Chereads / Gadis Bisu: Jerat CEO BDSM / Chapter 22 - THE ANTAGONIST

Chapter 22 - THE ANTAGONIST

Ben Eddic tak bisa untuk tak tersenyum hari ini. Ia bahkan tidur nyenyak sambil merengkuh Te Ressa. Setelah makan malam dengan Te Ressa di kamarnya, dan membantu Te Ressa untuk minum obat, mereka berdua pun tidur bersama di atas kasur.

Dan pagi ini, Lagi-lagi Te Ressa harus berpura-pura tak melihat Ben Eddic yang kali ini sedang mengganti pakaiannya di depan Te Ressa di ruangan khusus pakaiannya.

Dan tolong ingatkan Te Ressa bahwa ia sudah dapat bersuara, berbicara dan mendengarkan. Dan entah apa yang menimpa Ben Eddic pagi ini, Ben Eddic yang sedang berganti pakaian, malah mendesau tidak jelas. Dan ketika Te Ressa melirik Ben Eddic, Ben Eddic masih menggunakan celana dalamnya saja. Te Ressa segera menutup matanya. Pikiran kotor Te Ressa semakin menguasai dirinya.

Suara desauan Ben Eddic berhasil ditangkap pendengaran gadis manis itu. Entah apa yang Ben Eddic lakukan. Tapi ingin rasanya Te Ressa melepas hearing aidsnya dan tidak mendengar apa pun tapi Ben Eddic melarangnya untuk melepaskannya.

"Mmh ...."

"Eomma. Apa yang terjadi pada Tuan Ben Eddic? Apakah dia sehat? Atau dia sedang sakit? Apa otaknya bergeser?" Te Ressa membatin menutup kedua telinganya sembari menundukkan kepalanya dalam-dalam.

Setelah beberapa menit, Te Ressa merasa ada yang menyentuh kepalanya dan mengusapnya. Te Ressa mengangkat kepalanya dan menatap Ben Eddic yang telah rapi.

"Ada apa denganmu, Te Ressa?"

Te Ressa mendengar suara Ben Eddic sejak semalam dan membuatnya merinding mendengar suara low bass voice Tuan Mudanya. Te Ressa menggelengkan kepalanya dan tersenyum tipis yang terpatri di wajahnya.

Ben Eddic pun mengulurkan tangannya, memberikan arahan pada Te Ressa untuk memegang tangannya. Dengan ragu Te Ressa mengangkat tangannya dan kini melanjtkan menautkan tangan itu pada tangan Ben Eddic.

"Ayo kita turun," ucap Ben Eddic yang kemudian menarik lembut tangan Te Ressa untuk berdiri dan beranjak dari kamarnya. Ben Eddic dan Te Ressa pun keluar dari kamarnya, menuruni anak tangga, dan sesampainya di lantai dasar, beberapa asisten rumah tangga termasuk Mo Nica dan Gi Selle pun kaget melihat wajah Ben Eddic yang kini penuh dengan senyum tidak seperti biasanya. Ditambah Ben Eddic sedang memegang tangan Te Ressa hingga ke halaman utama dan mendekati mobil yang terparkir di halaman.

Sesampainya di dekat mobil, Ben Eddic berbalik badan, memegang kedua bahu Te Ressa, dan sedikit mencondongkan badannya hingga tubuhnya setara dengan Te Ressa.

"Te Ressa, tunggu aku pulang, ya. Aku tidak akan pulang larut malam. Dan jangan lupa buatkan aku teh chamomile itu." Ben Eddic tersenyum dan sejenak mengusap rambut bagian belakang Te Ressa.

"I-iya, Ka." Te Ressa mengangguk dan tersenyum setipis mungkin.

"Hm, aku pergi dulu." Ben Eddic mengusap kepala Te Ressa sebelum ia benar-benar masuk ke dalam mobilnya. Entah apa yang membuat Te Ressa mengangkat tangannya dan melambai-lambai pada Ben Eddic. Entah Ben Eddic melihatnya atau tidak, namun tangan itu terangkat hanya untuk melambaikan tangannya. Dan setelah mobil Ben Eddic benar-benar keluar dari halaman, Te Ressa pun kembali masuk ke dalam rumah.

***

Mo Nica begitu senang melihat Te Ressa kembali sehat dan saat ini sudah dapat berbicara. Mo Nica bahkan menangis bisa mendengar suara Te Ressa. Berbeda dengan anaknya dulu. Mo Nica termasuk dalam keluarga menengah ke bawah yang kurang mampu membeli hearing aids bahkan yang termurah sekali pun. Te Ressa tersenyum riang ketika ia mulai bisa berbicara walau pun dirinya masih terbata-bata dalam berbicara. Namun Mo Nica bahkan Ben Eddic pun senang mendengarnya.

