Chereads / WANITA-MALAM / Chapter 25 - Apa Yang Terjadi?

Chapter 25 - Apa Yang Terjadi?

"Sudah selesai," ucap Lena sambil tersenyum saat melihat hasil karya seninya. Ia selalu bangga dengan apa yang sudah dibuatnya itu.

Rey bergeliat. Ia benar-benar ketiduran. Rey merasa hari ini sangat lelah. Tapi walau hanya tidur sejenak saja. Ia sudah merasakan nyenyak sekali.

"Sudah selesai?" tanya Rey dan Lena menganggukkan kepalanya.

"Terima kasih, sebagai hadiahnya kau bilang padanya. Apa saja yang diperlukan untuk membuat tattoo," ucap Rey sambil menunjuk salah satu anak buahnya dengan menggunakan dagunya.

"Kakak yakin mau buat studio tattoo di rumah?" tanya Lena memastikan.

Rey menganggukkan kepalanya. "Biar kamu tidak perlu repot-repot kalau datang ke sini. Tidak usah membawa ini semua," ucap Rey sambil menunjuk-nunjuk alat tattoo-nya itu.

"Ya sudah, nanti aku akan mengatakan padanya. Tapi Kak, aku ingin sekali bertemu dengan wanita yang bernama Ariela ini. Boleh?"

Rey menatap hasil ukiran Lena. Sangat indah dan sangat cantik, sama dengan nama yang terukir di sana. Begitu menawan sampai-sampai Rey dibuat gila oleh wanita itu.

"Nanti aku akan mengatur waktunya. Sekarang istirahatlah, bermalamlah di sini."

Lena menganggukkan kepalanya. Walau ia bukan Adik kandung Rey. Pria itu juga sudah menyiapkan kamar untuk Lena. Gadis manis itu juga sering bermalam di kediaman Rey jika sedang menginginkannya. Dan Rey tidak pernah melarangnya. Ia sudah memberikan kepercayaan sepenuhnya pada Lena.

Lena berdiri usai membereskan peralatan yang tadi digunakan.

"Aku lapar, ada mie instan nggak?" tanya Lena.

"Menurutmu?"

Lena mendengkus dengan kesal. "Itu makanan paling enak Kak, kenapa Kakak tidak menyukainya?"

"Makanan yang sangat berbahaya. Tidak bagus untuk Kesehatan!"

Lena memutar kedua bola matanya dengan acuh. "Terserah, aku lihat sendiri saja deh. Kira-kira apa yang bisa aku eksekusi!"

Rey hanya mengangguk. Ia memakai pakaiannya lagi lalu kembali ke kamarnya. Rey harus beristirahat agar besok ia bisa menemui wanita pujaannya itu.

Ah rasanya rindu ini sangat menyiksa Rey. Tapi sayangnya, pria itu sangat gengsi untuk menyarakan rindu. Ia akan menjadikan alasan lain agar bisa bertemu dengan wanita pujaannya itu.

Sedangkan di dapur. Lena membuka isi lemari pendingin. Ia menatap takjub saat melihat apa yang terisi di sana. Berbagai jenis sayuran ada di sana. Belum lagi daging dan ayam juga ada di sana. Sangat lengkap sekali.

"Supermarket pindah ke sini. Enaknya dimasak apa ya?"

Lena mengambil beberapa bahan menu makanan. Ia akan memasaknya. Siapa tahu Rey juga mau memakannya. Lagi pula sebentar lagi pagi datang. Tidak apa-apa deh jika Lena tidak tidur.

Lena mulai menyiapkan sarapan pagi untuk Rey. Nanti Lena akan meminta pelayan untuk menghangatkannya.

Lena tidak pernah dilarang jika ingin menggunakan dapur. Gadis itu sangat bebas berada di rumah ini.

Rey juga cukup suka dengan hasil masakkan adiknya itu.

Aroma masakkan mulai memenuhi ruang dapur yang cukup luas itu. Walau setengah mengantuk, tidak membuat Lena menghentikan aktivitasnya. Ia memang suka memasak.

Setelah membuat beberapa menu makanan. Lena menyiapkan lebih dulu untuk kakaknya baru ia akan menyisakan sedikit untuk dimakannya.

"Hmmm, harumnyam" gumam Lena sambil memejamkan kedua matanya.

***

Pagi-pagi sekali Rey sudah terbangun. Ia sudah rapih dengan pakaian formalnya.

"Lena belum bangun?" tanya Rey ke salah satu pelayan di rumahnya.

"Belum Tuan, sepertinya tadi malam Nona memasak untuk Anda." Pelayan itu sedikit bergetar. Ia takut melakukan kesalahan karena belum menyiapkan sarapan untuk Tuan-nya itu. Rasanya sangat mendebarkan sekali.

