Ariela menatap Rey yang ada di hadapannya. Ia menggigit bibir bawahnya, menatap ragu pria yang ada di depannya itu.
"Apa aku bertanya saja ya? Tapi …, dia pasti memiliki seribu alasan. Aku bisa melihatnya, apa lagi hingga detik ini. Dia masih menunggu jawaban yang belum aku berikan sejak tadi malam," ucap Ariela di dalam hatinya.
Rey menatap wanita yang ada di hadapannya. Sejak tadi Ariela terus memerhatikannya, jelas itu membuat Rey merasa bahagia.
'Apa mungkin dia sudah mulai menyukaiku? Apa dia sengaja ingin menggodaku?' Pikiran Rey mulai berkelana, ia berpikir jika Ariela sudah mulai jatuh hati padanya karena sejak tadi wanita itu terus memerhatikannya.
Rey mencoba untuk stay cool. Ia tidak ingin dibilang sebagai pria yang lemah akan perempuan. Padahal Rey sendiri juga baru kali ini merasakan sesuatu yang berbeda saat bertemu dengan Ariela.
"Mau jalan sekarang?" tanya Rey, membuyarkan lamunan Ariela.
Wanita itu menganggukkan kepalanya. "Biar aku bereskan dulu," ucap Ariela.
Rey menahan tangan Ariela. "Tidak, kamu tidak usah membersihkannya. Di sini sudah ada yang membersihkannya."
"Ta—"
"Ariela, kamu tamu di rumah ini. Mana mungkin aku membiarkan seorang tamu merapihkan piring kotor. Kalau pun nanti kamu sudah menjadi Nyonya di rumah ini, aku tidak akan membiarkan kamu mengerjakan pekerjaan ini juga."
Jantung Ariela langsung berdegup dengan sangat cepat saat mendengar kata 'Nyonya' memangnya aku sudah mengatakan untuk tinggal di sini? Tapi entah kenapa di saat mendengarnya, aku merasa ada hal yang membuat hatiku jadi tak menentu seperti ini.
'Tidak, mana boleh aku memikirkan hal yang tidak mungkin terjadi. Lagi pula, Rey hanya menginginkan aku sebagai penghangat ranjangnya saja.'
Ariela mengambil tasnya, ia mengikuti Rey yang sudah jalan lebih dulu. Beberapa anak buahnya yang berjaga langsung menunduk. Ariela jadi semakin penasaran, sebenarnya Rey itu memiliki berapa banyak usaha?
Ariela semakin penasaran. Ia memang tidak tahu. Ariela bukan seperti teman-temannya yang selalu tahu jika pria yang ditidurinya adalah seorang Pengusaha. Lagi pula yang terpenting bagi Ariela adalah ia bisa mendapatkan uang dengan cepat. Dengan begitu, ia bisa mengobati ibunya.
'Ibu?' Ariela menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan-lahan. Tawaran Rey sungguh menggiurkan, semua menyangkut tentang Ibu. Apa yang harus aku lakukan? Aarrgghhh, dia curang sekali. Mengambil sisi lemahku. Dia tahu kalau Ibu adalah segalanya untukku. Jadi dia menggunakan kesempatan ini agar aku bisa menerima tawarannya! batin Ariela.
Ariela merasa sangat kesal, jika sesuatu yang menyangkut ibunya. Ia akan merasa lemah, semuanya akan ia lakukan hanya untuk Ibu yang sudah melahirkan dan membesarkannya. Kini saatnya bagi Ariela untuk membalas semua kebaikan yang sudah ibunya berikan padanya.
Rey yang melihat Ariela melamun saja langsung mendekati wajahnya ke wajah Ariela hingga hidung mereka saling bersentuhan.
"Sampai kapan kamu mau berdiri di sini? Apa kamu tidak merasakan panas?" ucap Rey hingga membuat Ariela mengerjap kaget.
Wajah Ariela langsung merona sudah. Ia sungguh tak mengerti kenapa dirinya malah melamun seperti ini. Apa yang dipikirkannya, jelas membuat hatinya menjadi gundah.
Ariela masuk ke dalam mobil, ia mengabaikan Rey yang masih memerhatikannya. Dan Ariela langsung mengatur napasnya agar bisa segera membaik, jangan sampai Rey mendengarnya.
