Kabar tentang Evan yang membagi-bagikan uang hasil penjualan emas milik Fellix akhirnya tersebar dan sampai ke telinga Julian serta sang pemilik emas, Fellix.
Ya, Fellix masih hidup. Ia bisa selamat karena nasibnya memang beruntung, saat Peter menembak anak buah Fellix sampai tewas hingga membuat mobil yang ditumpanginya terbalik lalu meledak, Fellix ternyata masih sadar dan ia bisa menyelamatkan diri dengan cepat dengan berlari ke dalam hutan untuk menghindari kejaran anak buah Evan ataupun Julian.
Fellix sadar akan akibat dari perbuatannya yang mengkhianati keponakannya sendiri itu akan membuatnya mati konyol, maka dari itulah selama beberapa waktu, ia memilih untuk bersembunyi dan memikirkan cara untuk bertahan hidup.
Keadaan Fellix sangatlah memperihatinkan, ia kini sudah tidak mempunyai apa-apa lagi. Bahkan uang untuk makan pun ia tidak punya, dengan perut yang kelaparan, ia berjalan terseok-seok tak tentu arah. Fellix juga tidak mau mengambil risiko untuk pulang ke rumahnya, karena rumahnya kini telah diambil alih oleh Julian.
Jalan yang Fellix tempuh sangatlah jauh, sinar matahari begitu terik membakar kulitnya. Keringat bercucuran deras membasahi dahi serta bajunya, telapak tangan Fellix sesekali mengelap dahinya agar tetes-tetes keringatnya tidak terjatuh ke matanya.
Dari kejauhan ia melihat sebuah mobil melaju kencang, Fellix berusaha untuk menghindar. Namun sayangnya gerakannya terlalu lambat untuk, sehingga ia terlambat untuk menghindar.
CKIIIITTTT!! BRAKKK !!
Tubuh Fellix terjatuh di atas aspal, matanya terpejam dan dari pelipis serta sudut bibirnya mengeluarkan darah segar.
Di sisi Lain ....
Evan dan Peter kini sedang berada di dalam ruang meeting yang berada di dalam hotel milik Evan, beberapa waktu yang lalu. Evan mendapatkan sebuah penawaran dari seorang jutawan yang berasal dari Vegas.
Jutawan itu akan menanamkan modal yang nilainya sangat fantastis, beberapa syarat pun diajukan oleh sang jutawan. Bukan hanya tentang transparansi pembagian hasil, tapi Evan juga harus menyetujui rencana sang jutawan itu untuk melakukan bisnis prostitusi dengan melibatkan banyak gadis-gadis di bawah umur yang diselundupkan oleh sang jutawan.
Lalu ... dari manakah sang jutawan tersebut bisa mendapatkan banyak gadis muda di bawah umur yang akan dijadikan sebagai wanita penghibur?
Tentu saja, sang jutawan tersebut mendapatkan gadis-gadis tersebut dengan cara yang sangat licik, banyak gadis yang diculik olehnya dan sebagian besar dijual langsung oleh orang tua mereka karena terhimpit masalah ekonomi.
"Lalu apa keputusanmu, Evan? Tentu saja bisnis kita ini akan mendatangkan banyak uang untuk kita, dan aku jamin kalau kamu tidak akan pernah kecewa. Karena semua gadis dariku semuanya sangat berkualitas," promo sang jutawan.
Evan hanya manggut-manggut, tampaknya sang pimpinan Cosa Nostra itu tertarik dengan tawaran sang jutawan. Tapi tidak dengan Peter, ekspresi wajahnya terlihat tidak suka, bahkan ia sangat membenci sang jutawan itu.
Peter memang seorang anggota mafia, tapi ia tidak seberengsek itu. Peter sangat menentang penjualan gadis-gadis di bawah umur yang akan dijadikan wanita penghibur, pun demikian dengan mendiang ayah Evan yang tidak pernah mau menjamah bisnis prostitusi.
"Dasar tua bangka!! Kenapa tidak kamu jual anak perempuanmu saja untuk menjadi wanita penghibur?! Kenapa kamu harus menculik putri orang lain untuk menjadi sapi perahmu?! Dasar bajingan," umpat Peter di dalam hati.
"Bagaimana kalau aku ingin melihat dulu barangnya? Aku tidak mau terburu-buru dalam mengambil keputusan sebelum melihat kualitas barangmu," ucap Evan yang membuat pandangan Peter langsung tertuju ke arah Evan.
Netra Peter membulat sempurna, ia terus saja menatap Evan dan berharap agar pimpinannya itu akan menoleh ke arahnya. Tapi sayang, jurus kontak batin yang Peter harapkan tidak berhasil tersambung ke Evan. Ini artinya untuk pertama kalinya Evan dan Peter tidak satu frekuensi saat ini.
"Hmm .... Aku sudah membawa beberapa gadis untukmu, semoga saja kamu suka dengan gadis-gadis pilihanku." sang Jutawan itu kemudian memberikan isyarat kepada anak buahnya untuk memasukkan para gadis ke dalam ruang meeting.
Benar saja, saat ini di hadapan Evan ada beberapa gadis muda berusia belasan tahun. Ekspresi wajah para gadis itu terlihat ketakutan, bahkan Evan dengan jelas melihat bekas air mata di pipi para gadis itu.
Evan hanya menatap sekilas, sedangkan Peter terlihat marah. Ia sungguh tidak tega, karena ia sendiri memiliki seorang adik perempuan yang sangat ia sayangi. Peter tidak bisa membayangkan kalau adiknya diperjual-belikan seperti sebuah barang, ia pasti akan membantai habis semua bajingan yang berani menyentuh adiknya.
