Chereads / Gadis Bisu: Jerat CEO BDSM / Chapter 17 - ULAR PENGGANGGU

Chapter 17 - ULAR PENGGANGGU

"Gi Selle, nyalakan karbon pembersih kolam renangnya,"ucap A Qilla yang melongokan kepalanya ke bawah balkon. Tepat di balkon adalah kolam renang. Kolam renang dimana Te Ressa pernah tenggelam.

"Menyalakannya ...? Untuk apa, Nona?"

"Aku ingin anak tuli ingin kita lempar ke kolam renang! Sekarang. Jadi cepat nyalakan karbon pembersihnya."

Ha Na dan Ba Rack menganga dan tak percaya dengan perkataan A Qilla barusan. Melempar Te Ressa dari lantai 3 ke kolam renang ... Yang benar saja. Ini bukan acara olahraga tapi penyiksaan.

"SEKARANG GI SELLE! KENAPA DIAM!"

"I-iyaa, N-nona!" Gi Selle yang sebenarnya juga agak ngeri dengan apa yang diperintahkan A Qilla itu, namun ia tetap bergegas keluar kamar Ben Eddic dan turun untuk menyalakan karbon pembersih kolam renang itu.

"Dan kalian berdua, bantu aku mengangkat anak ini dan melemparnya setelah karbon pembersih itu menyala!" Ha Na dan Ba Rack hanya mengangguk dan mengiyakan perkataan A Qilla.

***

Di satu sisi ....

Ben Eddic menyetir mobilnya seperti orang kesetanan. Ia bahkan nekad menerobos lampu merah, hampir menabrak mobil dan pengguna jalan. Bahkan ia nekad meninggalkan meeting yang sangat penting demi seorang asisten rumah tangganya.

"Te Ressa Graham!" Lama perjalanannya ditempuh kurang lebih 1 jam. Namun Ben Eddic ingin mengikis waktu itu menjadi lebih cepat. Ia tidak peduli jika ada mobil polisi yang mengejarnya karena menerobos lampu merah atau orang yang berteriak karena kegilaannya dalam berkendara.

Ben Eddic tidak peduli. Yang ada di dalam pikirannya hanyalah bagaimana caranya ia cepat sampai di rumah dan melihat keadaan gadis mungil penenang hatinya itu.

***

Karbon pembersih kolam renang pun telah menyala. Gi Selle yang berada di dekat kolam renang memberikan tanda bahwa karbon pembersih itu telah benar-benar menyala. A Qilla tersenyum miring dan kemudian menyuruh Ha Na dan Ba Rack untuk mengangkat tubuh Te Ressa dan bersiap untuk melemparnya ke kolam renang yang berada di bawah balkon itu.

Setelah mengangkat tubuh Te Ressa yang sudah lemah tanpa perlawanan itu, Ha Na, Ba Rack dan A Qilla pun langsung melempar tubuh Te Ressa dan ....

BYURR!

Tubuh Te Ressa melayang ke udara, dan berakhir masuk ke dalam kolam renang. Mo Nica melihat itu dari dalam rumah. Wanita paruh baya itu hanya bisa menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Ia menangis di sana. Te Ressa berusaha untuk berteriak namun alhasil ia gagal. Tubuhnya terkoyak dan tubuhnya sudah tak sanggup untuk menahan beban di dalam air ditambah dengan penyemprotan karbon pembersih itu begitu kuat, lengkap dengan Te Ressa yang tidak bisa berenang.

Perlahan tangan Te Ressa yang mengepakkan air, berusaha menyelamatkan dirinya, menjadi tenang. Namujn apa gunanya, kini tubuhnya malah hanyut hingga ke dasar kolam renang.

"TE RESSA ... TE RESSA ... TE RESSA GRAHAM!" Mo Nica pun bergegas keluar rumah dan melihat samar tubuh Te Ressa dari kejauhan yang telah hanyut seperti mayat. Namun keempat pelaku itu hanya tertawa di sana.

Mobil Ben Eddic baru saja memasuki halaman rumah. Tanpa babibu, ia langsung turun dari mobil dan bahkan berlari memasuki rumah. Ketika ia masuk ke dalam rumah, ia mendapati A Qilla yang tengah turun dari tangga dengan gelak tawanya bersama Ha Na dan Ba Rack.

"Dimana Te Ressa?"

