Elnara Balqis seorang kupu-kupu malam no satu di Negara A. Wajahnya yang sangat cantik, tubuhnya yang mulus dan rambut panjang yang indah bak seorang bidadari surga yang turun di bumi. Semua lelaki memujanya, semua yang melihatnya akan tergoda. Siapa yang tak ingin mengencaninya meski harus merogoh kocek dalam-dalam. Tarif yang sangat fantastis tiap jamnya hanya kaum beruang yang mampu membawanya ke ranjang untuk memuaskan nafsu sang perkasa.
Elnara yang kini berusia 23 tahun sudah meraih kesuksesaannya sebagai kupu-kupu malam berkelas. Rumah, apartemen, mobil mewah, berlian, barang-barang branded seperti tas, baju, sepatu dan jam tangan berserta perhiasan lainnya telah dimilikinya. Hidupnya bergelimang harta, bagaimana tidak tarif 200 juta perjam yang dibandrolnya membuat dia kaya. Elnara bekerja pada seorang mucikari bernama Mamy Desi. Setiap ada job untuknya, Mamy Desi akan memanggilnya. Hanya klien berkelas yang bisa berjumpa dan tidur dengannya. Penjabat, konglomerat, mafia, dan pebisnis selalu jadi kliennya.
Malam itu Elnara dipanggil Mamy Desi ke rumah bordil. Dia belum tahu kenapa tiba-tiba sang mucikari memintanya datang ke rumah bordil, padahal biasanya hanya via telpon saja mucikari memberinya klien dan menjelaskan latarbelakang kliennya tapi malam itu Mamy Desi tidak berkata apapun lagi selain menyuruhnya datang ke rumah bordil.
Sampai di rumah bordil, Elnara berjalan masuk ke dalam. Semua mata terbelalak melihat kecantikan dan keindahan sang bidadari yang hanya dibalut dress minim dan tipis. Mata-mata penuh gairah menatapnya dengan penuh ambisi. Mereka tak sanggup menahan keinginan saat sang bidadari melewatinya tapi apa daya, sang bidadari tak bisa dikencani sembarangan orang. Hanya lelaki kaya raya yang mampu menikmati kecantikan dan keindahan itu. Mereka hanya bisa melihat dan menelan ludahnya berkali-kali saat melihatnya.
Elnara masuk ke ruangan kerja Mamy Desi. Terlihat sang mucikari sedang duduk di sofa dengan sombongnya sambil dipijati kedua kupu-kupu malam yang ada di samping kanan dan kirinya. Elnara duduk di sofa depan Mamy Desi.
"Mamy kenapa malam begini kau memanggilku kemari? apa ada klien untukku?"
"Ada, kau harus datang ke sebuah rumah mewah di pinggiran kota."
"Rumah mewah di pinggiran kota? memangnya seperti apa klienku?"
"Datang saja, nanti kau akan tahu."
Elnara terdiam memikirkan ucapan Mamy Desi. Tak biasanya sang mucikari tidak memberitahu seperti apa klien yang akan diservis olehnya.
"Apa dia seorang konglomerat?"
"Yang jelas malam ini klienmu sedang mengadakan pesta besar, dan kau harus memberikan hiburan untuk pesta itu."
"Oke."
Tanpa banyak bertanya Elnara langsung menyanggupinya walaupun ada rasa penasaran yang teramat dalam tentang kliennya kali ini tapi Elnara berusaha profesional. Dia tahu Mamy Desi sangat mengerti klien untuk dirinya.
Elnara pergi ke pinggiran kota diantar supir pribadinya. Dia duduk dengan nyaman di kursi belakang sambil berdandan. Setiap mendapat klein, Elnara selalu berusaha tampil sempurna biar kliennya puas. Hanya saja dia masih memikirkan kliennya kali ini. Mamy Desi tidak memberitahu siapa kliennya. Ada rasa cemas dan penasaran yang bercampur aduk.
"Siapa ya klienku kali ini? apa dia tidak ingin diketahui identitasnya?"