"Evan,'' panggil Peter yang berniat untuk mengingatkan sang pimpinan kalau tindakannya itu sudah salah.
Tapi sayangnya Evan langsung menghentikan Peter seolah tidak mau mendengarkan protes dari anak buahnya tersebut. Peter mendengkus kesal karena Evan tidak mau mendengarkannya.
"Apa cuma ini saja koleksi yang kamu punya?" tanya Evan.
"Tidak!! Aku masih punya banyak koleksi di tempat yang lain, lebih tepatnya di gudang tersembunyi yang tidak diketahui oleh banyak orang," jawab sang jutawan.
"Baiklah," ucap Evan sambil manggut-manggut.
"Aku sudah banyak memasok gadis-gadis muda di Club malam milik Julian, bahkan para menteri pun ikut memesan gadis-gadis muda dari tempatku untuk melayani hasrat mereka, tak tanggung-tanggung. Para menteri itu berani memberikan harga yang sangat tinggi kepadaku kalau aku bisa memberi gadis yang masih perawan," bisik sang jutawan yang dengan bodohnya telah membocorkan satu informasi penting.
Tangan Peter mengepal, rahangnya kini mengeras setelah mendengar perkataan sang jutawan.
"Ada berapa banyak total gadis-gadis yang berada di gudang tempat persembunyianmu?" tanya Evan penasaran.
"Apakah aku harus memberitahumu? Kenapa kamu ingin tahu?" sang jutawan menatap Evan penuh rasa curiga.
"Kenapa kamu menatapku seperti itu?! Bukankah wajar jika aku menanyakannya, aku hanya ingin melakukan perhitungan saja. Berapa harga yang kamu berikan kepadaku agar kamu mau menjual gadis-gadis muda itu kepadaku?" tanya Evan.
"Aku tidak akan menjual mereka, aku hanya ingin membagi hasil. Aku minta pembagian rata 50:50, bagaimana?"
"Deal!!" tanpa berpikir panjang, Evan pun menerima tawaran dari sang jutawan.
Evan dan sang jutawan itu kini berjabat tangan, tandanya mereka telah sepakat.
"Tapi ada yang aneh denganmu! Aku pikir kalau kamu akan mengikuti jejak ayahmu dengan menentang jual-beli gadis-gadis muda sebagai wanita penghibur, gali pikiranku salah. Ternyata kamu lebih mudah untuk diajak bekerja sama dari pada mendiang papamu, seharusnya aku lakukan penawaran ini dari dulu," ujar sang jutawan dengan penuh percaya diri.
Evan tersenyum sinis. "Aku dan papaku memang sangat berbeda, jadi jangan bandingkan aku dengan papaku," protesnya.
Sang jutawan seketika tertawa terbahak-bahak, hatinya saat ini terasa sangat senang karena ia bisa mencium aroma uang yang akan didapatnya dari bisnis prostitusi bersama dengan Evan nantinya.
"Baiklah kalau begitu, aku akan kembali besok untuk tanda tangan kontrak perjanjian bisnis yang akan kita lakukan ini," ucap sang jutawan kemudian ia pergi meninggalkan ruang meeting.
Evan menatap ke arah Peter yang terlihat sedang menahan emosi.
"Ada apa dengan ekspresi wajahmu itu? Kenapa kamu terlihat sangat marah?" tanya Evan seperti tanpa dosa.
"Kenapa? Kamu tanya aku alasan kenapa aku bisa terlihat semarah ini?!" Peter bertanya balik kepada Evan.
"Apa kamu sudah gila? Atau kamu sedang tidak waras, Evan? kenapa kamu mau menerima tawaran gila dari jutawan tua bangka itu, hah?! Apa kamu akan membiarkan gadis-gadis muda itu menjadi wanita penghibur di klub malam milikmu?" Peter menunjuk Evan dengan jari telunjuknya.
"Tidak!!'' Evan menjawab pertanyaan Peter dengan sangat singkat.
"Kalau tidak, kenapa kamu menerima tawaran gila jutawan tua bangka itu?!"
"Jadi maksudmu aku harus menolaknya mentah-mentah? Lalu apa yang akan terjadi selanjutnya dengan nasib para gadis itu nantinya?" Evan masih bersikap tenang meskipun Peter semakin memojokkannya.
"Iya!! Tentu kamu harus menolaknya! Karena klan kita tidak akan pernah mau menjalankan bisnis prostitusi seperti yang kamu lakukan tadi," geram Peter yang membuat Evan bergeming.
Merasa ucapannya diacuhkan oleh sang pemimpin, Peter lantas berjalan pergi menuju ke pintu.
"Peter!! Kamu mau kemana?"
"Bukan urusanmu!!"
Dan Peter akhirnya benar-benar pergi meninggalkan Evan.
"Kamu bodoh Evan!!! Aku akan menggagalkan semua rencanamu untuk melakukan bisnis prostitusi ilegal ini!! Aku selalu mendukungmu dalam hal apapun juga, tapi tidak untuk kali ini! Aku tidak sudi untuk membantumu menjalankan bisnis terkutuk ini," kesal Peter sambil berjalan menuju ke mobilnya.
Di otak Peter sekarang sedang memikirkan sebuah rencana untuk membebaskan para gadis dari tawanan si jutawan tadi, meskipun tanpa Evan, Peter akan tetap melakukannya.
Peter sudah siap menanggung semua konsekuensinya, meskipun Evan akan menendangnya dari klan. Peter sama sekali tidak peduli.
Lalu ... rencana apa yang akan Peter jalankan untuk menyelamatkan gadis-gadis yang akan dijual oleh sang jutawan?
To be continued.