Ariela tidak bisa tidur. Ia bangun dengan hati-hati karena tidak ingin mengganggu tidur ibunya.
Ariela turun dari ranjang tidurnya. Ia keluar dari dalam kamar lalu menuju dapur. Biasanya, jika tidak bisa tidur. Ariela akan membuat minuman hangat untuk menemani malamnya.
Ariela membawa minumannya ke ruang keluarga. Ia duduk sambil menaikkan kedua kakinya.
Ariela menyalakan televisinya lalu ia menyesap lagi teh hijau yang dibuatnya.
Ariela mulai merasakan hangat. Dan pikirannya mulai sedikit tenang walau sebenarnya ia sendiri masih memikirkan jawaban yang harus ia berikan pada Rey.
Ariela mendesah. Ia sedang berpikir jika dirinya tidak mengenal Rey dengan baik. Pria itu tidak bisa ditebak sama sekali. Kadang terlihat manis dan kadang terlihat sangat dingin.
Ariela sendiri belum bisa menilai bagaimana pria itu. Tapi, ibunya sudah memintanya untuk memikirkan apa yang sudah diucapkan oleh Rey.
"Dia licik sekali, bisa-bisanya dia berbicara langsung dengan Ibu," gumam Ariela yang jadi semakin kesal dengan Rey karena ia menggunakan rencana licik ini.
Ariela menyesap tehnya lagi. Ia tidak ingin memikirkannya tapi setiap ucapan yang tadi Rey bicarakan terus mulai menghantui pikirannya.
Jika boleh memilih. Ariela ingin semua keadaan baik-baik saja tanpa adanya bantuan dari luar. Ia ingin mengusahakannya seorang diri.
Tapi Ariela sadar diri, kondisinya yang tidak memungkinkan. Pendidikannya yang rendah membuatnya harus menerima pekerjaan terkutuk ini.
Ariela benar-benar tidak mengerti kenapa ia memiliki kehidupan yang seperti ini.
Ariela tersadar dari lamunannya. Ia mencoba memejamkan kedua matanya. Mengatur emosinya saat mengingat nama Rey yang selalu saja maunya menang sendiri.
Di sisi lain.
Rey sedang tersenyum dengan penuh kemenangan. Ia yakin kalau saat ini pasti Ariela belum tidur karena memikirkan ucapannya. Ternyata rencana menemui ibunya Ariela sungguh membuatnya merasa sedikit terbantu.
Rey yakin jika Elise pasti akan mengucapkan kata bijak untuk putrinya. Ia bisa melihat ketulusan yang diucapkan dari bibir Elise.
Saat pertama kali melihat Elise. Rey seperti melihat sosok ibunya. Andaikan saja wanita yang melahirkannya ada di sisinya saat ini, betapa bahagianya ia saat ini. Sayangnya Cornelia—ibunya Rey. Harus menetap di negara lain bersama dengan ayahnya.
Rey mengambil minuman beralkohol. Ia menenggaknya lalu menatap ponselnya. Sudut bibirnya langsung terbit saat melihat foto Ariela yang sedang tidur terpampang di layar ponselnya.
Diam-diam saat mereka bercinta. Rey mengambil foto cantik Ariela. Ia sangat suka dengan Ariela. Mau dalam pose apa saja. Wanita itu nampak menawan. Tidak bosan jika di lihat terus menerus.
Rey merasa dirinya sudah gila, kehadiran Ariela mampu merubah kehidupannya. Padahal mereka beru bertemu beberapa kali. Dan Rey semakin penasaran dengan wanita itu.
Bagaimana kehidupan sehari-hari Ariela. Rey ingin mengetahuinya. Ia ingin wanita itu menjadi tempatnya kembali di saat Rey sedang menjalankan tugasnya sebagai seorang suami.
Mimpi-mimpi yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya jelas membuatnya merasa aneh. Rey yang tidak pernah tidur dengan wanita yang sama kini ia hanya tertarik dengan satu wanita saja.
"Ariela …"
Ah, rasanya ia ingin mengukir nama wanita itu di tubuhnya. Tidak peduli jika dia dibilang gila. Nyatanya ia sangat menginginkannya.
Rey langsung memanggil anak buahnya. Pria tubuh kekar langsung datang menghampiri bosnya.
"Panggil Lena ke sini," pinta Rey.
