Chereads / Gadis Bisu: Jerat CEO BDSM / Chapter 33 - NONA KLEIN

Chapter 33 - NONA KLEIN

Ben Eddic segera menggendong tubuh Te Ressa ala bridal style, menutup kran shower dan membawa Te Ressa masuk ke dalam bath tub air hangat. Te Ressa masih terlihat lemas. Dada dan perutnya masih kembang kempis ketika tubuhnya mulai berada di dalam bath tub. Te Ressa bersandar pada tubuh Ben Eddic yang bersandar pada kepala bath tub.

Ben Eddic merengkuh Te Ressa dari belakang dan mengecup puncak kepala Te Ressa."Enak, hm? Bagaimana rasanya? Kau suka, Baby?"

Te Ressa hanya mengangguk dan masih sibuk mengambil napasnya yang masih tersengal.

"Kau tahu, walau pun aku sering bercinta dengan banyak wanita, tapi yang tadi itu luar biasa dan aku begitu menikmatinya," ucap Ben Eddic yang mengelus kedua lengan Te Ressa. Entah kenapa Te Ressa tersenyum dan mengangguk.

"Kakak ...."

"Hm?"

"Kakak, terima kasih sudah mau menyayangiku yang cacat ini."

"Hey hey ... kau lupa apa yang aku bilang tadi? Jangan bilang dirimu ini cacat. Aku tidak suka. Bagaimana pun, kau itu istimewa. Te Ressa Graham hanya milik Ben Eddic Klein seorang. Paham? Tidak ada yang bisa menggugatnya."

Te Ressa hanya mengangguk dan tersenyum malu."Hey, Baby, lihat aku."

Te Ressa sontak menoleh dan menatap Ben Eddic. Ben Eddic mendekatkan wajahnya pada Te Ressa. Ben Eddic mengecup kelopak mata kanan Te Ressa, di mana mata biru itu berada. Setelah itu, Ben Eddic mengecup hidung Te Ressa dan terakhir mengecup lembut bibir Te Ressa tanpa napsu. kecupan itu tulus dan bahkan membuat hati Te Ressa menghangat.

Setelahnya, Ben Eddic melepaskan kecupan itu, dan menyatukan keningnya dengan kening Te Ressa. Keduanya tersenyum dan bahkan Ben Eddic mengeratkan rengkuhannya pada tubuh mungil Te Ressa.

"Mata birumu itu milikku, aku tidak akan membiarkan orang lain menatapmu apalagi hanya melirikmu. Aku melarang siapa pun untuk menatapmu walau pun hanya satu detik. Kalau ada yang ingin bertemu denganmu harus melalui izinku dulu. kau harus berada di kamarku ketika aku pulang kerja. Kau juga tidak boleh memasak di dapur, aku tidak mau seorang Te Ressa Graham-ku terluka, walau pun hanya tergores luka kecil. Kau tidak boleh berada di area kolam renang kalau tidak bersamaku. Paham Te Ressa Klein?"

"Eh ...? Klein? Aku Te Ressa Graham, Kak ... bukan Te Ressa Klein," ucap Te Ressa yang bahkan mengerucutkan bibirnya tanpa ia protes.

"Tidak. Tidak. Tidak. Namamu akan berubah nanti menjadi Te Ressa Klein bukan Te Ressa Graham. Tidak ada protes, Baby," ucap Ben Eddic yang tetap yakin pada pendiriannya akan mengubah nama Te Ressa Graham dengan marga Klein.

Te Ressa masih kesal dan masih saja mengerucutkan bibirnya membuat Ben Eddic gemas dan mencubit pipi Te Ressa. Te Ressa mulai tertawa ketika Ben Eddic mulai menggelitiki pinggangnya sebelum akhirnya mereka mandi bersama dalam satu bath tub.

Siapa pun yang menatap apalagi mendekati dan menyentuh Te Ressa Graham-ku. Aku akan membunuhnya!

***

Waktu seminggu terasa cepat bagi Ben Eddic. Seminggu hanya untuk berdua dengan Te Ressa terasa begitu cepat berlalu walau pun ia ingin berdua dengan Te Ressa tanpa harus di ganggu dengan siapa pun. Terutama Gi Selle dan yang terpenting Je Ssica. Mantan kekasihnya dulu yang saat ini telah berubah menjadi ibu tirinya. Namun Ben Eddic tidak akan membiarkan sesuatu yang buruk terjadi pada Te Ressa sekecil apa pun itu.

Kali ini ia masih membiarkan Te Ressa tertidur di kasurnya. Bahkan ia tidak keberatan, jika Te Ressa menganggap kamarnya adalah milik Te Ressa juga. Saat ini, Te Ressa memang resmi menjadi milik Ben Eddic. Ben Eddic tidak peduli jika ada yang menentang apalagi memisahkan mereka. Ben Eddic pastikan siapa pun yang melukai bahkan memisahkannya dengan Te Ressa, hidupnya tak akan selamat atau bahkan mati di tangannya.

