Te Ressa saat ini berada di halaman belakang rumah kediaman keluarga Klein memberi makan pada little puppy milik Tuan Muda Ben Eddic Klein. Bagi asisten rumah tangga yang lain, sebagai asisten rumah tangga yang baru, pekerjaan yang diberikan terlalu ringan dan bahkan tidak menguras tenaganya.
Kebanyakan asisten rumah tangga itu iri melihat Te Ressa seperti di-anak-emas-kan oleh Mo Nica. Hingga tak jarang di antara asisten rumah tangga merencanakan beberapa jebakan untuk Te Ressa agar Te Ressa dapat keluar dari rumah mewah dan megah itu.
Selagi Te Ressa masih sibuk memberi makan dan memberikan kandang anak doggy itu, seorang pelayan bernama Mi Riam menghampiri Te Ressa dengan sedikit menendang kaki Te Ressa membuat Te Ressa mengaduh dan segera berdiri. Tanpa banyak bicara, Mi Riam segera memberikan selembar kertas membuat Te Ressa membuka lembaran kertas itu dan membacanya. Mendapati apa yang dimau, Mi Riam akhirnya melenggang pergi tanpa mengatakan apapun.
[Bersihkan kamar mandi Tuan Muda Ben Eddic, jangan lupa rapikan kasurnya, siapkan baju tidurnya, pel lantai kamarnya yang masih tersisa darah dan jangan lupa tinggalkan kamar sebelum jam 10 malam.]
***
Te Ressa merasa kepalanya diserang oleh beribu jarum di kepalanya dengan membawa teh chamomile ketika ia masuk ke kamar pribadi Ben Eddic dengan lantai yang masih tersisa darah bekas cambukan dan amukan Ben Eddic pada seorang wanita yang ia lihat kemarin.
Kamar Ben Eddic? Tidak lepas dari kata megah dan mewah dengan lantai marmer, gorden cream, kasur springbed king size dengan sprei merah maroon, TV LCD 25 inch, kamar mandi yang luas dengan bath tub, shower lengkap dengan lemari handuk dan bathrobe serta perlengkapan mandinya. Ia bahkan tidak tahu, jika dirinya sudah masuk dalam jebakan yang dibuat oleh asisten rumah tangga seniornya.
Tentunya, gadis imut itu tidak tahu jika Ben Eddic melarang asisten rumah tangga kecuali kepala asisten rumah tangga untuk masuk ke dalam kamarnya. Dan saat ini sudah pukul 20.00 dan Ben Eddic juga belum pulang kecuali Jo Nathan Klein yang sudah pulang sejam yang lalu.
Te Ressa berusaha menahan rasa sakit di kepalanya dengan mulai mengerjakan tugasnya. Te Ressa mengira bahwa pekerjaannya saat ini adalah perintah dari Bibi Mo Nica pada asisten rumah tangga seniornya yang kemudian pesan itu sampai padanya.
Setelah selesai dengan lantai yang telah mengkilap, Te Ressa beralih untuk merapikan kasur pribadi Ben Eddic. Sprei kasur dan selimutnya terasa lembut di tangan Te Ressa bahkan dalam hati Te Ressa, ia sangat ingin berbaring di atas kasur itu walaupun hanya sebentar. Namun ia mengingat waktu yang diberikan. Ia harus keluar dari kamar Ben Eddic sebelum Ben Eddic pulang jam 10 malam.
Setelah selesai, Te Ressa segera beralih pada lemari baju Ben Eddic yang terdapat dalam sebuah lorong khusus. Te Ressa masuk menelurusi lorong yang cukup lebar itu dan ....
WOW
Mata Te Ressa mengedarkan bola matanya ke setiap sudut ruangan itu. Walaupun seluruh lorong dan ruangan itu hanya berisikan pakaian-pakaian Ben Eddic namun itu sangatlah elegant untuk seorang pria seperti Ben Eddic.
Te Ressa kembali mengedarkan matanya dan lemari lain pun tertangkap oleh indera penglihatannya.
Yah lemari pakaian lagi.