Elnara semakin penasaran dan tak sabar ingin bertemu kliennya. Sepanjang jalan membayangkan sosok klien yang akan dilayaninya. Klien misterius yang membuat Elnara
terus memikirkannya.
Mobil melaju sampai di sebuah rumah besar bergaya Eropa. Rumah yang sangat megah dan mewah tapi letaknya jauh dari perumahan penduduk. Kiri dan kanan rumah itu hanya lahan perkebunan strawberry yang luas. Rumah yang sangat besar dan megah. Di dalam parkiran terdapat banyak mobil mewah berjejer, sepertinya sang tuan rumah memiliki banyak tamu. Elnara segera meminta supirnya memarkirkan mobil miliknya.
"Pak Yusep tunggu di mobil aja, nanti kalau udah selesai pasti saya nelpon."
"Baik Nona."
Elnara turun dari mobil. Matanya melihat ke sekeliling, mobil-mobil sport dan mobil mewah lainnya dari berbagai merk berjejer memenuhi parkiran. Dia yakin kliennya bukan orang sembarangan dan mungkin pesta yang diadakan adalah pesta privat yang biasa diadakan orang kaya pada umumnya. Elnara berdiri memandang ke depan.
"Besar dan megah sekali rumah ini, apa dia konglomerat atau pebisnis sukses? tadi Mamy bilang aku akan dapat 2 Milyar untuk semalaman bersama klienku ini, benar-benar sangat kaya."
Elnara tersenyum mengingat uang 2 Milyar yang akan di dapatnya malam ini. Benar-benar angka yang sangat besar untuk seorang kupu-kupu malam padahal Elnara bukan kupu-kupu malam bersegel, bahkan sudah melayani banyak klien. Mendapat bayaran fantastis membuatnya bersemangat untuk masuk ke dalam rumah besar itu.
Elnara melangkah menuju pintu utama. Di depan pintu dua orang bertubuh kekar berjaga. Mereka menghentikan langkah Elnara dan memberinya beberapa pertanyaan.
"Siapa nama Nona?"
"Elnara Balqis."
"Tunjukan kartu izin masuknya!"
"Iya, sebentar."
Elnara membuka tas miliknya, mengambil sebuah kartu pemberian Mamy Desi. Dia menunjukkan kartu itu pada kedua lelaki bertubuh kekar.
"Oke, silahkan masuk!"
Elnara mengangguk. Dia masuk ke dalam rumah. Suasana ramai terdengar ricuh. Alunan musik diskotik dan lampu berkelap kelip menerangi ruangan utama rumah itu. Satu hal yang membuatnya merasa aneh adalah semua tamu hanya lelaki. Dia berdiri di tengah ruangan, semua mata melihat ke arahnya.
"Kenapa tak ada seorang wanitapun di ruangan ini?" batin Elnara.
Semua lelaki yang dilihatnya berpasangan layaknya kekasih. Elnara merasa aneh berada di tengah-tengah mereka. Lelaki-lelaki tampan yang membuatnya tercengang. Berdansa, berpelukan dan bermesraan sesama kaum Adam.
"Ini pesta apaan?" batin Elnara.
Elnara mulai dihinggapi rasa takut dan cemas. Dia merasa berada di tempat terasing. Dia tak tahu apa tujuannya berada di tempat itu. Apa ini sebuah permainan yang akan memalukannya atau Elnara akan jadi bulan-bulanan masal.
Prook ...prook ... prook ...
Suara tepukan tangan memecah ketegangan yang terpaku dalam diam. Mata Elnara menoleh ke arah tepukan tangan itu. Sesosok lelaki tampan berkacamata duduk di sofa melihat ke arahnya. Jantung Elnara berdebar tak karuan, ini pertama kali untuknya berada di situasi yang membingunkan. Pantas Mamy Desi tak memberitahu siapa kliennya ternyata inilah penyebabnya.
"Nona pemuas nafsu kemarilah, kita mulai permainannya."
Deg
"Permainan?" batin Elnara.
Permainan seperti apa yang akan dimainkan seorang wanita di antara banyak lelaki, bahkan hanya Elnara wanita yang ada di ruangan itu.