Rey masuk ke dalam mobil. Ia melirik wanita yang duduk di sampingnya sedang menatap keluar jendela. Sudut bibir Rey langsung terukir. Ia sungguh senang bisa melihat wajah tegang Ariela tadi. Wanita itu terlihat sangat imut sekali. Rey tidak menyangka jika Ariela bisa menggemaskan seperti tadi.
Rey mulai melajukan mobilnya. Ia mulai memikirkan ke mana tempat yang enak untuk ia kunjungi bersama dengan Ariela. Apa lagi ini masih pagi. Rey langsung menarik sebelah sudut bibirnya.
"Kamu buru-buru nggak? Ikut aku ke kantor sebentar ya. Ada yang perlu aku selesaikan sedikit. Habis itu aku akan mengantar kamu."
"Mmm, aku bisa pulang naik bis kok kalau kamu sibuk!"
"Tidak, kamu tahu kalau aku tidak suka menurunkan kamu di pinggir jalan. Aku tidak ingin dianggap sebagai pria tidak bertanggung jawab!"
Ariela mendesah pelan. Percuma saja jika ia menolaknya. Lantas kenapa ia bertanya kalau tidak mengizinkan aku pulang sendirian?
Ariela mengalihkan pandangannya. Ia tidak menjawab lagi ucapan Rey. Ia merasa tidak perlu menjawabnya juga.
Rey menatap Ariela sejenak lalu ia kembali fokus dengan kemudinya lagi.
'Ini yang buat aku jadi semakin penasaran dengan kamu. Kamu itu tidak mudah untuk ditakhlukan!'
Lima belas menit kemudian.
Mobil yang dikendarai Rey tiba di sebuah gedung kantor yang cukup tinggi dan mewah. Ariela yang melihatnya jadi merasa sungkan.
Ariela menggigit bibir bawahnya. Ia terlihat ragu saat Rey sudah mematikan mesin mobilnya.
"Ada apa?"
"Pakaianku tidak pantas untuk masuk ke gedung mewah ini."
Rey memerhatikan pakaian Ariela yang menurutnya tidak terlalu buruk juga.
"Tidak, ini bagus kok. Mmm, tunggu. Aku memiliki sesuatu."
Rey mengambil syal miliknya yang memang sengaja ia simpan di bangku belakang. Rey memakaikannya ke leher Ariela lalu tersenyum.
"Sudah lebih cantik. Ayo turun, pakaian kamu bagus, tidak akan ada yang berani berkomentar juga."
Ariela melihat syal yang cantik ini. Padahan syal ini untuk laki-laki. Aromanya pun khas tubuh Rey, entah kenapa Ariela merasa tenang dan nyaman saat bisa menghirup aroma tubuh Rey di syal ini.
"Ayo, ada aku. Tidak akan ada yang berani mengusik kamu!"
Ariela menganggukkan kepalanya. Ia pun langsung turun.
Rey mengulurkan tangannya. Ia tidak ingin ada yang memandang rendah wanita di sampingnya ini. Hal ini, ia lakukan karena Ariela adalah miliknya, dan akan selalu menjadi miliknya. Jika ada yang berani mengusiknya. Jangan salahkan Rey jika jiwa psikopatnya mulai kembali muncul.
Tidak ada yang tahu bagaimana Rey sebenarnya. Para pegawai Rey hanya tahu kalau Rey adalah seorang pemimpin yang cukup tegas. Ia tidak suka menunda suatu pekerjaan. Dan ia juga tidak suka menganggap enteng suatu pekerjaan. Bagi Rey, bekerja dengan sungguh-sungguh adalah prinsipnya untuk bisa mencapai di titik saat ini.
Tentu saja, Rey merupakan bos yang royal jika para pegawai bisa memberikan kinerja yang baik. Setiap tahunnya, ia akan mengajak para pegawainya untuk berlibur ke suatu negara. Merayakan tahun baru bersama-sama sambil menikmati musim dingin tiba.
Rasanya Rey tidak sabar ingin mengajak Ariela ikut serta dalam liburan akhir tahun di tahun ini. Semoga saja, Ariela bisa memberikan keputusan yang tepat agar ia bisa memiliki wanita itu sesungguhnya.
Rey masih mencoba untuk tetap sabar menanti jawaban Ariela. Ia yakin, suatu saat nanti. Wanita yang sedang digenggamnya itu akan datang kepadanya dan menerima tawarannya.
'Aku sudah tidak sabar menunggu hari itu tiba. Andai saja aku bisa memaksanya. Tapi itu tidak mungkin, aku tidak ingin membuat Ariela berpikir buruk tentangnya.
Bersambung