Namun dalam lemari itu semua terlihat casual dan elegant. Te Ressa bahkan mengingat Ben Eddic body shape. Dada bidangnya, perutnya yang berotot, dan ... ah sudahlah. Te Ressa menggelengkan kepalanya dan kembali mengedarkan matanya ke sudut lain.
Lemari lagi.
Te Ressa mendekati lemari itu dan meneliti satu per satu pakaian Ben Eddic dan ....
Ada pakaian wanita dan beberapa high heels di sana. Te Ressa berpikir bahwa mungkin pakaian dan heels itu milik wanita kemarin yang Ben Eddic hajar habis-habisan. Namun tidak berpikir panjang. Te Ressa segera mengambil baju tidur Ben Eddic dan keluar dari ruangan itu.
Te Ressa menaruh pakaian tidur Ben Eddic di atas kasur yang tadi ia rapikan. Setelahnya, Te Ressa segera beralih ke kamar mandi pribadi milik Ben Eddic.
Wangi semerbak kamar mandi itu langsung menyambut indera aromanya. Wangi yang sangat kental dengan wangi cologne para pria berstatus tinggi yang tidak membeli parfum dengan harga murahan. Te Ressa yakin parfum pakaian Ben Eddic bisa mencapai 20 juta sekali beli.
Setelah beberapa menit mengagumi betapa mewahnya kamar mandi itu, Te Ressa pun segera melanjutkan pekerjaannya membersihkan dan merapikan setiap barang yang ada di dalam kamar mandi termasuk lemari handuk bathrobe dan tentunya ... celana dalam Ben Eddic.
Baiklah, Te Ressa telah kelelahan saat ini. Ia benar-benar kelelahan. Kamar mandi itu cukup luas bahkan setiap inchi-nya pun Te Ressa harus membersihkannya. Waktu telah menunjukkan pukul 21.30 Te Ressa juga belum menyelesaikan pekerjaannya yang saat ini tengah membersihkan bathup dan mengisi air hangat di dalamnya.
***
Ben Eddic yang baru saja turun dari mobil sedannya, langsung melonggarkan dasinya, membuka 2 kancing teratas, menarik lengan kemejanya hingga batas siku dan mengacak rambutnya frustasi.
Ya Ben Eddic semakin frustasi saat ini. Hampir gila? Maybe
Rival bisnisnya. Matt Hew kembali mengancamnya dan bahkan memintanya untuk bersaing dan A Qilla sebagai hadiahnya. Atau mungkin bisa lebih dari sekedar memiliki A Qilla.
Entah ke berapa kalinya Ben Eddic menghela napasnya. Ia lelah bahkan terlalu lelah untuk hari ini. Tenaga hampir habis setelah kemarin malam hampir menghabisi nyawa wanitanya.
Ben Eddic masuk ke rumah megahnya itu tanpa menghiraukan asisten rumah tangganya yang menyambutnya bahkan ia tidak menghiraunya panggilan Jo Nathan yang sedari tadi memanggilnya. Ia terus berjalan hingga tepat berdiri di depan kamarnya.
Tanpa aba-aba, Ben Eddic membuka pintu kamarnya dan ....
"Aroma ini? Chamomile?" Ben Eddic masuk dan segera menutup pintunya. Ben Eddic mengerutkan keningnya dan melihat jam tangannya. Masih jam 10 malam dan mata Ben Eddic seketika melihat lantai kamarnya yang benar-benar bersih tanpa noda darah setitikpun.
Kasur? Kasurnya sudah rapi bahkan pakaian tidurnya telah siap. Ben Eddic bingung.
"Siapa yang masuk? Aku tidak mengizinkan siapapun masuk ke kamarku. Bahkan ayah pun aku melarangnya," ucap Ben Eddic bermonolog dengan melepaskan kemejanya dan celananya. Ben Eddic hanya menggunakan celana dalamnya saja.
Ben Eddic tidak tahu jika ada sosok lain dalam kamarnya. Ben Eddic mengambil handuk kecil yang tersampir di tepi kasurnya. Saat Ben Eddic tengah melap keringat di tubuhnya, Te Ressa yang baru selesai dengan pekerjaannya pun, tersentak ketika melihat pemandangan di hadapannya.
Oh No Film Dewasa