Kali ini Te Ressa terbangun dengan keadaan Ben Eddic tidak ada di sampingnya. Te Ressa pun terbangun dan mengucek matanya. Ia menguap dan memeriksa hearing aidsnya terpasang di telinganya.

Ini adalah tidur nyenyaknya, namun Te Ressa merutuki matanya di pagi hari ini. Ia mendapati Ben Eddic hanya menggunakan celana dalam keluar dari kamar mandi. Perlu ditekankan hanya menggunakan celana dalam. Te Ressa segera menundukkan kepalanya, jantungnya tak bisa dikondisikan saat ini ketika ia merasakan Ben Eddic berjalan mendekatinya. Haruskah pagi ini, Te Ressa melihat pemandangan ini setiap pagi?

Ben Eddic duduk di tepi kasur dan mengusap kepalanya dengan sayang. Te Ressa dapat merasakan telapak tangan Ben Eddic yang dingin setelah mandi.

"Selamat Pagi, Baby," ucap Ben Eddic yang kemudian melayangkan elusan di pipi Te Ressa, membuat Te Ressa mengangkat kepalanya dan menatap wajah segar Ben Eddic yang tersenyum di sana.

"Se ... Selamat pagi juga, Kakak," ucap Te Ressa yang terlibat gagap.

Ben Eddic tersenyum sumringah, dan masih mengelus pipi Te Ressa dengan sayang. "Tidurmu nyenyak?"

Te Ressa tersenyum tipis dan mengangguk. Te Ressa berusaha mengontrol detak jantungnya dan berkali-kali mengalihkan pandangannya dari Ben Eddic yang bahkan terus-menerus menatapnya.

"Sangat nyenyak Kakak. T-terima kasih sudah menjagaku semalam."

Ben Eddic mengangguk dan mengecup lembut bibir Te Ressa. kecupan tulus tanpa nafsu. Bisa dibilang itu adalah morning kiss Te Ressa. Te Ressa sejenak terbelalak ketika Ben Eddic, Tuan Mudanya mendekatkan diri dan mengecup bibirnya di pagi hari.

"Itu memang sudah seharusnya, Baby, aku harus menjagamu di mana pun dan kapan pun," ucap Ben Eddic yang kemudian menempelkan jari telunjuknya di bibir tipis Te Ressa. "Dan jangan lupa, persiapkan dirimu, Baby, karena setiap pagi aku akan memberikanmu morning kiss."

Ben Eddic mengumbar smirk dan kembali mengecup bibir Te Ressa. "Segeralah mandi, Baby, akan ada banyak hal yang harus kita lakukan," ucap Ben Eddic yang mengusak rambut Te Ressa sebelum ia beranjak ke ruang pakaian.

"Mmm~ Kakak!"

"Hm?"

"Mm~ aku belum menyiapkan pakaianmu Kakak. Biar aku saja mengambil bajumu, itu tugasku Kakak," ucap Te Ressa yang kemudian menyibak selimut dan bersiap akan turun dari kasur.

"Hey, Baby, aku tidak menyuruhmu untuk menyiapkan bajuku ...," ucap Ben Eddic yang kemudian menahan Te Ressa untuk tetap duduk di kasur.

" ... Tugasmu sekarang adalah mandi. Jadi sekarang segeralah mandi dan persiapkan dirimu, hm. Lakukan yang aku katakan sayang," sambung Ben Eddic. Te Ressa mengangguk mengiyakan perkataan Ben Eddic dan beranjak ke kamar mandi.

***

Te Ressa telah siap dengan pakaian yang ternyata telah disiapkan Ben Eddic di atas kasurnya.

Ya semua produk adidas yang pastinya original dan mahal. Te Ressa pun mencari keberadaan Ben Eddic di seluruh sudut kamar, namun Te Ressa tidak menemukannya. Akhirnya Te Ressa pun keluar dari kamar dan mencari keberadaan sang Tuan Muda tampan yang sudah menjadi miliknya itu.

Te Ressa mengecup aroma bumbu masak di dapur. Seingatnya, seluruh asisten rumah tangga sedang diliburkan dan hanya ada dirinya dan Ben Eddic. Lalu siapa yang memasak di dapur?

Te Ressa mempercepat langkah menuju dapur dan mendapati Ben Eddic yang sedang memasak di sana. Te Ressa mendekat dan berdiri di samping Ben Eddic.

"K ... Kakak? Kau memasak? Ini adalah tugasku Kakak. Biar aku saja yang ---"

"Sstt ~ tidak, Baby. Sekarang tugasmu adalah duduk dan menungguku selesai memasak. Jadi sekarang, kau duduk di meja makan dan kita akan makan bersama. Aku tidak mau kau terluka hanya karena memasak," ucap Ben Eddic yang masih sibuk memasak dan hanya melirik Te Ressa yang bahkan terlihat cantik di sampingnya.

"T-tapi ...."