Te Ressa lebih banyak membantu Mo Nica untuk pekerjaan asisten rumah tangganya agar Te Ressa lebih sering berbicara karena Te Ressa hanya dekat dengan Mo Nica.

Namun berbeda dengan Gi Selle yang selalu mengawasi Te Ressa. Setelah kejadian Te Ressa tenggelam dan Ben Eddic tiba-tiba datang menolongnya, Gi Selle mulai merasa semakin geram dengan kehadiran Te Ressa. Ia merasa tersingkirkan. Selama ini hanya Gi Selle dan Mo Nica yang diizinkan masuk ke dalam kamar Ben Eddic, namun sekarang dirinya dilarang dan sekarang digantikan oleh budak kecil itu. Bahkan Te Ressa tidur kamar dengan Ben Eddic.

Bisa saja nanti dirinya dan A Qilla akan bersaing untuk mendapatkan hati Ben Eddic. Namun, apakah Ben Eddic masih mengingat masa lalu mereka? Antara Ben Eddic dan Gi Selle?

Hanya mereka berdua yang tahu itu. Namun, Gi Selle masih mengingat semua masa lalu mereka.

***

Ben Eddic kini berada di kantor perusahaan milik ayahnya. Perusahaan saham dan pakaian yang Jo Nathan kembangkan sendiri. Jo Nathan meminta Ben Eddic untuk datang dan membicarakan hal penting yang sudah Jo Nathan bicarakan sebelumnya.

Tidak hanya di rumah atau di perusahaannya sendiri, namun di perusahaan ayahnya, Ben Eddic memang terkenal dengan penuh kharisma dan ketampanannya. Ben Eddic terlihat dingin menawan namun terkesan sexy arogant itulah yang bisa digambarkan dari Ben Eddic.

Beberapa karyawan wanita bahkan pria pun terkaget-kaget melihat kehadiran Ben Eddic di perusahaan Jo Nathan. Perlu diingatkan bahwa Ben Eddic memang sangat jarang berkunjung ke perusahaan Jo Nathan karena ia pun bahkan lebih sibuk daripada Jo Nathan sendiri. Banyak karyawan wanita di sana yang mengidolakan dan menahan teriakannya ketika Ben Eddic dengan segala kharisma yang ia miliki, masuk ke dalam perusahaan ayah kandungnya itu.

Setelah sampai di depan ruangan, tanpa basa-basi Ben Eddic langsung masuk dan mendapati Jo Nathan tengah menandatangani beberapa dokumen bersama sekretarisnya.

"Oh? Ben Eddic, kau sudah datang rupanya," ucap Jo Nathan yang kemudian memberikan dokumen itu pada sekretarisnya dan setelah itu sekretarisnya pun meninggalkan ruangannya.

"Apa yang ingin appa bicarakan? Jangan basa-basi, ada banyak yang perlu aku kerjakan," ucap Ben Eddic yang memasukkan kedua tangannya pada kedua sisi saku celanannya dan berdiri di hadapan Jo Nathan yang terhalangi oleh meja kerja.

Jo Nathan menghela napasnya. Ia sangat mengenal Ben Eddic yang berbeda dari Ben Eddic yang dulu.

"Begini Ben Eddic, aku ingin mengatakan kalau aku ingin ....

.... ingin menikah lagi. Dan aku sudah memiliki calon ibu baru untukmu," ucap Jo Nathan yang sedikit merasa ketakutan dengan reaksi anaknya itu.

Mata Ben Eddic terbelalak dan membulat ketika mendengar hal itu. Ibu baru? Hell.

"Apa maksudmu kau ingin menikah lagi? Kau sudah gila? Aku jelas tidak setuju, Sial!" Ben Eddic geram saat ini. Ia memukul meja kerja Jo Nathan dan menatap Jo Nathan lekat-lekat.

"Ben Eddic, tenanglah dulu. Aku menikah lagi, karena aku merasa kau membutuhkan seorang ibu untuk ---"

"Untuk apa? Umurku sudah 30 tahun. Pa. Aku bisa mengurus diriku sendiri! Ini semua salahmu juga karena kau! Semua karena kau! Karena kau ... ibu lari dari rumah! What is jerk are you!"

"Jo Nathan~" suara seseorang memanggil.