Rey masih memandangi wajah lelap kekasih hatinya yang masih tertidur akbiat ulahnya. Padahal tadi mereka sudah bangun, tapi Rey kembali melakukan pergulatan di pagi hari.
Kecantikan Ariela dan cara Ariela memuaskannya membuat Rey menjadi candu. Bukan hanya candu pada bibir manis Ariela saja. Tapi Rey sudah candu pada semua yang ada di tubuh wanita yang sudah mampu memikat hatinya.
"Sudah bangun?" tanya Rey saat melihat Ariela duduk sambil menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya.
Ariela memejamkan kedua matanya lalu mengangguk. Rasanya ia masih terlalu malas melakukan kegiatan hari ini. Andai saja ia berada di rumah sendiri. Sudah dipastikan, Ariela memilih tidak bangun saja. Tapi mengingat ia berada di rumah Rey dan tanpa busana. Maka lebih baik Ariela mengurungkan niatnya. Ia tidak ingin tubuhnya dimakan lagi oleh pria mesum itu.
"Mandi dulu habis itu makan. Sejak tadi pagi kamu belum makan."
"Hmmm, iya." Padahal dia sendiri yang buat aku jadi seperti ini. Kalau saja dia bisa menahannya, maka aku tidak akan merasakan lapar seperti ini. Ah, rasanya tubuhku ini sebentar lagi akan hancur. Kenapa sakit sekali, batin Ariela.
Rey ingin sekali tertawa saat melihat cara jalan Ariela yang seperti robot. Ia ingin menggendongnya dan membawanya ke kamar mandi. Tapi nanti pasti Ariela akan marah padanya.
Ariela menyentuh meja westafel. Ia menatap dirinya di cermin, memerhatikan wajahnya yang terlihat sedikit pucat. Kedua bawah matanya juga sedikit menghitam. Dan banyak jejak yang ditinggalkan Rey di beberapa titik tubuhnya.
Ariela membuang napasnya dengan kasar. Ia akhirnya memutuskan untuk membersihkan diri saja. Rasanya bisa gila jika lama-lama di rumah mewah ini.
Ariela jadi membayangkan, bagaimana jika ia menerima tawaran Rey untuk menikah dengan pria itu? Ah, rasanya aku harus siap tubuhku habis dimangsa olehnya.
Tak perlu menghabiskan waktu lama untuk berada di dalam kamar mandi. Ariela membilas tubuhnya hingga bersih.
Ariela keluar dari dalam kamar mandi dengan menggunakan jubah mandinya. Ia lupa membawa pakaian gantinya. Dan Ariela melihat sebuah paper bag ada di atas meja.
"Pakailah," ucap Rey sambil memberikan paper bag tersebut.
Ariela tidak menolaknya. Ia merasa sangat tidak enak jika harus menerima barang dari Rey. Bukan ingin menolaknya, hanya saja. Ariela berpikir jika ia sudah dibayar oleh Rey. Dan sepertinya Rey tidak perlu membelikannya barang laigi seperti ini.
Tapi Ariela juga tidak bisa menolaknya. Tidak mungkin di siang hari ia menggunakan pakaian seksi seperti itu. Apa lagi, Rey selalu mengantarnya sampai ke rumah bukan ke club.
Setelah mempercantik diri. Ariela keluar dari kamar mandi. Rey sedikit memiringkan tubuhnya, memandangi cantiknya wanita pujaannya hari ini.
Pakaian yang dikenakan Ariela sangat cocok. Ia terlihat sangat cantik.
Kemeja putih lengan panjang dan rok berwarna pink menjadi pilihan Rey. Ariela sangat berbeda saat menggunakan pakaian itu.
Ariela mengernyitkan dahinya. "Ada apa?"
"Mmm, tidak. Kamu cantik pakai baju itu. Wajah Ariela langsung bersemu merah. Biar bagaimana pun ia adalah wanita normal. Yang namanya seorang wanita jika dipuji. Sudah pasti hatinya akan berbunga-bunga. Tapi dengan cepat Ariela menetralkan raut wajahnya.
"Terima kasih atas pujiannya."
Rey berdiri, mendekati Ariela yang sudah duduk di bangku dekat kaca jendela. Di meja tersebut sudah tersaji menu sarapan untuk Ariela.
"Kamu tidak makan?"
"Aku sudah makan, habiskanlah."