"Baik Tuan," ucap pria itu yang langsung mengeluarkan ponselnya dan menghubungi wanita yang biasa membuat tattoo khusus untuk Rey.
Tidak peduli jam berapa Rey memintanya. Lena pasti akan datang. Bukan karena wanita itu menyukai Rey. Hanya saja, Lena sudah menganggap Rey sebagai kakaknya sendiri. Rey sudah banyak membantu kehidupannya juga keluarganya. Jadi Lena akan melakukan apa pun untuk Kakak angkatnya itu.
Rey sendiri senang bisa membantu Lena. Gadis manis itu memiliki bakat yang luar biasa. Karena kondisi ekonominya saat itu tidak memungkinkan membuat Lena jadi putus semangat. Tapi semua berkat Rey, pria itu sudah mengubah kehidupan Lena. Kini ia memiliki studio tattoo yang cukup terkenal di kota ini.
Rey menunggu kedatangan Lena. Gadis itu sudah dalam perjalanan menuju kediaman Rey.
Begitu tiba di rumah Rey. Lena menatap pria yang sedang duduk santai sambil menikmati sebotol minuman beralkohol.
"Memangnya tidak bisa besok, Kak?" tanya Lena yang terlihat mengantuk.
Rey menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku ingin malam ini. Kau buatkan sebagus mungkin di dada dan di lengan kiriku ini."
Rey menunjukkan lengannya yang masih kosong. Tidak ada tattoo di sana.
"Apa yang ingin Kakak buat?"
"Ariela."
Lena mengernyitkan dahinya. "Itu nama wanita bukan?" tanya Lena memastikan karena sejak ia kenal dengan Rey. Ia tidak pernah melihat pria itu membawa wanita.
Lena memicingkan kedua matanya. Mungkin hanya Lena yang berani dengan Rey. Walau mereka bukan saudara kandung. Tapi mereka saling menjaga satu sama lain.
"Tidak usah banyak protes. Cepat buatkan!" rengek Rey.
"Lihat, wajahnya seperti sapi kecil yang sedang mengejar susu," goda Lena.
"Kau bilang apa? Sejak kapan aku yang tampan ini disamakan dengan sapi?"
"Aku jadi penasaran, seperti apa wanita yang sudah mencuri hati pria brengsek ini?"
Rey tidak bisa marah saat melihat Lena terus menggodanya. Adik kesayangannya itu sungguh manis dan sangat baik. Makanya Rey begitu menyayanginya layaknya Adik kandungnya sendiri. Usia mereka juga terpaut jauh dan Lena sendiri tidak pernah memiliki perasaan lebih pada Rey selain hubungan saudara saja.
Rey mlihat adiknya yang sedang menyiapkan perlengkapan untuk membuat tattoo.
"Seharusnya kau datang ke kantorku. Jika seperti ini kan merepotkan!"
"Tidak usah berkomentar. Besok aku buatkan studio tattoo di rumah. Jadi kau tidak perlu membawanya lagi."
"Buang-buang uang saja. Jangan pemborosan!"
"Tidak akan, karena aku ingin menulis banyak nama Ariela di tubuhku."
"Apa dia begitu spesial? Tidak maukah Kakak mengenalkanku padanya?"
"Belum waktunya. Kau cukup belajar saja. Tidak perlu tahu urusan orang dewasa!"
"Aku bukan anak kecil yang usianya masih lima tahun lagi, Kak!"
Rey memilih diam, ia mulai menikmati ukiran yang sedang dibuat oleh Lena. Sangat cantik sekalim gadis itu cukup pandai. Rey sangat menyukainya.
"Dia pasti wanita baik. Sampai-sampai bisa meluluhkan hati Kakak."
Rey tersenyum. Ia jadi membayangkan bagaimana cantiknya wajah Ariela yang tidak pernah membosankan itu. Ah, rasanya ia jadi rindu. Sangat rindu dengan wanita yang baru saja ia temui tadi.
Cukup lama proses pembuatan tattoo-nya. Rey sendiri sampai tertidur di atas sofa. Sedangkan Lena harus menahan rasa kantuknya demi sang kakak tercintanya. Gadis kecil itu menggelengkan kepalanya saat melihat mata Rey yang sudah terpejam.
"Curang sekali, awas saja kalau besok tidak membelikanku ice cream," gerutu Lena.
"Aku mendengarnya," sahut Rey hingga membuat Lena memperlihatkan deretan giginya yang putih dan bersih itu.
Bersambung