"Oh? Ben Eddic ...? Kau sudah pulang, Sayang?" A Qilla langsung mempercepat langkahnya dan merengkuh tubuh prianya itu. Namun Ben Eddic segera mendorong dan berteriak di sana.

"AKU TANYA DI MANA TE RESSA? KALAU DI ANTARA KALIAN TIDAK ADA YANG MENJAWAB, AKAN AKU PECAT KALIAN SEMUA!"

"T-tuan Ben Eddic!" suara isak tangis Mo Nica masuk ke dalam telinga Ben Eddic. "Te Ressa tenggelam di kolam renang!"

Mata Ben Eddic terbelalak dan membulat. Tanpa banyak bicara, Ben Eddic langsung bergegas menuju kolam renang dan didapatinya karbon pembersih itu masih menyala. Ben Eddic pun melepaskan kemejanya dan menyuruh Mo Nica untuk mematikan karbon pembersih itu.

Ben Eddic melompat dan berenang mencari keberadaan Te Ressa. Dan didapatinya Te Ressa berada di dasar kolam renang yang kedalamannya mencapai 3-4 meter. Ben Eddic menarik baju Te Ressa, membawanya ke permukaan dan mengangkat Te Ressa ke tepi kolam renang.

Ben Eddic bahkan tidak bisa berkata apapun ketika melihat mata indah itu terpejam, luka lebam di wajahnya dan darah di telinganya.

"Oh Tuhan, tidak tidak tidak tidak. Jangan ambil dia!" Ben Eddic menekan-nekan dada Te Ressa berusaha mengeluarkan air dari paru-paru gadis itu. Namun usahanya tak berhasil. "MO NICA! CEPAT TELEPON DOKTER ED RIAN, SEKARANG!" teriak Ben Eddic dan Mo Nica pun segera bertindak cepat. Ben Eddic kalap dan bahkan rasanya ia ingin marah pada siapapun yang melakukan ini.

Diangkat dan digendongnya tubuh Te Ressa masuk ke dalam rumah. Dalam keadaan baju yang basah, Ben Eddic tidak peduli itu.

"Ben Eddic! Kau peduli pada anak cacat itu? Apa kau sudah buta? Kau hanya peduli dengannya? Dia hanya pembantu, Ben. Jadi karena pembantu itu kau sering menghindariku? Kau tidak mencintaiku lagi?" ucap A Qilla yang kesal ketika Ben Eddic akan membawa Te Ressa ke kamarnya.

Ben Eddic pun menoleh dan menatap A Qilla begitu tajam seakan Ben Eddic akan membunuhnya hari ini juga.

"Tahu apa kau soal cinta? Bahkan sampai sekarang pun aku tidak pernah mengerti apa itu cinta. Mengerti diri sendiriku pun aku sulit ... apalagi harus mengerti cinta. Aku menghindarimu, karena aku sudah tahu semua akal busukmu. Kau mendekatiku karena hanya ingin bercinta dan uangku. Jadi sebaiknya kau pergi dari sini atau kau tidak akan pernah melihatku, ULAR PENGGANGGU!" ucap Ben Eddic sarkas. Ia pun langsung meninggalkan wanita ular itu dan beranjak menaiki tangga.

Ben Eddic membawa Te Ressa ke kamarnya dan kemudian membaringkannya di atas kasur. Ia berinisiatif untuk mengambil handuk yang dibasahi air hangat dari shower. Setelah itu, Ben Eddic pun kembali dan melepaskan pakaian basah Te Ressa, menempelkan handuk hangat itu di atas keningnya dan memberikan selimut untuk menutupi badannya.

Ben Eddic bahkan menempelkan jari-jemarinya di leher Te Ressa mencoba untuk mendeteksi denyut jantung Te Ressa.

Lemah!

Lemah!

Dan terkadang tidak terasa adanya denyut jantung.

"Oh Tuhan, kumohon jangan ambil dia. Aku tahu aku ini kejam dan tidak serius ketika menyayangi seseorang. Kumohon kembalikan dia. Aku tahu Engkau yang mengirimkannya untukku. Aku masih ingin melihat mata birunya, buatlah ia membuka matanya. Juga ... aku belum pernah mendengar suaranya!"

Tuhan!

Apa itu cinta?

Tolong jelaskan padaku

Aku tidak pernah mengerti artinya. Aku tahu cinta itu manis tetapi mengapa rasanya menyakitkan? Bisakah aku mati saja sekarang? Aku tidak ingin hidup.