Rey mengambil kopi yang ada di atas meja, ia menyesapnya. Rey terus memerhatikan wanita yang ada di hadapannya. Setiap gerakan yang dilakukan wanita tersebut, Rey terus menatapnya.
Ariela jadi merasa aneh saat Rey terus memandangi wajahnya. Ia jadi seperti tawanan saja. Padahal ia sedang makan, mana enak orang makan dilihatin terus.
"Jadi bagaimana?" tanya Rey usai melihat Ariela menghabiskan sarapannya.
Rey rasa sudah waktunya ia mempertanyakannya. Rey tidak ingin setiap hari harus mendatangi club tersebut. Bukannya ia tidak mau, jika Ariela kembali ke club tersebut, sudah pasti akan ada banyak pria yang akan mengantri untuk bisa mendekatinya. Dan untungnya, Rey selalu datang lebih awal. Bahkan ia rela menunggu sebelum jam club buka.
Ariela tahu dan sadar, akan ada tiba waktunya Rey mempertanyakan jawabannya. Sejak awal, Ariela terus menghindarinya. Wanita itu masih belum siap dengan semua yang diinginkan oleh Rey.
Baru saja Ariela ingin membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Rey. Ponselnya berdering.
Rey dan Ariela langsung menatap ponsel tersebut.
Ariela menatap layar ponselnya dengan dahi berkerut. Jika seseorang yang menghubunginya dari rumah, sudah pasti terjadi sesuatu di rumah.
"Ya, Bi. Ada apa?" tanya Ariela.
Ariela tersentak kaget saat mendengar apa yang diucapkan dari sambungan telepon tersebut. Tangan Ariela jadi terasa lemas, ponsel yang ada di tangannya sampai terjatuh. Untung saja, Rey dengan sigap mengambil ponsel tersebut. Jika tidak, maka ponsel Ariela bisa hancur.
"Ada apa?" tanya Rey sambil mengguncang kedua bahu Ariela.
"Rey, tolong antarkan aku ke rumah sakit," ucap Ariela dengan mata berkaca-kaca.
Rey mengangguk lalu mereka berdua bergegas meninggalkan kamar. Ariela terlihat sangat gelisah sekali. Wanita itu tidak baik-baik saja. Ia seperti habis tersambar petir saat mendengar ucapan dari Bibi yang sudah menjaga ibunya.
"Ariela, ada apa?" tanya Rey lembut saat mereka sudah berada di dalam mobil. Kali ini Rey menggunakan sopir. Ia tidak bisa membiarkan wanitanya terlihat sedih dan gelisah seperti ini. Rey harus bisa menjadi penenang dan ia juga bersedia menjadi tempat bersandar Ariela saat ini.
Ariela menitikan air matanya. Rey bisa melihatnya, ia bisa merasakan bagaimana sedihnya menjadi Ariela saat ini.
Rey sudah mengirimkan pesan ke anak buahnya yang berjaga di sekitar kediaman keluarga Ariela.
Rey sudah tahu apa yang terjadi saat ia mendapatkan pesan dari anak buahnya.
Rey merasa kasihan dengan ibunya Ariela dan yang pasti sebagai anak, Ariela akan merasakan sakit yang luar bias ajika melihat kondisi ibunya tidak baik-baik saja.
"Rey, apa Ibu akan baik-baik saja?" tanya Ariela lirih.
"Beliau akan baik-baik saja. Dia wanita yang sangat kuat. Kamu jangan menangis," ucap Rey lalu ia menarik tubuh Ariela ke dalam dekapannya.
Ariela semakin menjadi-jadi. Tangisannya langsung pecah. Bersama dengan Rey, Ariela merasakan ketenangan yang tak pernah ia dapatkan sebelumnya, bersama dengan Rey. Ariela seperti mendapatkan sebuah kekuatan yang tak bisa ia dapatkan.
Rey memang pria yang berbeda dari banyak pria yang Ariela temui. Bukan karena tawarannya. Tapi karena sikap perhatiannya, sekecil apa pun permasalahannya. Rey akan selalu ada di samping Ariela.
Rey tidak pernah menenangkan wanita sebelumnya, jadi yang bisa ia lakukan adalah terus mengusap punggung Ariela. Rey memang bodoh soal cinta. Tapi, ia akan berusaha belajar mencintai Ariela dengan tulus. Dan menerima segala kekurangan dari wanitanya itu.
Rey berjanji pada dirinya sendiri kalau ia akan selalu menjadi bayang-bayang Ariela.
Bersambung