ben Eddic sudah tak bisa menahan hasratnya. Ben Eddic memain dan mengurut milik Te Ressa.
"Kakak!" Te Ressa membusungkan dadanya, membuat Ben Eddic terpancing untuk kembali mengisap dada pink Te Ressa.
"Panggil namaku, Baby!"
"Kak Ben Eddic. Kak Ben Eddic!" Te Ressa mengelus dan meremas rambut belakang Ben Eddic yang basah akibat air shower yang menghujani tubuh keduanya.
Rasa nikmat yang membuat kepala Te Ressa terasa berat. desauannya semakin tak dapat dikendalikan, hingga Te Ressa memejamkan matanya, meresapi setiap inchi sentuhan Ben Eddic pada tubuhnya. Respons tubuhnya yang terlalu sensitif akan sentuhan.
"Hhh aku sudah tidak tahan lagi, Baby. Persiapkan dirimu," ucap Ben Eddic yang mengangkat salah satu kaki Te Ressa agar Te Ressa membuka lebar kakinya. Ben Eddic mengarahkan burung elang tak bersayapnya pada milik Te Ressa.
"Kakak ... pelan-pelan," ucap Te Ressa disaat Ben Eddic sudah mengarahkan miliknya pada milik Te Ressa, namun Ben Eddic masih saja mengisap dada pinknya Te Ressa. Ben Eddic hanya berdeham dan terus berusaha memasukkan miliknya ke dalam milik Te Ressa.
Sangat sulit untuk Ben Eddic menerobos milik, terlalu sempit, hingga membuat Ben Eddic terpaksa mengentakkan pinggulnya hingga berhasil memasukkan dengan beberapa entakkan. Te Ressa merasa seperti terbelah dua. milik Ben Eddic seakan memenuhi miliknya hingga membuatnya merintih kesakitan.
"Kakak sakit hiks~!" Te Ressa merintih dan mencengkram bahu Ben Eddic sekuat tenaganya.
"Maaf sayang maaf .... sakitnya hanya sementara. Kau akan merasakan kenikmatannya," ujar Ben Eddic yang mengusap wajah Te Ressa yang menangis bercampur dengan air shower. Ben Eddic mengecup kening Te Ressa dan menghujani wajah Te Ressa dengan kecupan. "Bolehkah aku bergerak?"
Te Ressa menghela napasnya dan mengangguk tanda ia mengizinkan Ben Eddic untuk menggerakkan miliknya yang di dalam miliknya. Ben Eddic mengecup bibir Te Ressa sebelum ia menggerakkan pinggulnya.
Ben Eddic mulai menggerakkan pinggulnya, membuat Te Ressa hanya menyerahkan tubuhnya pada Ben Eddic. Bunyi cipak dan desauan menjadi alunan musik di kamar mandi pribadi Ben Eddic. Ben Eddic sudah lama ingin melakukan stand bercinta dan pada akhirnya ia melakukannya dengan orang yang benar-benar ia cintai.
"Kakak faster ~," ucap Te Ressa yang menekan bahu Ben Eddic namun desauannya masih tak bisa tertahankan.
"Sabar sayang ~," ucap Ben Eddic yang terus mengentakkan pinggulnya mencari titik kenikmatan Te Ressa.
"Di sana, Kak!" Te Ressa semakin kehabisan akalnya. miliknya terasa berkedut mengurut milik Ben Eddic.
"Shit!!! Kau sempit sekali sayang," ucap Ben Eddic yang semakin gencar untuk mengentakkkan pinggulnya.
Bunyi kecipak menjadi semakin dominant hingga membuat Te Ressa terhuyung dan berguncang ketika Ben Eddic semakin gencar mengentakkan miliknya.
"Fasterr Kakak ... aku mau ... keluarr."
"Hhh bersama sayang mhh," ujar Ben Eddic yang semakin cepat mengentakkkan pinggulnya.
Desauan mereka saling tumpang tindih berusaha mencapai titik kepuasan mereka bersama. Hingga desauan mereka semain keras menandakan akan hampir klimaks.
Ben Eddic dan Te Ressa bersama mengeluarkan cairan lengket. Cairan Te Ressa membasahi milik Ben Eddic dan Ben Eddic mengeluarkan semua cairannya di dalam milik Te Ressa. Keduanya lemas. Kaki Te Ressa perlahan lunglai dan menurun secara perlahan. Kepala Te Ressa jatuh pada bahu Ben Eddic dan kedua menghela napas mengambil napas sedalam mungkin.