Rey mengangkat sebelah alisnya. "Siapkan untukku."

"Baik Tuan. Kami akan segera menyiapkannya." Pelayan itu merasa lega, ia pikir Rey akan memarahinya. Biasanya pria itu ingin semua yang dibutuhkannya itu tersedia tanpa harus ia minta. Baru kali ini juga mereka bertanya lebih dulu. Dan untungnya Rey tidak marah, ini adalah sebuah keajaiban untuk mereka.

Rey mengangguk lalu ia menuju ruang keluarga. Rey duduk lalu ia menikmati secangkir kopi panas yang memang sudah disiapkan untuknya.

Lima menit berlalu, seorang pelayan mendekati Rey.

"Tuan, sarapan paginya sudah siap."

Rey mengangguk. Ia langsung menuju ruang makan.

"Siapkan banyak makanan untuk Lena."

"Baik Tuan."

Rey mulai menyantap menu makanannya. Sudah lama juga ia tidak menikmati makanan adiknya itu. Rasanya masih sama, tidak ada yan berubah sama sekali.

Setelah sarapan, Rey bergegas pergi meninggalkan rumahnya. Ia harus pergi ke kantor pagi ini. Ada beberapa hal yang harus ia selesaikan. Termasuk mengusir para tikus yang sudah mengusik kehidupannya. Jangan berharap Rey akan diam saja. Sekali menyenggolnya. Jangan harap mereka bisa selamat.

Selama perjalanan menuju kantor. Wajah Rey kembali dingin. Ia memang memiliki sifat yang sama sekali tidak bisa ditebak. Pria itu akan menghangat jika berada di dekat orang yang disayanginya. Dan Rey akan berubah serratus delapan puluh derajat setelah ia berhadapan dengan dunianya.

Sesampainya di kantor. Security yang berjaga langsung membukakan pintu mobil Rey. Mereka membungkuk hormat pada atasan yang berkuasa itu.

Rey terlihat sangat dingin, berbeda saat ia datang bersama dengan Ariela. Masih ada sisa senyum yang terukir di wajah tampannya itu.

"Pagi ini kita ada meeting di kota X."

"Siapkan saja, sepuluh menit lagi kita berangkat."

Rey masuk ke dalam lift. Ada sesuatu yang ingin ia ambil di ruang kerjanya. Makanya Rey menunda keberangkatannya.

Rey mengambil apa yang sudah menjadi pikirannya sejak tadi malam. Ia langsung memasukkannya ke dalam saku celananya.

Rey bergegas keluar dari ruangannya lalu ia diikuti oleh sekretarisnya. Mereka berdua pergi meninggalkan kantor dengan wajah yang sangat serius. Beberapa pegawai yang melihatnya bergindik ngeri.

"Bakalan ada apa ya setelah ini?" bisik salah satu pegawai.

Di sisi lain.

Pagi-pagi sekali Ariela sudah menyiapkan sarapan untuk ibunya. Wanita itu juga melakukan pekerjaan rumah pada umumnya. Tidak ada yang ia keluhkan. Semuanya selalu dijalani dengan hati yang bahagia.

Inilah hidup yang harus dijalaninya. Walau tidak sesuai dengan keinginannya. Ariela selalu ikhlas menghadapi kehidupannya ini.

PRAANNKKK!!!

Ariela yang mendengarnya langsung membulatkan kedua matanya. Ia yang ada di halaman belakang rumahnya bergegas lari masuk ke dalam rumahnya.

"Buuuu, apa yang terjadi?"

"Maafkan Ibu, Ibu tidak sengaja menjatuhkan tehnya."

"Ibu, tidak apa-apa. Lain kali hati-hati ya. Kan Ibu juga bisa panggil aku."

"Sejak pagi kamu sudah sibuk bekerja. Ibu tidak ingin menyusahkan kamu. Kamu pasti sangat lelah."

Ariela tersenyum. "Tidak apa-apa Bu, aku sudah terbiasa melakukannya. Ibu duduk ya. Aku akan membersihkan pecahan gelasnya dulu. Dan aku akan membuatkan teh yang baru untuk Ibu."

Elise mengangguk. Ia jadi merasa sedih karena kondisinya semakin melemah. Jujur saja, Elise merasa tangannya sangat kaku dan tidak kuat saat mengangkat gelas tadi. Elise sendiri juga tidak tahu kenapa itu bisa terjadi padanya.

Elise tidak ingin membuat Ariela semakin terbebani. Sebisa mungkin, ia tetap ingin melakukan semuanya sendiri walau tidak mungkin terjadi.

Elise hanya bisa pasrah untuk saat ini. Ia tahu jika kehidupannya sudah tidak lama lagi. Tapi Elise ingin sekali bisa melihat putrinya tersenyum bahagia sebelum Tuhan memanggilnya.

Bersambung